Gugatan.

63 8 1
                                    


....

....

"Kau sudah menghalang di bagian utara kan?." Tanya Jeno pada Jaemin yang ada di depannya. Sementara peta dan beberapa kertas berserakan di meja. Gelas bening yang berisi kopi menemani kegiatan mereka untuk waktu yang cukup lama.

"Barat sudah di ambil oleh Haechan. Pengiriman ke utara belum ada kabar. Sepertinya masih di jalan." Tubuhnya ia rebahkan di sofa. Seadanya. Asalkan bisa istirahat saja. Jaemin menoleh pada Jeno yang masih menandai tempat-tempat yang mereka datangi tadi.

Mata Jeno sekilas menatap Jaemin. Lalu kembali pada kegiatannya. "Kita harus bisa memastikan tidak ada yang terkirim sama sekali. Karena masih banyak kesalahan. Aku tidak mau jika harus ada korban jiwa." 

"Beomgyu membuat semuanya rumit." Keluh Jaemin, menegakkan lagi badannya. Ia mencoret bagian-bagian miliknya yang sudah selesai.

"Tenanglah, besok pun kita tidak akan melakukannya lagi."

"Dia akan langsung menuntut?."

Jeno memandang Jaemin yang sedikit terkejut. "Dia bisa melakukannya sekarang. Kenapa menunggu besok?." Tambah Jaemin semakin kesal.

"Kau tahu orang sibuk?."

"Tidak, aku pengangguran." Jawaban ketus Jaemin cukup membuat Jeno tertawa kecil.

"Ya, bersyukurlah. Beomgyu memberikan mu kerjaan."

"Menjadi babu."

Tawa Jeno memenuhi ruangan kecil itu. "Kau bisa melanjutkannya sendiri bukan? Aku harus melakukan sesuatu."

Jaemin mengangguk, lalu merampas kertas yang dipegang Jeno sedikit kasar. "Pergilah sebelum aku benar-benar ingin membunuh mu."

"Eiy, kau masih berhutang padaku."

"Cukup, kau jangan selalu membahasnya. Aku akan membayarnya nanti."

....

....

Pesan yang di kirim oleh Hyunji dengan cepat Jeno buka. Sebuah perintah jelas.

Tukar surat ijinnya di antara jam 3 dan 4. Akan ada pemadaman listrik sementara. Pastikan suratnya benar kau tukar. Aku menyimpan surat asli di loker stasiun Hongdae nomor 25. Tepat waktulah. Kau tidak punya banyak waktu, Tuan.

Dengan senang hati Jeno langsung membuka loker yang di maksud oleh Hyunji. Dan dia mendapatkan amplop coklat disana, dengan satu surat utuh di dalamnya. Ia masih mempunyai waktu 15 menit sebelum pemadaman listrik.

....

....

"Bagaimana disana?." Teleponnya masih terhubung pada Haechan yang sedang berada di perusahaan Jenx Corp. Mengawasi keadaan disana, sambil menikmati kopi kantor Jeno yang begitu terkenal di kalangan karyawan sekitar. 

Sementara Jeno berhenti di gang kecil, menunggu intruksi dari Haechan yang masih menunggu pemadaman listrik.  Tangannya melepas earphone di telinga kirinya, guna dapat mendengar keramaian di sekitarnya. Matanya melirik gedung tinggi itu. Kembali menghitung seberapa cepat dirinya bisa sampai di lantai 7. Tempat arsip perusahaan.

"Jen, sekarang."

Mata Jeno dengan jelas menangkap perubahan yang terjadi pada gedungnya. Kakinya otomatis menginjak pedal gas ke dalam gedung parkiran belakang perusahaan. Tidak peduli dengan posisi mobilnya yang menghalangi jalan. Dirinya langsung berlari pada tangga darurat menuju lantai tiga.

Butuh waktu lima menit untuk bisa mencapai lantai 7 dengan kecepatan larinya. "Sial." Umpatnya, saat tangannya menekan knop pintu. Dikunci. Siapapun yang kini menguncinya, ia akan memberikan balasan nanti.

Our , Secret (우리, 비밀) -Ryujin&BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang