22. Space 🍁

1K 251 27
                                    


Haiiii ketemu lagi hehe
Mumpung lagi senggang jadi lancar hehe

Selamat membaca^^



🍁🍁🍁


Suara heels dan lantai marmer beradu jadi satu membelah banyaknya orang yang berlalu lalang di lobby. Wajah di balik kaca mata hitam mulai mengeras, asisten yang bersamanya pun enggan untuk mengeluarkan suara ketika menekan tombol lift yang dia tau atasannya sedang ingin ke lt 12.



Suara bantingan pintu mengalihkan fokus Jeffrey dan beberapa orang didalam ruangan tersebut.

"I'am sorry to disturb you" katanya menatap Jeffrey sambil melepas kaca mata.

"Is there anything else you want to discuss?" tanya nya sambil tersenyum manis dan menatapnya beberapa orang yang tadi bersama Jeffrey diruangan

"Tidak ada Bu, kami permisi" jawabnya canggung sambil sedikit melempar pandang ke arah Jeffrey

Pandangan Gadis itu ikut mengantar rekan kerja Jeffrey hingga menghilang dibalik pintu. Seketika senyum manis yang tadi nampak perlahan luruh, digantikan dengan tatapan tajam menusuk.

"Apa lagi mau lu, Laras?!" tanya Jeffrey

"Gue yang harus nya tanya, lu kenapa gak pergi ke rumah Ata?! lu kan yang dulu gak mau pergi dari rumahnya, kenapa sekarang kaya gini?!" Jennie menunjuk-nunjuk bahu Jeffrey yang lebih tinggi darinya.

"None of your business, Larasati!" Jeffrey menahan amarahnya

"Kenapa gue tanya?! karena lu diusir?! MAU SAMPAI KAPAN OTAK LU MIKIR KAYA GITU?! LU GAK DIUSIR, TAPI PAPA LAGI SAKIT MAKANYA KITA DISURUH JENGUK PAPA!!"

"LU GAK NGERTI APA-APA!! LU BARU DATANG GAK USAH SOK TAU!"

"APA YANG GAK GUE TAU?!" Jennie semakin meninggikan suara nya, dia teramat kesal dengan adiknya ini.

Kemarin dia bertukar kabar dengan Winar katanya seperti nya Abah memanggil mereka semua untuk kumpul bersama. Tapi setelah Jennie cross check jadwal Jeffrey lewat sekretaris nya, Jeffrey meminta untuk jadwalnya di padatkan.

"Lu kenapa sih Jef?" melihat Jeffrey yang melampiaskan rasa kesalnya dengan memukul lemari kayu, membuat Jennie sedikit iba.

"Lu tau keluarga Cahyadi juga lagi sibuk urus Abah yang lagi sakit dan Papa juga lagi sakit, lu tau sendiri kondisi papa kaya gimana. Bukannya egois kalau keluarga Cahyadi malah nahan lu lebih lama disana? sementara dia tau kalau Papa butuh lu, papa butuh anak-anaknya" jelas Jennie

"PAPA GAK BUTUH ANAK-ANAKNYA!"

Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Jeffrey, diikuti air mata Jennie yang perlahan meluruh. "Cuman Papa yang kita punya dan lu mau kehilangan dia juga?"

"Lu tau dulu Papa super sibuk dengan kerjaan, kita cuman punya Mama apalagi setelah Mama gak ada lu liat sendiri kan. Lu harus nya bersyukur bertemu keluarga Cahyadi yang ngeanggap lu seperti anaknya sendiri dan lu masih punya Papa yang berusaha mencukupi semua kebutuhan lu. Jangan denial seolah lu adalah korban"








.
.






Raka menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur rumah sakit, matanya terfokus pada si bungsu yang sedang mengupas jeruk.

"Papa gak di kasih?" tanya Raka

Mark menggeleng, "U have gastric, Pa. Biar Mark kupas kan apel saja"

[AU] Paviliun 2 🍁 | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang