JIRO TEROBSESI?

435 14 0
                                    

Aurora berdiri di hadapan Jiro, pemuda itu mengajaknya ke belakang sekolah dengan alasan ingin mengatakan sesuatu, Aurora sempat menolak, namun Nayla bersi keras untuk membujuk Aurora agar mengikuti ajakan Jiro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aurora berdiri di hadapan Jiro, pemuda itu mengajaknya ke belakang sekolah dengan alasan ingin mengatakan sesuatu, Aurora sempat menolak, namun Nayla bersi keras untuk membujuk Aurora agar mengikuti ajakan Jiro.

Suasana angin yang berhembus membuat keduanya menikmati angin itu, Aurora menatap mata Jiro, memberi isyarat agar pemuda itu segera mengatakan maksud dan tujuannya mengajak Aurora ke belakang sekolah.

Setelah berdiam diri beberapa saat, akhirnya Jiro mengambil tindakan, pemuda itu meraih tangan Aurora, menggenggamnya sambil menatap tangan gadis itu, Aurora sedikit bingung namun tak berbuat apa-apa.

"Gue mau lo jadi pacar gue," ujar Jiro tiba-tiba. Aurora sontak menarik tangannya dan menggeleng, tidak bisa, ia tidak bisa berpacaran dengan Jiro.

"Sorry, but, gue gak bisa." Jiro mengernyit heran, wajahnya berubah merah, seperti menahan amarah.

"Gue gak bisa Ji, gua gak suka sama lo," jawab Aurora. Jiro maju selangkah, ia merasa marah ketika mendengar jawaban itu, rasa tak terima di dalam dirinya membuat ia berpikir jelek.

"Gue kurang apa? Gue bisa bikin lo suka sama gue, Ra!" Aurora menggeleng. Jiro menarik tangan Aurora dan mendorong gadis itu hingga menabrak tembok, tempramen yang jelek membuat Aurora semakin takut.

Tangan kekarnya menahan pundak Aurora, gadis itu menggeleng ketika Jiro mendekatkan wajahnya, jarak yang rapat itu membuat Aurora berusaha keras mendorong tubuh Jiro.

"Lo punya gue, Ra!" Jiro mencengkram dagu gadis itu, wajah Aurora sudah di penuhi air mata karena terlalu takut, Jiro yang melihat itu tidak memiliki niat untuk melepaskan Aurora.

Aurora memejamkan matanya, ia memberanikan diri untuk menendang bagian sensitif Jiro hingga membuat pemuda itu tersungkur, gadis itu berlari menuju ruang kelas yang sudah kosong, berjongkok di meja guru sambil menutup mulutnya.

Sekolah yang sudah sepi membuatnya takut, ia bahkan lupa jika Noah memintanya untuk menyusul pemuda itu ketika sudah pulang sekolah.

Suara langkah kaki membuat air mata Aurora kembali mengalir, ia menutup matanya, berharap bahwa langkah kaki yang ia dengar bukan langkah kaki Jiro, sampai akhirnya sebuah tangan menarik kursi guru menjauh dari mejanya.

"Sayang," panggil Noah. Pemuda itu berjongkok dan mendapati Aurora terkejut, namun sedetik kemudian Aurora memeluknya erat, menyembunyikan wajah di pundaknya.

"What's wrong?" tanya Noah khawatir. Pemuda itu menarik Aurora untuk berdiri, menangkup wajah gadis itu sambil menatapnya meminta penjelasan.

Rahang Noah mengeras ketika melihat rahang Aurora yang memerah seperti bekas cengraman sesuatu, gadis itu masih menangis membuat Noah kembali memeluknya.

Aurora melepas pelukan itu, keduanya tangannya berada di pinggang Noah, suara tangisnya semakin kuat ketika Noah bertanya apa yang terjadi padanya.

"I want to go home," kata Aurora. Gadis itu tidak ingin memberitahu Noah apa yang terjadi padanya, takut pemuda itu akan menghajar Jiro habis-habisan.

DESTINY [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang