Laura berjalan menuju cafe, ia tersenyum miring melihat Aurora yang tengah menunggunya dengan wajah polos, wanita itu sengaja meminta Aurora untuk bertemu dengannya, walaupun harus di paksa terlebih dahulu.
Wanita dengan baju merah itu duduk, menyuruh Aurora diam saat gadis berseragam itu hendak mengeluarkan suara.
"Saya rasa, kamu tau tujuan saya ajak kamu kesini," ujar Laura. Dia meletakkan ponselnya di meja, Aurora diam, belum berniat untuk mengeluarkan suaranya.
"Yang harus kamu tau, saya pernah menjadi orang yang paling spesial di hidup Noah." Laura menjeda kalimatnya, Aurora masih diam.
"Dan sampai sekarang pun masih begitu," lanjutnya. Aurora mengangguk paham. Gadis itu menyeruput air yang sudah ia pesan dari tadi.
"Saya gak masalah sih, sama status kalian dulu, itu juga bukan urusan saya." Wajah tenang Aurora membuat Laura sedikit kesal, namun wanita itu mencoba untuk menahannya.
"Oh ya? Gimana kalau Noah saya rebut? Kamu bukan apa-apa tanpa dia." Aurora menatap Laura tak berkedip, masih membiarkan wanita itu mengeluarkan suaranya.
"Rebut aja, emang kalian cocok kan?" Aurora berusaha tenang. Jujur saja, ia sebenarnya ingin sekali menjambak rambut wanita di hadapannya kini.
Laura mengeluarkan sebuah amplop, amplop coklat yang terlihat tebal, bahkan wanita itu juga mengeluarkan cek dan sebuah pulpen.
"Pilih, disitu aja seratus juta, atau kamu mau tulis nominalnya sendiri?" Laura tersenyum miring seraya menyodorkan pulpen itu ke arah Aurora.
"Main nyogok nih, ceritanya? Bersaing secara sehat aja gimana?" Aurora tertawa pelan, wanita di hadapannya itu menggeram kesal.
"Sialan lo! Lo gak bisa ninggalin Noah? Kenapa? Lo butuh uangnya? Emang ya! Orang miskin otaknya uang aja!" umpat Laura.
"Pantes aja di tinggal Noah, lo modelannya gini ternyata," Laura tak menjawab, mata wanita itu terfokus pada Noah yang berjalan ke arah cafe, ia sengaja mengajak Noah datang untuk menyaksikan rencananya.
Laura meraih gelas Aurora, menyiram minuman gadis itu ke pakaiannya sendiri, lalu kembali meletakkan gelas itu di meja.
"Laura!" Aurora menoleh ke sumber suara, pemuda dengan jas coklat itu berjalan ke arah mereka, ia melayangkan tatapan tajam ke arah Aurora, membuat gadis itu mengerti cara kerja Laura.
Noah berjalan mendekati Laura, mengamati wanita itu dari atas kepala hingga ujung kaki, mengabaikan Aurora yang berdiri menatapnya dengan raut wajah datar.
Noah tak mengeluarkan suara, pemuda itu meraih tangan Aurora, menariknya masuk ke dalam mobil, tidak peduli pada Laura yang berteriak kesal, di tambah lagi pengunjung yang mulai melirik nya secara terang-terangan.
"NOAH!" Laura berdecak kesal, wanita itu meraih tas dan amplop serta nota yang ada di meja, berjalan keluar cafe dengan wajah malu sekaligus kesal.
Laura melempar notanya kearah mobil Noah yang kini melaju meninggalkannya. Rencananya hancur ditambah ia dipermalukan, oh bahkan pemuda itu tak mengeluarkan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [ SELESAI ]
Подростковая литератураUntuk sesaat Noah terpaku, dihadapannya berdiri seorang gadis berseragam sekolah, dengan rambut terikat. Senyum pemuda itu terbit seketika, seperti mendapatkan sebuah ide cemerlang. ***** Noah Atreo, menjadi seorang guru di sebuah sekolah menengah a...