MANTANNYA?

531 24 0
                                    

Sepulang menjenguk Nayla, Noah memilih mengajak Aurora ke kantornya, gadis itu sudah menolak namun Noah tetap memaksa, jadilah ia sekarang berada di kantor pemuda itu masih dengan seragam sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang menjenguk Nayla, Noah memilih mengajak Aurora ke kantornya, gadis itu sudah menolak namun Noah tetap memaksa, jadilah ia sekarang berada di kantor pemuda itu masih dengan seragam sekolahnya.

Noah menggenggam erat tangan Aurora, tak peduli jika beberapa karyawannya mulai bertanya-tanya siapa gadis yang ia bawa ke kantor, bahkan Arthur kini berjalan di belakang mereka sambil sesekali menghela napas berat.

Keduanya masuk ke dalam ruang kerja Noah, Aurora mendengus kesal, ia tidak mau jika nantinya ada gosip yang tidak-tidak tentang Noah.

Noah tersenyum ketika menyadari raut wajah kesal Aurora, pemuda itu mendekati Aurora dan meraih tangannya, memeluk gadis itu dengan satu tangan.

"Kenapa? Hm?" Noah memeluk Aurora. Pemuda itu menyampaikan rambut Aurora yang sedikit mengganggu pandangannya.

"Nanti kamu di gosipin, gimana? Aku juga kan masih pake seragam," jawab Aurora. Noah menggeleng lalu menggendong Aurora ala koala, "siapa yang berani gosipin saya? Kan saya bos-nya sayang." Noah mengecup bibir Aurora sekilas, mencoba meyakinkan gadis itu.

Noah mendudukkan Aurora di meja kerjanya, dia merogoh kantong celananya karena merasa ponselnya bergetar, Aurora tak peduli, ia sibuk memainkan pulpen Noah yang tampak mahal di matanya.

"Usir," kata Noah. Pemuda itu meraih tangan Aurora dan menggenggamnya erat, wajahnya tampak sedang menahan kesal.

Aurora mengelus tangan Noah, gadis itu merasa hawa ruangan yang berubah drastis saat Noah mengangkat telponnya, di tambah lagi dengan jawaban pemuda itu yang terdengar tajam.

Noah mengangkat tubuh Aurora, membiarkan gadis itu menjelajahi seluruh sudut di ruangannya, sedangkan dia kembali bekerja, mengecek semua laporan dan beberapa dokumen yang di antarkan Arthur tadi.

Aurora berdiri di jendela besar yang berada tepat di belakang Noah, ia memandangi kota Jakarta yang begitu luas.

Aurora buru-buru bersembunyi saat mendengar suara pintu yang di buka paksa, gadis itu memukul pelan kaki Noah dan masuk ke kolong meja, membuat Noah tak sempat bereaksi.

"Noah!" Aurora segera menutup mulutnya, gadis itu melirik Noah yang menatap datar kearah depan. Wanita dengan rambut ikal dan tas coklat itu mendekati Noah, berdiri tepat di depan pemuda itu.

"Temenin aku ke makam Mama Yok, aku kangen sama Mama." Laura memasang wajah sendunya, membuat Noah berpikir dua kali, kasihan dan-sebenarnya ia tidak peduli.

Aurora menggeleng pelan, menunggu jawaban Noah, nyatanya pemuda itu malah menghubungi Arthur dan menyuruh sekretarisnya untuk menemani Laura.

"Kok dia?" tanya Laura heran. Noah tak menjawab, ia melambaikan tangannya, mengisyaratkan Arthur agar membawa Laura keluar, walau menolak, Arthur berhasil membuat Laura keluar dari ruangan Noah.

Noah bangkit, memundurkan kursinya lalu berjongkok di hadapan Aurora, menarik gadis itu agar berdiri.

"Kamu ngapain sembunyi?" tanya Noah. Aurora menggeleng bingung, sikapnya tadi terjadi secara tiba-tiba.

DESTINY [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang