Bagian 7 | Shanena

252 32 0
                                    

"Bye, Kunti!"

Dean langsung tancap gas setelah mengucapkan salam perpisahan kepada Zela. Mending cari aman daripada cari ribut dengan perempuan babon seperti itu.

Zela mengacungkan jari tengah pada Dean yang sudah melaju lumayan jauh. Bocah itu sesekali harus diberi pelajaran agar tak kurang ajar mulutnya. Masa bidadari surga dikatai kunti.

Zela melangkah memasuki gerbang sekolah tanpa beban. Dagunya terangkat angkuh ketika melewati anggota OSIS yang berjaga didepan karena berhasil sampai sekolah lima menit sebelum bel masuk. Bisa dibilang ini adalah rekor karena untuk yang pertama kali dia tidak terlambat.

"Shit!" umpat Zela ketika dirinya hampir tersungkur karena tersandung tali sepatunya yang lepas. Untung saja ada seseorang yang menahan tubuhnya.

Zela menoleh ke samping dan mendapati seorang perempuan berambut hitam panjang yang menolongnya. Perempuan itu sangat cantik dan terlihat asing bagi Zela. "Eh thanks ya. Kalo nggak lo pegangin, paling gue udah nyium tanah pagi-pagi."

Cewek itu tertawa sambil menutupi mulut dengan anggun kemudian melirik sepatu Zela. "Iya, benerin dulu tali sepatu lo daripada jatoh beneran nanti."

Segera Zela berjongkok untuk membernarkan tali sepatunya. Setelah memastikan ikatannya kencang, Zela kembali bangkit. "Btw gue kok ngerasa asing sama muka lo?"

Perempuan itu mengulurkan tangan. "Gue Shanena, murid pindahan baru. Panggil aja Nena."

Dengan senang hati Zela membalas uluran tangan Shanena. Soal mengenal teman baru adalah kesukaannya. "Oh pantesan. Gue Tanzela biasa dipanggil Zela. Gue kelas sebelas. Lo?"

"Sama, gue kelas sebelas juga."

"WOI JABLAY!" teriak seorang cowok dengan kerasnya kemudian berjalan kearah Zela. Siapa lagi pemilik mulut laknat itu kalau bukan Nathan.

Seketika Zela memejamkan mata untuk menetralisir rasa ingin menggetok kepala Nathan. Mulut cowok itu benar-benar tidak bisa melihat kondisi. Kan jadi hilang image Zela di depan teman barunya.

"Gue duluan ya Nen. Ada orang gila nyamperin gue tuh."  pamit Zela kemudian ngibrit dari hadapan Shanena tanpa menunggu jawaban.

"Jablay tungguin gue!" teriak Nathan kemudian berlari hingga mampu menyusul langkah Zela.

"Tadi siapa anjir yang ngobrol sama lo? Bening banget." tanya nya setelah berjalan sejajar dengan Zela.

Tangan Zela sudah tak tertahan menoyor kepala Nathan. "Mulut lo kaya cabe-cabean ya! Bikin image gue rusak aja depan murid baru."

Nathan manggut-manggut. "Oh.. jadi dia murid baru. Pantesan, berarti bener firasat gue. Sebelumnya mana ada yang good looking di sekolah ini."

Zela bersedekap di depan dada sambil menatap Nathan tak suka. "Jadi menurut lo gue jelek?"

"Gue sih nggak bilang, jadi kalo lo ngerasa ya bukan salah gue."

"Bangke lo."

"Tadi anak baru itu siapa namanya blay?" tanya Nathan untuk yang kesekian kali. Maklum lah, jomblo emang nggak tahan liat yang bening-bening.

"Jangan tanya-tanya mulu deh, gue bukan narasumber." sewot Zela.

Nathan berdecak tak suka. "Serius napa. Pelit banget perkara nama doang."

"Kalo lo laki tanya aja sendiri." Zela menjulurkan lidah kemudian mempercepat langkah memasuki kelas.

Pandangan Zela langsung tertuju pada Aksa yang sedang mengganti atasan seragam dengan kaos olahraga. Tubuh bagian atas cowok itu yang sangat atletis membawa langkah Zela untuk menghampirinya.

WHY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang