"WOI JABLAY SINI!" seru Zela ditengah dentuman musik bar kepada Akira yang terlihat celingukan mencarinya. Saat ini gadis kelas dua SMA itu tengah berada di sebuah club malam bersama para bestie nya.
Akira mendekat dengan wajah sama sekali tak bersahabat setelah melihat keberadaan teman-teman nya. "Gue malu sat. Suara lo nyaring banget manggil gue jablay," protesnya yang dibalas cengiran oleh Zela.
"Lo jablay bukan?"
"Bukan lah!"
Zela menaikkan sebelah alis. "Kenapa nengok pas gue panggil?"
"Iya ya?" Akira menggaruk kepalanya bingung.
"Nah kan, tolol." sambung Damica yang juga berada disana. Ya kali seneng-seneng begini tidak ada.
"Guys!" teriak Gavin menyita perhatian semua orang dimeja Zela. "Pesen apapun yang lo mau. Bill nya biar gue."
"YES!"
"ASIKK!"
Jelas semua senang dengan pemberitahuan barusan. Siapa sih yang tidak senang dengan barang gratisan apalagi dari seorang sultan? Ayah Gavin merupakan pengusaha tanah dan properti sukses. Perusahaannya ada di banyak kota-kota besar sehingga tak ayal kalau Gavin adalah penyuplai keuangan di circle tidak berguna ini.
"Gue pesen 'minum' ya." ujar Haikal kemudian beranjak meninggalkan meja.
"Minum apa nih maksudnya?" tanya Zela kepada yang mengangguki ucapan Haikal barusan.
Gavin mengangkat kedua pundaknya. "Paling Belvedere, soalnya itu yang paling mahal disini."
"Lah gila. Kita bertiga udah nggak minum." tunjuk Zela pada Akira dan Damica.
"Udah disini masa kalian nggak minum? tanggung banget." kali ini Aksa yang menyahut. Seorang cowok bermuka bule, bermata sipit yang kalau tersenyum matanya menghilang. Aksa termasuk yang paling dewasa di circle ini karena pembawaannya yang tenang dan kalem.
"Kalo gue sama Akira oke aja asal nggak banyak. Lo gimana, Tan?" tanya Damica.
Zela menggaruk kepala bingung. Kalau sampai Gentala tau dia sedang mabuk, pasti cowok itu akan ceramah panjang lebar atau kemungkinan terburuk adalah mendiamkannya. Zela tak mau itu terjadi karena didiamkan Gentala sama saja membunuhnya perlahan.
"Lo takut dimarahin bang Genta?" kekeh Aksa paham keadaan. Aksa menjabat sebagai wakil ketua OSIS SMA Baraswara, jadi hubungannya lumayan dekat dengan Gentala. Bahkan cowok itu sudah hafal bagaimana cara Gentala memarahi Zela.
"Hehe.." tawa Zela sembari menaikkan kedua alisnya memberi kode tutup mulut pada Aksa.
"Aman gua mah."
Tak lama kemudian Haikal datang dengan dua botol vodka belvedere di tangannya. "Ini gue pesen dua botol dulu. Nanti kalo kurang kita tambah men."
"Wih mahal nih," celetuk Miko disertai kekehan.
"Mumpung di traktir sultan jadi dipuasin."
"Gue suka prinsip lo nyet!"
"Gimana kalo sama minum kita main truth or dare?" interupsi Nathan sambil menidurkan botol wine yang entah dari mana dapatnya diatas meja.
"Skip deh gue mau ke dance floor." tolak Junio mentah-mentah.
"Dance floor mata lo sobek! Dibungkus tante-tante nggak kuat berdiri lo yang ada. Udah disini aja!" cerocos Haikal dengan amarah menggebu. Haikal memang bawaannya emosi kalau dekat-dekat Junio.
"Sialan! Tapi bener juga sih. Ya udah sini biar gue yang muter botolnya!" Junio mengambil alih botol tersebut kemudian memutarnya. Terbesit sebuah doa agar tidak mengarah padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?
Teen FictionKeyakinan bahwa Gentala mencintai nya adalah sumber kekuatan Zela. Meski harus menghadapi banyak persoalan, itu tak akan membuat Zela melepas Gentala begitu saja. Hingga ada satu titik dimana Zela kehilangan kekuatannya. Yaitu untuk yang pertama kal...