Mood Zela sedang dalam keadaan tidak bagus karena ini adalah hari pertama nya datang bulan. Sejak pagi bawaannya emosi dan mengantuk. Untung saja dewi fortuna sedang berpihak dengan memberikan rapat kepada guru-guru, sehingga jam pelajaran kosong untuk sekarang hingga istirahat nanti.
"WOI DIEM DULU!" teriak Pasha, selaku MPK didepan kelas sambil membawa sebuah buku catatan kecil.
"Bau-bau dosa nih kalo Pasha udah maju." ujar Haikal dengan tampang tak berdosa yang langsung mendapat toyoran dari Junio.
"Bau-bau jamkos monyet! Kan pasti ada acara." protesnya.
"Masalahnya kita selalu bikin dosa pas ada acara!"
"LO BERDUA BISA DIEM NGGAK SIH?!" teriak Pasha untuk yang kedua kali. Heran sendiri, kelas sesempit ini berasa hutan amazon karena penghuninya selalu teriak-teriak seperti tarsan.
Haikal mempersilahkan Pasha melalui tangannya dengan ekspresi serius. "Silahkan dilanjut, pak majelis."
"Sampe ada yang bacot lagi, gue tebas pala lo!" ancam Pasha tak main-main. "Oke, jadi lusa kita ada acara camping di puncak."
"YEEE!"
Brak brak brak brak
Para murid cowok menggebrak-gebrak meja untuk melampiaskan rasa senangnya. Terutama Gavin dan Nathan yang ributnya sudah macam mendapat harta karun.
"Angkatan kita doang?" tanya salah satu siswi.
"Enggak. Dari kelas sepuluh sampe kelas dua belas. Kira-kira di kelas ini ada yang nggak bisa ikut nggak?"
"Aksa katanya males ikut!" seru Haikal.
"Siapa yang bilang?!" sanggah Aksa. Perasaan daritadi diem-diem bae, masih aja kena.
"Tadi katanya lo lebih seneng baca buku di rumah dari pada ikut acara-acara keluar?"
"Awas ya lo, anjing!" ujar Aksa sembari mengangkat kepalan tangan ke udara.
Haikal mengeluarkan ringisan andalannya kemudian memanyunkan bibir. "Muach!"
"Kalo ada yang nggak ikut atau ada pertanyaan, tanya gue aja ntar." kata Pasha lalu cowok berbadan montok itu kembali ke bangkunya.
"Eh nanti kita shopping barang-barang yang dibawa camping yuk," ajak Damica penuh semangat pada semua orang. Di otaknya sudah terdaftar, apa saja barang-barang yang harus dibeli.
Haikal memicingkan mata curiga. "Kita atau lo doang yang shopping?"
"Kita lah! Itu kalo lo punya duit sih." ejek Damica.
"Duit gue buat ngebeli harga diri lo juga bisa, gembel."
Damica merolling bola matanya jengah. "Dih, kere banyak gaya. TOD aja milih di smackdown emak lo daripada bayarin minum."
"Itu karna gue cowok gentle. Berani berbuat berani bertanggung jawab."
"Bacot lo gede! Miskin bilang aja miskin, pake gengsi segala."
"Ckckck," decak Nathan mendengar sambaran Damica pada Haikal. "Mulut lo pedes banget, jadi pengen gue cobain. Kaya nya enak."
"Sialan najis gue!" Damica memonyongkan bibir lalu mengusap-usapnya. "Jangan sampe bibir gue yang seksi terdzolimi."
Gavin berdiri dari bangkunya dan memilih duduk di meja Damica. "Nanti beneran jadi nggak nih? Kalo jadi, gue nggak latihan basket." tanya nya.
"Jadi-jadi!" Damica menoleh pada Zela yang masih nampak lesu. "Lo ikut kan? harus pokonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?
Teen FictionKeyakinan bahwa Gentala mencintai nya adalah sumber kekuatan Zela. Meski harus menghadapi banyak persoalan, itu tak akan membuat Zela melepas Gentala begitu saja. Hingga ada satu titik dimana Zela kehilangan kekuatannya. Yaitu untuk yang pertama kal...