Untaian Benang Kusut.

81 14 6
                                    

.....

Hyunji masih berdiri memegang bucket bunga dan satu set macaron warna-warni di depan Ryujin yang masih berbaring di atas sofa sambil melihat beberapa majalah barang-barang untuk perlengkapan anak.

Berhubung sudah setengah jalan, ia akan mulai menuntut membelinya dari sekarang.

"Nyonya, saya harus kembali ke kantor." Hyunji berucap. Sedari satu jam yang lalu ia sampai, dirinya tidak begitu ditanggapi oleh sang Nyonya. Dan hanya disuruh menunggu dengan berdiri.

"Bagus biru pastel atau putih?." Pertanyaan itu tentu sudah menjawab kalimat Hyunji. Menandakan Ryujin belum menyuruhnya untuk pergi.

"Hitam, Nyonya."

Kening Ryujin berkerut. "Jika anak ku perempuan bagaimana?."

Hyunji tersenyum kecil. "Warna hitam universal Nyonya."

Ryujin cemberut sambil mengangguk. "Benar. Tapi itu bisa membawa mood buruk bagi anaknya, nanti nya ia bisa-bisa mewarisi sifat kakeknya. Auh, aku tidak bisa membayangkannya."

"Menurutku putih lebih netral, Nyonya." Hyunji menjawab salah satu dari pilihan yang di berikan oleh Ryujin tadi. 

"Tapi, sepertinya jika putih, terkesan datar. Benar?." Ryujin menunjuk Hyunji dengan tangannya. "Seperti dirimu."

"Nyonya aku masih ada kerjaan, bisakah--"

"Seharusnya kau bersyukur aku membuat mu lama disini, kau tidak mau melihat Bami dalam waktu yang lama?." 

Bami yang berada di belakang sofa otomatis menoleh pada Hyunji yang kini juga tengah menatapnya. Merasa jika Ryujin kini sedang mengoda mereka. "Nyonya--."

Ryujin duduk dari tidurannya, mengangkat tangannya menyuruh Bami untuk tidak melanjutkan perkataannya. "Tidak usah berterima kasih."

Ia berdiri di hadapan Hyunji yang masih setia memegang bucket bunga yang tidak di bilang kecil. "Bilang pada Tuan mu, dari pada uangnya terbuang untuk bunga yang ini, lebih baik ia menyimpannya untuk memanjakan taman bunganya."

Hyunji terdiam, ia lebih memilih untuk menundukkan wajahnya. Dari pada harus melihat wajah Nyonya nya yang sudah tidak bersahabat. 

"Kau boleh tinggal 1 jam lagi untuk menemani Bami. Jika tuan mu bertanya, katakan saja aku menyuruhmu mencari tawon untuk di goreng."

....

....

Pintu ruangan kerja Chanyeol sengaja tidak ditutup, ia menanti sang istri yang ternyata masih menemani Nyonya Choi minum teh di gedung belakang. Tangannya memeriksa proposal yang ia buat untuk kelancaran bisnisnya, beberapa dari kertas itu sudah ada coretan-coretan kata yang menjadi acuan pembaca pada point penting.

Tok! Tok!

Matanya menaik, memeriksa siapa yang kini berdiri di ambang pintu. "Sayang, masuklah."

"Kali ini jika bukan mengenai anak kita, aku akan kembali pergi."

"Ini mengenai Ryujin."

Yoona yang baru akan menarik pintu untuk keluar, kini melangkah masuk dengan tatapan dinginnya. Memberikan sebuah ulti jika ia tidak bermain-main jika mengenai anak bungsunya. "Aku masih ingat jika dirimu berencana akan membunuh calon cucu kita."

Chanyeol tertawa kecil, mendekat pada Yoona yang sudah duduk di atas sofa. "Bukan membunuh, aku hanya bermain dengan anak ku."

"Yang ku maksud adalah membunuh tanpa menyentuh." 

"Baiklah, lupakan itu. Aku memberi mu kesepakatan mengenai ini." Chanyeol menyodorkan kertas itu. Menyuruh Yoona untuk membacanya. "Berikan itu pada Beomgyu dan suruh ia menyetujui nya sebagai pihak investor."

Our , Secret (우리, 비밀) -Ryujin&BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang