Noah duduk menghadap jendela di ruang kerjanya, kantornya terdiri dari dua puluh lantai dan lantai teratas hanya ada ruangannya yang di jaga oleh dua bodyguard. Pemuda dengan kemeja navy itu memutar kursinya lalu mengetuk-ngetuk meja kerjanya, mata tajamnya memerhatikan ponsel, sesekali ia memalingkan wajah kearah jam dinding.
Ruangan yang didominasi dengan warna hitam dan abu-abu itu terasa sepi dan dingin, hanya ada Noah didalamnya. Si pemuda berumur dua puluh tiga tahun yang sedang pusing memikirkan permintaan Mamanya.
"Kamu kapan kasih Mama cucu? Kamu gak bosen sendiri terus?"
Kira-kira seperti itulah ocehan sang Mama, Noah menghela napas pelan, memikirkan kalimat itu membuat kepalanya pusing. Perhatiannya teralih saat pintu dihadapannya diketuk, pemuda itu merubah posisi duduknya, berdeham sebentar sebelum akhirnya bersuara.
"Masuk,"
Seorang pria paruh baya masuk, wajahnya datar. Pria itu berjalan kearah Noah, ditangannya terdapat sebuah buku kecil lengkap dengan pulpen di saku jasnya. Namanya Arthur.
"Setengah jam lagi, jadwal anda mengajar." Noah mengangguk, Arthur menunduk lalu keluar dari ruangan. Sedangkan Noah, pemuda itu mengangkat sebelah alisnya seolah-olah sedang merencanakan sesuatu.
Iya, sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [ SELESAI ]
Teen FictionUntuk sesaat Noah terpaku, dihadapannya berdiri seorang gadis berseragam sekolah, dengan rambut terikat. Senyum pemuda itu terbit seketika, seperti mendapatkan sebuah ide cemerlang. ***** Noah Atreo, menjadi seorang guru di sebuah sekolah menengah a...