Noah menggenggam tangan Aurora erat, keduanya berada didalam mobil, Aurora diam sejak mereka meninggalkan rumah Aurora. Pelipis Noah berdarah karena Aldi sempat melayangkan pisau kearah pemuda itu.
Aurora menoleh ketika Noah mengecup punggung tangannya, gadis itu meraba luka Noah, mata mereka bertemu satu sama lain, Noah mengangkat tangannya lalu memegang tangan Aurora yang menyentuh pelipisnya.
"Maaf," ucap Aurora. Noah lagi-lagi menggeleng, gadis itu sudah beberapa kali mengucapkan kata maaf. Air mata Aurora kembali mengalir, membuat Noah menarik gadis itu ke pelukannya.
"It's oke, ini cuma luka." Noah berusaha menenangkan Aurora. Gadis itu membalas pelukannya tak kalah erat, sesekali menggumamkan kata maaf, mata Aurora juga mulai membengkak karena menangis.
"Saya udah bikin anda luka," ucap Aurora. Noah melepas pelukannya, mengusap pipi gadis itu sambil merapikan rambut Aurora.
"Please, jangan terlalu formal." Noah terlihat merengek ketika mengucapkan kalimat itu, persetan dengan tato dan rokoknya. Rasanya, hanya Aurora yang bisa membuatnya merengek seperti tadi.
"Okay Noah," jawab Aurora. Noah tersenyum senang, pemuda itu kembali menarik Aurora ke pelukannya. Keduanya tiba di Apartement Noah, pemuda itu sengaja membawa Aurora kesana, agar memiliki waktu berdua dengan gadis itu.
"Saya ke dapur." Noah meninggalkan Aurora sendiri di ruang tamu, gadis itu duduk di sofa dengan mengangkat kedua kakinya, ia masih takut ketika membayangkan kejadian tadi, untungnya tidak ada luka di tubuhnya.
"Hey, kenapa?" Noah datang dengan nampan berisi makanan ditangannya. Pemuda itu duduk disamping Aurora dengan raut khawatir yang terpampang jelas di wajahnya.
"Gak papa," jawab Aurora. Gadis itu tersenyum canggung, Noah menarik Aurora agar duduk menghadap dirinya.
"Here." Noah memeluk Aurora erat, gadis itu membalas pelukannya tak kalah erat, bahkan menyenderkan kepalanya pada pundak Noah. Pemuda ini mengelus punggung Aurora, mencoba memberi ketenangan pada gadis itu.
"It's okay, sayang." Tanpa sadar Noah memanggil Aurora dengan sebutan sayang, berharap agar gadis itu tak mendengarnya.
"I hear you," celetuk Aurora. Noah melepas pelukannya, menatap canggung kearah Aurora yang dibalas dengan tatapan bingung dari gadis itu.
Aurora tersenyum, membuat Noah malu setengah mati, pemuda itu menyukai Aurora, ia akui itu, bahkan sejak pertama kali melihat gadis itu, ia bisa menjamin bahwa dirinya jatuh hati.
Gadis berambut panjang itu merentangkan tangannya, membuat Noah kembali memeluknya erat, menyenderkan kepalanya pada dada Aurora, membuat gadis itu mengecup puncak kepala Noah karena gemas dengan tingkah pemuda yang masih mengenakan kemeja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [ SELESAI ]
Teen FictionUntuk sesaat Noah terpaku, dihadapannya berdiri seorang gadis berseragam sekolah, dengan rambut terikat. Senyum pemuda itu terbit seketika, seperti mendapatkan sebuah ide cemerlang. ***** Noah Atreo, menjadi seorang guru di sebuah sekolah menengah a...