50. Dengan caranya 🍁

1K 197 35
                                    

Shayuta mengecek kembali bahan-bahan makanannya. Hari ini, hari perdana dia akan jualan. Lokasinya tidak begitu jauh dari rumah, hanya di depan minimarket yang berada di pinggir jalan utama.

"Okey lengkap" Kata Shayuta. Mina berusaha menahan air matanya agar tidak menetes. Ada perasaan sedih dihatinya melihat si sulung yang sekarang bekerja membantu keadaan ekonomi keluarga.

"Kak, ini mama siapkan bekal buat kakak" Mina berusaha tersenyum, walaupun dia meresa air matanya menetes.

"Ma, kan udah janji sama Yuta gak boleh sedih." Shayuta, yang entah sejak kapan menjelma menjadi sosok soft boy, dia menarik Mina dalam pelukannya. Di tepuknya secara halus punggung sang Mama, "Doakann Yuta yah ma", Banjir sudah air mata Mina



"ATUYMARKUTUYY-- Eh halo Tante hehe" Juzzel tersenyum malu, dia baru datang bersama Theo, Winar dan Jeffrey.

"Maaf Tante, urat malunya udah kadaluarsa. Tante apa kabar?" Theo menyalimi tangan Mina, ikuti Winar dan Jeffrey.

"Seperti kelihatan. Ada apa ramai begini? Sudah makan? Tante baru selesai masak, ayo masuk dulu"

Jeffrey menggeleng, "Kita udah makan, mau bantu bang Tuy jualan. Doakan laku yah Tan, tapi harusnya laku kan yang jual cakep", Jeffrey membetulkan kerah kemejanya

"Nyenyenye, ngapain sih pada datang? ribet amat. Ini lagi ngapain pake kemeja segala?" Shayuta sebenarnya terharu, cuman gengsi saja.

"Di tarik keluar dari ruang rapat sama Mpok nya" kata Winar

Jeffrey tersenyum sambil melepas dasi yang masih terpasang serta beberapa kancing kemeja, "Spill dukun santetnya dong, hoki bener kakak gue belain lu"

"Tunggu bentar, gue ganti baju di mobil" Jeffrey kembali berlari ke arah mobil

"Udah ayo cepetan, keburu siang" Juzzel sudah siap membawa tempat makanan di kedua tangannya. Serasa dia yang punya takoyaki.

"Jepri masih ganti baju noh" Theo menunjuk Jeffrey yang berganti baju di dalam mobil, tapi percuma kaca mobil Theo yang transparan menampilkan secara live tubuh berotot Jeffrey.

"Dadah Tante, pamit pergi dulu" Winar dengan senyum cerahnya melambaikan tangan ke arah Mina.






Dari dalam rumah, Arwan menatap Indra yang posisinya masih melihat ke arah luar.

"Si gondrong benar-benar mengambil ahli posisimu, Indra. Tidakkah kamu bangga padanya?" tanya Arwan

"Dia punya lingkaran sahabat yang selalu berusaha saling support satu sama lain. Bahkan tanpa saya ketahui. Mereka tumbuh bersama dan saling menguatkan untuk bebas dari jerat ekspektasi kalian."

Arwan tersenyum, dia berdiri dan menepuk bahu Indra yang kedua matanya mulai berkaca-kaca, "Tidak perlu mengkhawatirkan kedua anakmu, terutama Renaldi dia aman dalam pengawasan ku. Saya sudah menunjuk bapak kos terbaik untuk mereka. Untuk Shayuta, coba berusaha lebih dekat dengannya. Saya pergi dulu"

"Mau--kemana?" tanya Indra berusaha memperjelas perkataan nya

Arwan lagi-lagi tersenyum, "Anakmu butuh pembeli pertamanya"



🍁



"ECANJING!!!! BANTAL GUE KENAPA LU ILERIN?!"

Renaldi berusaha menahan emosinya. Ehm.. emosinya sudah meluap sih melihat bantal berbentuk kepala Moomin punya nya sudah tercetak bentuk pulau pribadi punya Ecan.

"MAAP DANG-- ADAWWW MAHKOTA GUE JANGAN DI JAMBAK ANJIR!!"

Ecan mengaduh kesakitan ketika rambutnya dijambak sama Renaldi.

[AU] Paviliun 2 🍁 | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang