Hari yang tentram

13 2 0
                                    

Pagi pagi buta, ditengah tentramnya kehidupan seorang vampir muda yang sedang asik menyesap sekantong darah. Menikmati kepraktisan yang tak bisa dijabarkan dengan kata kata bila dibandingkan dengan seorang siluman kucing yang kini asik menyiapkan sarapan. Memotong buah, memotong roti, mengoles krim, mengambil segelas susu, terlalu banyak persiapan.

Di pagi pagi buta itu juga, ketentraman mereka harus di ganggu oleh sosok yang ingin sekali Sang In maki. Datang tanpa kenal waktu meski membawa buket bunga besar perpaduan antara bunga mawar putih dan tulip pink, tetap tak bisa di indahkan karena kini Sang In tengah mempercepat hisapannya dikala dentang bel tak kunjung henti berbunyi. Sang In menekan tombol buka pintu penuh tenaga. Menyambut Sang Ki dengan wajah kusut yang dibalas dengan sumringah.

Sang Ki masuk tanpa di tawarkan. Melambaikan tangan kepada Cleo dan dibalaskan hal yang sama. Memberikan buket kepada Sang In, lalu duduk di bagian meja makan menghadap Cleo lekat. Menerima tawaran dibuatkan sarapan, melirik ke arah Sang In yang kini tengah mencari vas bunga di dapur menggeser Cleo perlahan, menaruh tangannya di pinggul wanita itu. Akhirnya Cleo menghentikan aktivitasnya membantu mencarikan vas. Membuka kabinet atas mengeluarkan vas besar berbentuk persegi panjang berwarna putih, menyerahkannya kepada Sang In dengan tatapan yang tak bisa di sebut hanya hubungan sekedar di atas kertas. Sang Ki tiba tiba menanyakan bagaimana wanita itu melihat adiknya. Pertanyaan yang garing... namun bisa di maklumi.

Cleo menjawab pertanyaan tersebut sebagaimana ingin didengar, memuji Sang In tidak berlebihan tapi juga tidak menyebutkan kelemahannya. Sambil menaikkan pertahanan diri menebak ke arah mana percakapan ini digulir, Cleo kembali menyiapkan sarapan. Menaruh buah yang sudah di potong keatas krim, disajikan diatas meja makan, kini dirinya benar benar saling berhadapan dengan Sang Ki. Diambilnya bagian miliknya diikuti oleh lawan bicara yang kali ini melempar pertanyaan lebih kepada bagaimana selama ini Sang in berperilaku. Mengernyitkan dahi Cleo yang merasa percakapan ini seperti percakapan lamaran, namun tetap dijawab seadanya sampai Sang Ki puas dengan apa yang di dengar.

"Oppa! Ini masih pagi untuk melakukan interogasi!" sekedar mengingatkan.

"Memang untuk itu aku datang kemari. Meski ini pernikahan kontrak tetap saja aku harus mengecek seperti apa orang yang kau nikahi."

"Tenanglah kalian berdua, aku tidak keberatan kok." menepuk sisi meja yang kosong di sebelahnya isyarat mengajak Sang In ikut sarapan.

Dan wanita itu menurut. Mengambil sisa bagian terakhir roti pada piring di tengah meja. Duduk manis mendengarkan interogasi berlanjut sampai petang telah tiba. Barulah Sang Ki pulang dengan dada lapang.

Klack! Tanda daun pintu telah tertutup. Cleo langsung pergi rebahan di kamar tak segan menunjukkan air wajah kering yang menyatakan bahwa tenaganya sudah terkuras habis. Menggerakkan Sang In untuk mengambilkan sekaleng air soda untuk di tenggak.

Bukannya diambil malah lengan Sang In yang di tarik di jadikan pelukan.

"Aaaahhh... tenagaku terisi kembali."

Dengan cepat Sang In mengeluarkan tenaga barunya mendorong Cleo menjauh. Menarik wanita itu hingga duduk lalu menyerahkan kaleng air soda sekali lagi. Barulah kaleng tersebut yang di ambil. Ditenggak dalam hitungan detik. Ditaruh di buffet samping ranjang. Dan Sang In ditarik kembali di jadikan pelukan. Dalam hitungan detik pula, Cleo sudah terlelap.

"Cleo?" tak ada balasan. Sang In pun memutuskan untuk membenarkan posisi. Ikut tidur membalas memeluk Cleo.

Hari itu, keadaan menjadi tentram kembali.

Blooming PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang