Epilog

26 2 0
                                    

"Cleo! Kita akan telat di ujian pertama kalau kau terus menempel seperti ini!"

"Ayolah, masih ada banyak waktu yang tersisa."

Sang In tetap memaksa melepaskan tangan yang tengah melingkar di pinggangnya sekuat tenaga. Namun tangan tersebut tak bergeming sama sekali. "Ya ampun Cleo! Tak bisakah kau mengendurkan tenagamu?!" barulah tangan tersebut di tarik.

Cleo merubah tubuhnya menjadi kucing. Melakukan peregangan tubuh selayaknya bagaimana kucing, lalu kembali lagi dalam bentuk manusia. Turun dari ranjang pergi duluan menguasai kamar mandi.

'Dasar terlalu santai!' gerutu Sang In meski tetap menyusul.

.

.

Well, begitulah hari hari Sang In di mulai sekarang. Kalau hari libur tergambarkan lebih santai karena tak ada satu pun dari mereka yang senang meninggalkan kasur kecuali lapar. Lebih mirip seperti pasangan sungguhan ketimbang pasangan kontrak? Ya. Apakah akan bertahan seperti ini? Tidak tahu. Kenapa? Karena Cleo punya kebiasaan menempel yang ujung ujungnya berakhir ketiduran! Dan ia mulai muak akan hal itu. Bukankah yang namanya bercengkrama harus sama sama melek? Entahlah, mungkin hanya dirinya saja yang memiliki permintaan tinggi. Atau mungkin ketiduran disaat itu adalah hal yang wajar. Atau... itu hal yang hanya dinormalisasi oleh para siluman kucing. Ia benar benar tidak tahu.

"Mau ku bantu mengeringkan rambut?"

"Tidak! Kau akan ketiduran dan kita akan terlambat!" menyambar handuk yang di sodorkan.

Cleo yang acuh tak acuh pun memilih merapikan diri sendiri. Mengusap handuk ke kepalanya sambil memilih pakaian yang hendak dipakai. Hari ini ia memutuskan mengenakan jeans dan kaos berwarna putih di padukan dengan kemeja berkerah terbuka berwarna coklat muda. Sebelum kembali lagi mengusik Sang In. Mengambil pengering rambut dari dalam laci meja rias. Membantu mengeringkan rambut yang kini sudah dipangkas sampai ke dagu, benar saja tak sampai dua menit kelopak mata Cleo sudah mulai sayup sayup. Hingga sang In merampas pengering rambut tersebut barulah Cleo kembali melek. "Maaf?"

"Jangan meminta maaf, sarapan saja sana."

"Oke."

Dikala Cleo mengurus perutnya, Sang In mengurus riasannya. Mencocokkan pakaian yang dikenakan Cleo, ia memilih gaun waffle warna coklat muda dan legging warna putih. Berpikir kalau mengenakan pakaian serasi sepertinya akan menyenangkan. Nyatanya setelah ia nyusul ke dapur untuk sarapan rasa ketertarikannya sudah hilang. Tak ada lagi yang menarik selain mereka terlihat seperti anak kembar baru saja dijadikan bahan ajang pameran busana oleh orang tua mereka.

"Kau terlihat indah."

"Terima kasih."

Zruuuut! Sang In mengambil kantong kedua. Menyesapnya lebih cepat dari kantong pertama lalu bergegas mengambil tas yang sudah di siapkan. Pergi dari sana. Namun sebelum daun pintu dibuka sebelah pundaknya sudah di colek oleh wanita yang mengintil-nya.

Cleo menunjuk bibirnya yang mengembang lebar. Detik itu juga Sang In tertawa memberikan kecupan singkat di sana. Sekali lagi kali ini lebih lama.

"Jangan salahkan aku kalau kita terlambat." goda Cleo usai bibir mereka terlepas.

"Oho ho, aku akan menyalahkan mu karena kau yang memulai duluan."

"Adil." dibukanya daun pintu, mempersilahkan Sang In keluar duluan. Bee bee beeb!

.

.

Begitulah dua insan itu tetap menjalankan hari hari mereka. Tidak ada yang berubah. Tidak ada yang spesial. Yang berbeda hanya lebih tentram dari sebelumnya. Mungkin saja hidup mereka tidak sesempurna seperti pasangan lainnya, tapi yang jelas mereka akan berusaha mempertahankan kehidupan damai mereka entah bagaimana caranya.

Blooming PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang