Diam.

147 27 10
                                    

...

Pintu gerbang tertutup rapat saat mobil Ryujin sudah memasuki pekarangan bangsawan Min. Beberapa pengawal langsung menghampiri seakan-akan melindungi Ryujin selagi berada di sana.

"Salam Kepada Nyonya Choi."

Kepala pelayan disana menunduk hormat, tangannya terjulur menunjukan jalan pada Ryujin. "Apa aku mengganggu mereka?."

"Tentu tidak Nyonya Choi. Kediaman Min sangat bersyukur di datangi oleh Anda." Ramahnya kepala pelayan itu membuat Ryujin tersenyum cerah.

Ia langsung dibawa ke taman belakang, yang sudah di tata rapih untuk berkumpul. "Salam Nyonya Sejati Min."

"Ryujin. Semoga berkat mengiringimu." Kepalanya di elus pelan. Hingga ia berdiri tegak kembali. Matanya mengelilingi sekitar. Semerbak wangi bunga begitu menyengat indah memasuki hidungnya.

"Apa aku menginstrupsi kegiatan kalian?."

"Tidak, aku hanya sedang mengatur acara minum teh mingguan kami." Nyonya Choi meraih lengan Ryujin untuk di apit. "Berkeliling lah sebentar disini. Kau mau?."

"Suatu kehormatan Nyonya."

Sebenarnya Ryujin sedikit risih. Ia selalu meringis, ketika ujung matanya menangkap banyaknya body guard atau pun para pelayan di sekitar mereka. Tentu saja bangsawan Min sangat menjaga keturunan Shin. Apalagi rumor nya jika perempuan muda di sebelah Nyonya Min kini tengah mengandung.

"Aku akan memiliki keturunan Nyonya. Datanglah lusa. Dengan senang hati aku akan menyambut perwakilan Min."

"Ya Tuhan." Tangan keriput milik Nyonya Min mengelus surai hingga pipi Ryujin di sebelahnya.

"Kau sangat diberkati."

Ryujin tertawa kecil. Sedari dahulu selalu seperti itu, Bangsawan Min selalu memuji dirinya tentang apapun itu. Seakan mereka senang atas hidup Ryujin yang padahal banyak masalah ini.

"Aku sendiri yang akan mewakili Min. Lagi pula aku bosan di rumah."

"Akan ku hargai waktu Anda Nyonya dengan beberapa hal."

Perwakilan dalam acara, sangat penting dalam pandangan Aristokrat. Mereka akan tahu sebagaimana bangsawan lain memandang bangsawan yang menyelenggarakan acara. Berada di tahap mana mereka menganggap bangsawan tersebut. Jika sudah gelar Nyonya Tua atau bahkan Nyonya Sejati yang mewakili maka yang punya acara sangat di hargai di keluarga undangan.

...

"Tidak apa jika hanya aku yang mewakili?."

Terkecuali Keluarga Bangsawan Lee yang tidak terlalu memusingkan itu. Ryujin sudah menghadap pada Nyonya Sejati Lee. Namun tetap saja yang akan datang mewakili adalah temannya. Yang bahkan dalam kedudukan Bangsawan Lee tidak terlalu terlihat.

"Nenek menyuruh mu pergi karena ini acara ku."

Lee Eunchae meringis. "Aku tidak mengerti pikiran Nenek. Keluarga kita sedang butuh dirimu. Tapi malah aku yang di kirim?."

Ryujin terduduk di kursi taman kecil itu. Jalanan panjang hari ini cukup membuatnya lelah. Hingga hari sudah terlihat menggelap pun, Ryujin masih berada di luar rumah di kediaman Lee. "Kau berkata dengan jelas jika dirinya tidak ada artinya bukan?."

Eunchae ikut duduk disebelahnya. Memandang jingga di depan mata mereka. "Bukankah memang seperti itu? Aku bahkan hanya setengah Lee."

"Ibu mu Lee juga."

"Bukan dari kebangsawanan."

"Kau tetap Lee."

"Auh baiklah. Kau memang sangat menginginkan diriku hadir disana."

Our , Secret (우리, 비밀) -Ryujin&BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang