34. Yogya 🍁

995 207 44
                                    

Assalamualaikum bestiii^^



Kembali lagi bersama cerita gaje yang akan menemani malam kalian hehe

Enjoyy yorobundel 😻✨




🧡🧡🧡



Jeriko, Mark, Ayata, Ryuni, Hendri, Ecan, Jeril, Ojun Mengambil flight pagi untuk terbang ke kota pelajar tersebut. Mereka memilih mengikuti tes di kota tersebut sekalian jalan-jalan.



Maka terjadi lah hiruk pikuk sejak subuh tadi dikediaman Cahyadi.


"Aduhh siapa didalam?!! cepetan perut aing sakit!!" Hendri menggedor pintu toilet di dapur

"Bentar!! perut gue juga sakit!!" sahut Ecan dari dalam

Jeril yang lagi minum kopi bareng Jeriko di maja makan, mengheran. "Kenapa harus antri? kan toilet Abah ada juga di lt 2? atau kalau tidak, maneh balik saja ke rumah, tinggal lompat pagar padahal" kata Iko

"Lah aing lupa!-- Ish" Hendri memukul pintu toilet sebelum berlari keluar


"Mbul, lu ngapa sih di toilet dapur? kan dikamar ada" Kata Jeril sedikit berteriak

Beberapa saat tidak ada suara dari Ecan, sampai tiba-tiba dia berteriak, "KENAPA LU BARU NGOMONG, JELEKK!"

..



"Aa' ? sarapan pakai semangka?" Ojun heran liat Mark yang duduk bersila di rumah tv sambil makan semangka dan nonton podcast om ded di iPad nya.

"Enak, manis hehe. Tapi di kulkas sisa 2, besok minta di kirim ke sini lagi yah? semangka Abah tidak pernah mengecewakan" Mark mengacungkan 2 jempolnya

"Mamat, ayo sarapan dulu. Umi goreng telur ceplok buat Aa" Kata Ita

"Ayo umi" Mark bangkit dari duduk nya, meninggal sepiring semangka yang masih sisa.

"Aa' ini semangkanya??" tanya Julian yang heran

"Terlur ceplok lebih menggoda, Jul"





Sementara yang lain sibuk dengan ke absurd-an nya, Renaldi memilih menepi dengan duduk bersama Arwan di balkon sambil menyaksikan sunrise.

"Kok menunduk begitu? kepala mu berat?" Canda Arwan

Saat Renaldi mengangkat wajahnya, dia menatap Arwan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kunaon, dang? kenapa nangis?" Arwan sedikit panik

"Ba--bah, terima kasih" kata Renaldi pelan, nyaris seperti angin pagi yang berlalu

"Terima kasih? untuk apa?"

"Semuanya. Abah bantuin biaya pengobatan Papa, bantuin Mama renov rumah nenek, bahkan Abah support kak Yuta untuk memulai bisnis takoyaki nya. Sekarang, Abah bahkan mau biayain studi Dadang dan meyakinkan Mama dan Kak Yuta agar Dadang bisa kuliah. Bah, Dadang gak bisa balas semua jasa Abah. Bahkan dengan nyawa Dadang sekalipun" Renaldi terisak sambil menunduk, tak berani menatap Arwan.


"Nangis saja dulu, tumpahkan semuanya" Arwan menepuk pelan bahu Renaldi tanpa mengindahkan perkataannya.

.

Setelah beberapa menit, Arwan menyadari Renaldi mulai bisa mengontrol emosinya. Di mengambil tisu dan memberikan nya, "Sudah tenang?"

Renaldi mengangguk pelan sambil menyeka hidung nya yang mulai meler.

[AU] Paviliun 2 🍁 | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang