Bagian 18 | Gentala Berubah

355 26 0
                                    

"Jadi, kata baku adalah kata yang telah ditentukan dalam satu kaidah tertentu dan KBBI yang menjadi acuannya."

Pagi ini cukup membosankan bagi kelas Zela. Mata pelajaran Bahasa Indonesia yang membosankan ditambah Bu Sri yang cerewet benar-benar membuat seisi kelas tak bisa berkutik.

Zela diam-diam menyikut lengan Damica. "Mic, lo gak ngantuk?"

"Ngantuk lah! Aksa yang pinter aja sampe merem-merem, apalagi gue." jawab Damica setengah berbisik.

"Gue juga ngantuk banget ini. Mana mendung lagi hoammm.."

"Heh kamu yang nguap!"

Seketika Zela melotot dan menutup mulutnya sendiri karena tertangkap basah menguap. Di kelas Bu Sri aturannya tidak boleh menguap, apapun keadaannya.

"Maju ke depan!"

Dengan terpaksa Zela maju ke depan kelas. Kantuknya mendadak pergi entah kemana.

"Kenapa kamu nguap di kelas saya?"

"Karna saya ngantuk, Bu." jawab Zela apa adanya. Ini yang tidak pintar siapa sih?

"Kenapa ngantuk? Kelas saya ngebosenin?"

Zela menggaruk belakang telinganya, mencari alasan yang tepat. Mau jawab iya tapi kasihan, Bu Sri sudah berumur. "Enggak, Bu. Semalem Mama saya lahiran, jadi saya nungguin sampe-sampe gak tidur."

Jawaban Zela disambut kikikan teman-temannya. Seisi kelas ini tau kalau Mama Zela adalah seorang janda, jadi mana mungkin punya anak lagi.

Bu Sri terlihat diambang kebingungan, antara percaya dan tidak. "Terus itu rok kamu kenapa pendek banget?"

Zela melirik ke bawah. "Ini rok dari kelas sepuluh, Bu. Mama belom punya uang buat beli rok baru. Uangnya buat lahiran dulu."

Bu Sri mendengus. "Alasan! Sebagai hukuman karna menguap dikelas saya, ambilkan kamus Bahasa Indonesia di perpustakaan!"

"Siap, Bu!" jawab Zela penuh semangat. Lumayan kan jalan-jalan daripada di kelas sialan itu.

Zela meninggalkan kelas namun beberapa langkah kemudian berbalik. "Mau nitip yang lain, Bu? Ke kantin barang kali."

"Jangan coba-coba ke kantin ya, Zela!"

"Mampir sebentar, Bu!" teriak Zela dari depan pintu lantas segera berlari menuruni tangga sebelum Bu Sri mengeluarkan taring. Suka ngeri orangnya kalau marah.

Ceklek

Zela membuka perlahan pintu perpustakaan yang hening. Ia menghampiri Mbak Ade si penjaga perpustakaan di mejanya. "Mbak Ade, permisi. Di suruh Bu Sri ambil kamus Bahasa Indonesia. Disebelah mana ya, Mbak?"

"Itu, di rak ujung kamu cari aja. Ada tulisannya kok." tunjuk Mbak Ade.

Otomatis Zela mengikuti arah tangan Mbak Ade dan tak sengaja bersitatap dengan Gentala. Sialan! Kenapa cowok itu dan teman-temannya juga ada disini.

Zela mencoba tak peduli dan melewati Gentala begitu saja menuju rak yang dimaksud Mbak Ade. Matanya meneliti, mana letak kamus Bahasa Indonesia.

Nah, itu! Di bagian atas dan ujung.

Zela mencoba meraih tempat kamus itu namun tubuh travel size nya tak sampai. Hanya ujung jari nya saja yang menyentuh. Ia kembali berusaha namun tiba-tiba sebuah tangan besar memeluk pinggangnya dari belakang.

"Kalo gak nyampe, minta bantuan." bisik Gentala pelan, tepat disamping telinga Zela.

"Lepas!"

Zela menepis tangan itu tapi Gentala malah menambah tangan satunya untuk memeluk Zela. "Seragam kamu pendek, perut kamu jadi keliatan. Aku gak suka punyaku dibagi-bagi."

WHY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang