Hari ini kembali giliran Gentala berjaga di gerbang depan, bersama Aksa dan yang lain untuk mencegat siswa yang melakukan pelanggaran. Harapan nya, tak bertemu Zela disini karena dia sudah muak melihat pelanggaran kekasihnya.
Gentala menghampiri Aksa yang terus menguap dan terlihat ogah-ogahan disana. "Masih pagi. Se-ngantuk itu lo?" tegur nya.
Aksa mengangguk sambil menarik kupluk hoodie nya sehingga wajah tampannya tertutupi. "Gue baru balik subuh, tidur sejam terus berangkat. Makanya lo jangan pensiun dulu. Gue ogah jadi ketos."
Perlu diketahui mereka sangat dekat, bahkan bisa dibilang Aksa adalah adik kesayangan Gentala karena kecerdasannya. Jadi tak heran kalau dia sering berbicara non formal kepada kakak kelasnya itu.
Kringgg Kringggg
"Bangun! Bantu gue cegatin anak-anak yang telat." perintah Gentala membuat Aksa bangkit. Dalam hati berdoa semoga tidak ada yang terlambat agar tak perlu berlama-lama disini. Ia hanya ingin ke kelas dan tidur.
Tapi sayang Aksa harus merelakan harapannya karena tak lama setelah gerbang ditutup, banyak siswa yang merengek minta diijinkan masuk. Dengan kata lain dia dan Gentala harus mendata dan memberi hukuman bagi yang terlambat.
"Semuanya kumpul kesini!" titah Gentala, mengumpulkan siswa yang terlambat di halaman depan. "Udah tau kan gimana aturannya kalo telat?"
"Udahh."
"Bagus. Sekarang gue pengen tau alesannya," Gentala menunjuk seorang siswa kelas dua belas. "Lo kenapa telat?"
Siswa itu cengengesan tak peduli dengan ekspresi Gentala yang seperti triplek. Datar. "Gue bangun kesiangan, Gen."
"Semalem jaga ronda?"
"Sembarangan. Itu cewe gue minta sleepcall sampe pagi. Gue mana bisa nolak?"
"Ck! Jangan punya cewe kalo bisanya nyusahin. Bikin masalah aja!"
Sontak semuanya tertawa geli mendengar kalimat savage dari Gentala. Lagian ada-ada saja, kenapa pake curhat di momen begini. Harusnya perlu digaris bawahi kalau Gentala tidak menerima alasan keterlambatan apapun, kecuali karena ban bocor atau masalah di jalan.
Saat sedang hening-heningnya, ada sebuah mobil yang menyelonong masuk begitu saja dan berhenti tepat disamping anak-anak yang sedang baris. Tak ayal mobil itu mendapat perhatian dari semua pasang mata disana. Dan setelah diperhatikan ternyata Zela dan Gavin lah yang keluar dari dalam mobil, kemudian dengan tanpa dosa mereka bergabung ke dalam barisan.
Sialan! Gentala malu hingga tak bisa berkata-kata. Baru saja mengolok-olok temannya, malah sekarang pacarnya yang membuat masalah.
"Itu yang baru dateng," interupsi Gentala, tak mau membedakan mentang-mentang Zela ceweknya. "Kenapa telat?"
"Gue sih gegara nunggu ini anak jemput. Siapa lagi kan yang mau jemput gue kalo bukan dia?" sindir Zela hingga sukses membuat Gentala bertanya dalam hati, apa dia ada salah?
"Terus lo kenapa telat?" lanjut Gentala namun kali ini sasarannya Gavin.
"Gue bangun kesiangan, Bang. Semalem gue nggak bisa tidur, Zela ngajak ngomong mulu sampe pagi." kompor Gavin semakin membuat wajah Gentala kecut.
"Alesan nggak masuk akal! Lo bakal tetep dapet hukuman."
Gavin tersenyum penuh arti menatap Zela. "Nggak papa asal sama dia."
Gentala mendengus melihat tingkah bocah ini. "Lo sama anak-anak yang lain ke Aksa. Zela ikut gue, pelanggaran lo nggak bisa lagi ditolelir."
Aksa hendak melayangkan protes karena Gentala seenaknya menyerahkan semua siswa yang lain padanya sementara dia malah berduaan dengan Zela. Tapi, belum sempat membuka mulut, Gentala sudah ngibrit duluan ke ruang OSIS dengan diikuti Zela.

KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?
Dla nastolatkówKeyakinan bahwa Gentala mencintai nya adalah sumber kekuatan Zela. Meski harus menghadapi banyak persoalan, itu tak akan membuat Zela melepas Gentala begitu saja. Hingga ada satu titik dimana Zela kehilangan kekuatannya. Yaitu untuk yang pertama kal...