Musim ujian

13 1 0
                                    

Musim ujian telah tiba. Anak anak pada mempersiapkan diri menimba ilmu sebanyak banyaknya demi lulus mendapatkan nilai terbaik. Salah satu dari mereka adalah Sang In dan Cleo yang juga mendadak jadi anak kutu buku. Keseharian mereka berubah menjadi tak jauh dari perpustakaan, restoran, rumah, perpustakaan lagi. Seperti sekarang ini, sehabis makan sushi di Sapporo Taruzen mereka langsung kembali ke perpustakaan membabat buku buku tebal sudah di tumpuk tak kalah tinggi dengan meja meja lainnya. Hingga lampu jalanan sudah dinyalakan barulah mereka bergeming mencari restoran berikutnya.

Cleo mengajak Sang In pergi ke restoran sashimi, Usukifugu Yamadaya Marunouchi. Tempat yang terletak di gedung Marunouchi lantai tiga puluh lima. Menyajikan berbagai macam masakan ikan mas dimulai dari mentah hingga rebus hingga goreng, kali ini mereka tidak memesan beer melainkan es teh. Mendinginkan kepala sehabis berperang? Adalah ide terbaik yang pernah ada.

"Ku pikir kau tidak akan belajar karena kuliah cuma formalitas untuk mengawalku." menahan dingin di dalam kepala.

"Terpaksa? Aku harus lulus agar tidak tinggal kelas." ikutan menahan dingin di dalam kepala. "Lagi pula, menemanimu pekerjaan yang menyenangkan kok. Lihatlah, kita jadi lebih dekat sekarang."

Sang In menyunggingkan sebelah bibirnya. Menyantap sashimi duluan lalu dilanjutkan dengan karage. Riang gembira menikmati tekstur yang lembut didalam rongga mulut. Ia bertanya bagaimana cara wanita di hadapannya bisa menemukan tempat dengan makanan seenak ini. Dan jawabannya sangat standar, hasil nonton siaran Youtube Abroad in Japan? Sejak kapan pula wanita itu teridentifikasi mengerjakan hal hal random? Sang In akhirnya bertanya juga kali ini. Yang malah mendapatkan jawaban.

"Pengetahuan bagian dari senjata."

Well, tidak salah, mungkin itu juga alasan mengapa kencan dengan Cleo pasti tak pernah bertemu tempat membosankan.

"Kalau kau masih punya sisa lambung aku akan menunjukkan bar yang katanya salah satu bar terbaik." mengambil ikan mas rebus dicampur kacang panjang.

"Kau tahu kan aku tak kenyang makan makanan biasa?" yang ditanya mengedipkan mata, sepertinya lupa kalau dirinya sudah kembali menjadi spesies luar biasa. Lalu tertawa geli mengangguk pelan. "Ngomong ngomong kapan siklus mu datang lagi?"

Sejenak Cleo tak menjawab. Asik mengunyah lalu menghabiskan karage. "Tidak bisa ditebak?" mengambil sashimi hampir seperempat isian piring.

"Oh."

.

.

.

Selesai makan mereka tidak jadi pergi ke bar. Cleo memutuskan untuk pulang lebih cepat sampai sampai naik taxi diperlukan.

Sang In yang menurut saja sama sekali tidak komplen. Sedikit yang ia tahu, rupanya Cleo punya rencana lain untuk dirinya. Ya, rencana lain. Rencana yang tak lebih adalah bergulat di atas ranjang. Sungguh, Sang In tak tahu sejauh mana batas peka wanita itu. Padahal yang ditanyakan hanya hal sepele, orang macam apa yang bisa menggali makna terselubung sampai seperti ini? Cuma Cleo orangnya yang ia kenal.

"Boleh... aku meminum darah mu?"

Cleo terkekeh. "Sejak kapan kau meminta izin?"

Sang In mendaratkan taringnya di tengkuk Cleo. Menikmati setiap tetes darah yang mengalir nikmat ke kerongkongannya. Menjilat bekas disana dan ia memberikan kecupan dalam ke bibir sebagai hadiah. Memerintahkan Cleo untuk menyelesaikan apa yang telah mereka mulai, tanpa terasa hari sudah berganti pagi dan jadwal kelas terakhir sudah menyambut mereka.

Di lihatlah pantulan dirinya di depan cermin, lagi lagi ada beberapa bekas gigitan di beberapa sisi tubuhnya. Sang In membasuh diri membiarkan Cleo melanjutkan tidurnya, mengoleskan salep pada titik yang merah segera berpakaian rapi serba tertutup. Gaun terusan berwarna hitam menutupi ujung leher sampai ke lutut, tapi di bagian bawah sana ternyata masih ada tanda gigitan lagi. Akhirnya Sang in mengenakan stocking berwarna hitam. Dan mendapat tepuk tangan dari siluman yang baru saja bangkit dari liang kubur.

"Lain kali aku tak akan membiarkanmu membuat tanda sebanyak ini." bernada ketus.

"Mari kita lihat nanti." tanpa dosa, giliran Cleo yang merapikan diri.

Sambil menunggu, Sang In membereskan kasur. Lalu pergi ke dapur saatnya sarapan yang sebenarnya ia tidak lapar lapar amat lantaran sudah tersucikan oleh darah segar dari nadi yang segar. Ya sudahlah, toh tidak ada salahnya jaga jaga kalau dirinya akan sampai malam lagi di perpustakaan. Tapi... kok rasanya ada yang mengganjal ya? Separuh instingnya mengatakan untuk tidak pergi ke kampus hari ini. Mungkin cuma perasaan saja.

Ya, perasaan saja yang menjadi sebuah tanda. Tanda kalau hari buruk telah tiba. Di tengah tengah musim ujian begini, sempat sempat nya ada yang membuat drama tak penting. Bersikukuh menanyakan hubungannya dengan Cleo, jawaban Cleo pun juga sama sekali tak membantu.

"Ku biarkan imajinasimu bermain."

Untung saja dosen sudah datang sehingga drama tersebut bisa dihentikan sementara waktu barang cuma dua jam. Yang ternyata kelanjutannya lebih melelahkan lagi. Hari ini, Sang In memutuskan pergi duluan. Meninggalkan Cleo yang lebih memilih mengintil dari samping. Menaruh sebelah tangannya di pundak Sang In merangkul menjadi pusat perhatian.

"Kau mau mati?" akhirnya Sang In berbisik.

"Tak suka permainan ini? Oke, aku akan memindahkan tangan ku." malah di pindahkan ke pinggul tak bisa disingkirkan. "Kalau nanti kita mendapat pertanyaan tadi, aku akan mengatakan hubungan kita yang sebenarnya. Tapi kalau aku dapat persetujuan dari mu."

"Maksudmu kau adalah pengawalku?"

Cleo menggeleng. "Istri." terdengar mantab. "Kita punya buktinya, kenapa harus ditutupi?"

"Terserah mu saja lah." padahal dalam hati Sang In girangnya bukan main.

Girang yang tidak bertahan lama karena di perpustakaan, kumpulan Cleo ikutan. Mengerumuni mereka. Meski sudah mengambil materi untuk di baca, tetap tak bisa menutupi kalau lirikan mereka tertuju pada Sang In dan Cleo.

Merasa sudah terusik Sang In menutup bukunya. Memalingkan semua lirikan yang kini pura pura terikat pada deret kata di hadapan pemengangnya. Sang In bangkit berdiri tanpa kata kata. Pergi dari sana, tak lama kemudian giliran Cleo yang menyudahi. Tentu saja sikap tersebut mengundang pertanyaan. Salah satu dari mereka memulai kembali menggali Cleo. Apakah wanita itu akan berkelit lagi? Tentu tidak. Wanita itu betulan menjawab.

"Istri?"

Menggemparkan meja tersebut dan mereka semua di paksa keluar oleh penjaga perpustakaan termasuk Sang In.

"Sejak kapan?!"

Rupanya belum selesai. Well, Sang In akan melimpahkan urusan ini seluruhnya kepada Cleo. Wanita itu lebih piawai ketimbang dirinya. Yang bisa ia lakukan sekarang cuma diam berusaha terlihat tetap tenang.

"Kenapa tidak kalian beritahu?"

"Sudah resmi?"

"Kapan kalian jatuh cinta?"

'Semangat Cleo.' ucap Sang In dalam hati. Wanita itu tampak mulai kewalahan menjawab satu persatu pertanyaan yang datang meski akhirnya memilih untuk mundur tak ingin menguras tenaga lebih banyak. Tapi dibalik bersemangatnya kelompok Cleo, tentunya ada pria yang tertangkap murung di mata Sang In. Pria itu tak lain adalah pria yang menaruh hati kepada Cleo. Sama sekali tidak berkata kata, sama sekali tak bergairah. Cuma mematung tak tahu apa yang dipikirkan. Sampai ada yang menepuk pundaknya memberi simpati. Barulah pria itu bergeming.

"Ku rasa kita harus menyudahi kehebohan ini karena sekarang kita memblokir jalan orang orang yang berlalu lalang." ucap Cleo mencari alasan menyingkir. Yang gagal total karena kini digiring untuk pergi ke bar terdekat merayakan. Kali ini, Cleo hampir tak bisa menolak.

"Mungkin lain kali, sayur kami sedang dalam perjalanan ke rumah." Sang In buka suara. Menerima woo woo dan ia mendorong Cleo menjauh. Memamerkan senyum terbaiknya. Pergi meninggalkan mereka. Masuk ke dalam taxi yang sedang bertengger. Memberikan alamat tempat tujuan. "Simpan terima kasih mu untuk nanti di rumah." menyeringai geli. "Ya ampun, tak pernah terpikirkan olehku kau bisa kelabakan seperti tadi."

"Aku berusaha, beneran."

"Aku tahu." menepuk sebelah paha Cleo isyarat memberikan apresiasi.

Blooming PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang