Noah yang tadinya tengah duduk sambil sibuk memainkan laptopnya tersadar ketika pesan seseorang masuk ke dalam ponselnya, pemuda itu berada di dalam kantor sekolah dengan beberapa buku murid yang harus ia nilai, pesan yang di kirim oleh sekretarisnya itu berhasil menarik perhatiannya.
Arthur mengiriminya sebuah lokasi perumahan, membuat Noah heran namun bertanya-tanya. Setelah mendapat jawabannya, Noah segera meraih kunci mobilnya lalu berlari tergesa-gesa menuju parkiran sekolah. Beberapa murid memperhatikannya namun hanya melihat, tak berani menegur.
Mobil Noah melaju menuju perumahan itu, ia berhenti di depan rumah yang memiliki pagar yang tak terlalu tinggi, pemuda itu turun dari mobilnya, lalu berjalan pelan masuk kesana.
Detak jantung Noah mendadak berdegup kencang ketika mendengar suara teriakan sakit bercampur kesal, ia mengenali suara itu, Noah membuka pintu rumah pelan-pelan lalu berjalan menuju kamar yang berada tepat di depannya.
Pemuda itu melihat seorang pemuda berseragam tengah bersiap melayangkan tinjunya, Noah mengangkat satu kakinya lalu menendang pemuda itu.
Di hadapannya kini ada Aurora yang terduduk lemas dengan wajah penuh luka dan bekas darah mengering, pelipis gadis itu lebam, membuat Noah tak bisa menahan amarahnya lagi.
Ia berbalik, tersenyum miring karena merasa tebakannya tak meleset, pemuda itu menarik kera baju Jiro, memaksanya berdiri laku meninju nya sekuat mungkin.
Hidung Jiro yang berdarah tak membuatnya berhenti sampai pemuda berseragam itu tersungkur lemas di lantai dengan wajah yang meringis.
Suara langkah kaki menarik perhatian mereka, Arthur datang dengan tiga orang anak buahnya lalu mengangkat Jiro yang sudah pingsan, wajah Noah terlihat lebam di bagian sudut bibirnya karena Jiro berhasil melakukan serangan balik tadi.
"Sayang," panggil Noah. Tangan pemuda itu menangkup wajah Aurora, gadis itu terlihat setengah sadar dengan tangan yang terikat di kedua sisi kursi.
Noah membuka ikatannya lalu menggendong tubuh Aurora, melempar kunci pada Arthur, menyuruh pemuda itu mengendarai mobilnya menuju rumah sakit terdekat.
"Sayang, hei, dengar saya." Noah berusaha membuat Aurora untuk tetap sadar sebelum mereka tiba di rumah sakit, Arthur memerhatikan keduanya dari kaca depan sambil melakukan mobil milik Noah.
🪐🪐🪐
Noah tak berhenti mondar-mandir menunggu Dokter keluar setelah memeriksa Aurora, Arthur yang berdiri tak jauh darinya menunduk diam, atmosfer kemarahan Noah masih terasa sangat jelas, ditambah lagi dengan wajah tegas pemuda itu.
Keduanya menoleh kearah pintu saat Dokter keluar, wajah Dokter itu terlihat lesu tak bereskpresi.
"Keadaan pasien sedikit parah, pasien mengalami pendarahan pada otak, pendarahan ini menyebabkan penekanan otak oleh pembuluh darah yang pecah, sehingga mengganggu kesadaran pasien." jelas si Dokter. Noah menundukkan kepalanya, Arthur berdeham pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [ SELESAI ]
Teen FictionUntuk sesaat Noah terpaku, dihadapannya berdiri seorang gadis berseragam sekolah, dengan rambut terikat. Senyum pemuda itu terbit seketika, seperti mendapatkan sebuah ide cemerlang. ***** Noah Atreo, menjadi seorang guru di sebuah sekolah menengah a...