Sepuluh menit kemudian,
aku sudah duduk di ruang keluarga rumah keluarga Samodro. Di hadapanku duduk ibuku dan Nyonya Indira Samodro. Nyonya Indira dan ibuku memang sebaya, tapi kerasnya kehidupan membuat ibuku kelihatan beberapa tahun lebih tua darinya.Wanita blasteran Inggris-Indonesia itu masih terlihat cantik meski sudah memasuki usia kepala 5 dan memiliki tiga orang anak. Satu orang putra dan dua orang putri.
Ah, ekonomi memang berperan penting dalam penampilan seseorang. Sebenarnya aku sudah berkali-kali meminta pada ibu untuk berhenti dari pekerjaannya, toh sekarang aku sudah memiliki penghasilan sendiri dan meski sederhana aku juga sudah memiliki rumah sendiri yang sekarang aku tempati. Dan meski cuma sekelas toyota rush, aku juga memiliki kendaraan sendiri. Kendaraan yang aku gunakan dalam aktifitasku sehari-hari.
Meski hobi travelling, aku juga masih punya tabungan yang cukup untuk hidup kami berdua.
Tapi setiap kali aku membuka percakapan tentang ini, beliau selalu menolak."Kamu gak usah ngawatirin ibu, daripada ngawatirin ibu, gimana kalo mulai sekarang kamu mulai ngawatirin dan mikirin diri kamu sendiri?" kata ibuku saat untuk kesejuta kalinya aku membuka percakapan tentang beliau yang aku ingin berhenti bekerja, tinggal bersamaku dan menjadi ratu serta majikan di rumah kami sendiri.
"Maksud ibu?" Aku mengerutkan kening tidak mengerti.
"Jangan pura-pura kamu, sampai kapan kamu mau jadi bujangan?
Kapan kamu mau ngenalin calon kamu sama ibu? Umurmu sudah 28 tahun, ibu juga sudah semakin tua. Ibu kepingin sebelum tutup mata bisa lihat kamu nikah. Punya
anak. Hidup bahagia sama istri dan anakmu. Kamu inget Wanto?Temen kamu di kampung yang sekarang jadi guru SD. Anaknya sudah dua! lah kamu, kapan nyusul?"Ibu gak ngelarang kamu jalan-jalan, keliling negara, asal kamu jangan lupa buat cari jodoh. Ibu juga heran, kamu kan sering jalan-jalan ke luar negeri. Apa gak ada cewek yang nyantol sama kamu?
Kamu kan ganteng, tinggi, pinter ngomong Inggris, harusnya banyak perempuan yang antri buat jadi pacar kamu. Lah ini masih jomlo sampai sekarang"."Loh ibu kok ngerti-ngertian ngomong jomlo?"
"Dari non Jane". Ibu ngikik geli, "Gaul kan mbokmu ini?katanya sekarang non Clariss jomlo kayak kamu, gara-gara diselingkuhin pacarnya. Sebenarnya mbakyu Indira sama Mas Hendro juga gak begitu suka sama pacarnya non Clariss. Katanya playboy. Untung sekarang udah putus".
"Putus kok untung?"
"Udah-udah, kenapa jadi ngomongin non Clariss? kita lagi ngebahas kamu. Gimana? kapan mau ngenalin calon kamu sama ibu? biar kamu ada temannya dan gak suka keluyuran lagi keluar negeri."
"Nanti bu, belum ada cewek yang mau aku bawa pulang. Lagian kan ibu tahu, Mahesa lebih banyak ketemu cewek bule daripada cewek Indonesia. Emang ibu gk keberatan aku punya istri bule?"
"Nggak. Asal seiman. Juga sayang sama kamu, mau nerima kamu apa adanya".
"Juga sayang sama ibu. Satu-satunya ibuku yang paling cantik di dunia ini," kataku sambil memeluknya penuh sayang. Karena aku tidak mau, ibu di hina menantunya bila tahu ibu mertuanya cuma seorang pembantu.
"Halah, gombal."
Dan di sinilah sekarang. Ibu
ku tersayang sedang duduk ber-
sama majikannya, Nyonya Indira
Samodro. Keduanya sedang asyik membongkar oleh-oleh yang aku bawa dari berbagai negara yang aku
kunjungi baru-baru ini.Topi ak kalpak dari Kirgistan
keramik-keramik cantik dari uzbekistan dan juga kain-kain saree dan gelang-gelang cantik dari India."Ya ampun kain saree ini bagus banget. Ini yang biasa dipakai perempuan-perempuan India ya, Sa?
Sepatunya juga cantik. Keramik- keramik ini lucu."Aku cuma senyum lebar meli
hat kedua wanita seusia itu meng-
agumi barang-barang yang merupakan
oleh-oleh dariku, yang satu persa-
tu aku keluarkan dari ranselku. Kini di meja depan kami dan sebagian di sofa sudah penuh oleh berbagai barang oleh-oleh. Aku jadi mirip pedagang kaki lima yang sedang menggelar dagangan
nya di depan ibu-ibu yang haus belanja."Semua oleh-oleh kamu yang kamu bawa dari luar negeri cantik- cantik, Sa. Unik-unik lagi. Gara-gara kamu sering keluar negeri rumah mamah jadi penuh sama oleh-oleh khas dari negara- negara lain. Teman- teman mamah sampai iri loh. Katanya kok bisa punya koleksi barang-barang dari negara lain sebanyak ini. Om
Hendro juga sering keluar negeri.
Tapi gak sesering kamu. Lagian kalo keluar negeri juga buat bisnis. Gak sempat beli oleh-oleh," keluh nyonya Indira.Satu hal yang aku sukai dari
keluarga ini adalah kebaikan me-
reka pada aku dan ibuku. Mereka
tidak pernah menganggap kami
pembantu. Ibuku bahkan memang
gil nyonya Indira dengan sebutan mbakyu. Dan tuan Hendro dengan
sebutan mas.Bahkan nyonya dan tuan Samodro membiasakan aku untuk memanggil mereka mamah
dan papah. Dan ketiga anaknya mas dan mbak. Tapi aku yang sedari kecil sudah tahu diri terbiasa memanggil anak-anak Tuan Samodro dengan sebutan non dan tuan. Meski kadang Jane suka
marah dengan sebutan itu.Kami bertiga masih asyik
mengagumi oleh-oleh yang aku bawa,
aku yang membongkar oleh-oleh dan
keduanya yang asyik berbincang
mengagumi barang-barang itu,saat tiba-
tiba terdengar suara menginterupsi kegiatan dua ibu-ibu
yang masih saja heboh dengan ba
rang-barang ditangan mereka."Eh, apa nih? Rame banget, kok gak ngajak-ngajak aku sih? "
#maaf ya yang udah ngasih vote dan baca tulisan saya, entah kenapa bab pertama dari cerita ini hilang setelah revisi. Saya tidak tahu apa sebabnya,karena itu bab awal ada di Bab paling akhir setelah end. Maaf lagi atas ketidak nyamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE (END)
RomanceMahesa sudah terbiasa dihina, terbiasa ditolak orang tua gadisnya saat tahu bila ia cuma anak seorang pembantu. Meski sekarang ia pria yang cukup mapan, seorang arsitek muda berbakat yang karyanya bahkan diakui dunia Internasional. Tapi itu tidak me...