Rencana mu dan diri ku

167 27 8
                                    

...

Jikalau kata orang, semua pasti punya orang yang bisa diandalkan ketika butuh. Orang yang akan selalu ada ketika kita menginginkan pelukan, orang yang ada ketika kita mengulurkan tangan saat berada dalam titik terbawah.

Ryujin tahu, dirinya punya seseorang untuk posisi itu. Yang akhir-akhir ini posisi itu sudah digantikan oleh sang suami. Meskipun orang itu sudah lama tidak berkontak dengannya, Ryujin masih mengingat bagaimana perpisahan mereka kala itu.

"Jangan marah jika aku tidak menghubungi mu, jika aku tidak membalas pesan mu, jika aku tidak mengangkat telepon mu. Kau tahu bukan, hidupku dan dirimu berbeda. Aku menerima perbedaannya. Kita pisah secara baik, jadi segera cari seseorang yang akan mengganti posisi ku di hidupmu."

Benar. Ryujin sangat ikhlas, ketimbang ia harus melanjutkan kisahnya yang lama dan membuat semuanya berakhir buruk.

"Kau tidak fokus mendengarkan saat aku berbicara."

Ryujin menoleh saat merasa kalimat itu tertuju padanya. Ia hanya tersenyum kecil menanggapinya.

Menyandarkan kepalanya di kasur itu. "Kau berbicara padaku?."

Ryujinnya yang sedikit kasar kembali. Image yang ia buat di depan layar kaca itu terkadang terbawa saat ia menjalani harinya. "Kau pikir di ruangan ini ada siapa?." Balas Beomgyu.

"Darimana saja tadi?" Tanya lagi lelaki itu.

Ryujin berdecak kecil. "Kau bertanya seakan aku bisa pergi keluar."

"Kau bisa keluar dengan sedikit merayu mereka." Mereka maksud Beomgyu adalah orang suruhannya untuk menjaga kamar sang istri. Selagi Beomgyu kembali fokus pada iPad nya, Ryujin hanya berbaring dan memejamkan mata.

"Sesibuk itu dirimu?" Tanya Ryujin masih setia pada posisinya. Mengabaikan tatapan heran dari Beomgyu.

"Katakan dengan jelas Ryu."

"Tidak. Ku pikir kau sudah berhenti bekerja dan mempunyai waktu luang yang banyak, hingga tidak ada kerjaan." Gumamnya kecil masih terdengar oleh lawan bicaranya.

Beomgyu mengerti, Ryujin kesal pada dirinya karena mengurungnya. "Baiklah, besok kau pulang."

Ryujin membuka matanya. Ia tersenyum miris. "Aku tidak ingin menjadi Nyonya Sejati Shin."

Sofa yang empuk membuat Beomgyu tidak ingin beranjak. Kembali fokus pada kegiatannya tadi. "Terkadang aku heran mengapa keputusan itu dipegang teguh sekali oleh mu. Posisi itu bahkan banyak yang mengincar selain Shin."

"Kau menginginkannya?." Ryujin menatap sengit lawan bicaranya. Jika Beomgyu menginginkannya, maka tidak ada alasan untuk bertahan dengannya.

"Tidak. Aku paham alasan mu dan keputusanmu itu."

Meskipun ia mendapat jawaban, Ryujin hanya menganggapnya angin lalu. Tapi setidaknya ia punya pegangan ucapan lelaki itu. Kembali lagi pada pikirannya tadi, ia lebih memilih memejamkan matanya yang perih. Menangis dalam diam, setetes demi tetes dalam matanya yang tertutup. Mengiringi Ryujin masuk kedalam mimpinya yang sempat ia bayangkan sebelum jatuh ke alam sadarnya.

...

Perempuan itu tidak gila. Ia hanya lelah, lelah dengan semua orang yang kini memerhatikan nya. Tapi tidak juga, karena ia sengaja tidak memakai masker, tidak memakai topi atau pun yang bisa menutupi identitas dirinya.

Ryujin dengan santai keluar rumah setelah Beomgyu pergi mengurus sesuatu. Ia tidak tahu, tidak peduli juga. Karena bertanya pun dijawab 'aku ada keperluan.' dan peringatan 'jika mau keluar. Bami dan Hyunji akan ikut.'

Our , Secret (우리, 비밀) -Ryujin&BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang