Sebuah Ciuman

1.9K 188 3
                                    

Sambil menggandeng tanganku, kami berjalan beriringan memasuki restoran tempat teman Clarissa sudah reservasi tempat untuk acara ulang tahunnya. Tempatnya di lantai 2, dan ruangan khusus tersendiri. Ternyata ini restoran Korea yang cukup terkenal di Jakarta.

Clarissa terlihat sangat cantik dan seksi dengan gaun pendek selutut warna hitam dan tali spaghetti. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai.

Teman-temannya yang lain sudah datang saat kami muncul. Aku diperkenalkan pada teman-temannya dan perempuan yang berulang tahun. Lalu kami mulai duduk dan mulai menikmati hidangan yang terdiri dari sabu-sabu dan juga hot pot Korea. Beragam daging, ikan dan makanan laut lainnya melimpah di atas meja. Juga sayur-sayuran hijau.

Satu meja terdiri dari 4 orang. Dengan panggangan daging dan juga panci hot pot. Kami semeja dengan pasangan Ryan dan Mirna.

"Pacar baru kamu ganteng banget, Cla. Macho lagi," bisik Mirna pada Clarissa yang meski pelan tapi bisa kudengar dengan kupingku yang tajam. Clarissa tidak menjawab, tapi matanya menatapku penuh arti.

Aku melihat sekeliling memperhatikan teman-teman Clarissa yang berasal dari keluarga terpandang, tapi tidak melihat kehadiran Dean maupun Sabrina. Mungkin mereka tidak datang atau tidak di undang?Entahlah.

Saat makan, Ryan ingin minum soju yang memang disediakan di restoran itu. Aku bukannya tidak pernah mencoba minuman beralkohol, hanya saja malam ini aku menyetir. Jadi tak ingin mabuk dan cuma minum secangkir. Waktu traveling ke Korea aku sudah pernah minum soju sampai mabuk, jadi sudah tidak tertarik lagi. Yang mengejutkan, Clarissa juga ikut mencoba.

"Cukup, Cla," Aku mencegah ia mengambil cangkir yang ketiga. Kulihat matanya sudah memerah dan berair. "Kamu mabuk."

"Siapa bilang aku mabuk?" Ia menepis tanganku yang menghalanginya mengambil cangkir soju. Meski cuma cangkir kecil, tapi aku rasa toleransi alkohol Clarissa sangat rendah. Atau dia tidak terbiasa minum alkohol. Hanya dengan tiga cangkir soju dia sudah mabuk.

Ck, gadis bodoh, kataku dalam hati. Dalam keadaan mabuk seperti ini bagaimana aku bisa mengantarnya pulang ke rumah Samodro? Bisa diinterogasi habis-habisan aku sama orang rumah. Meski itu bukan salahku tapi kemauan Clarissa sendiri yang kepingin minum.

Apalagi teman-teman Clarissa tahunya aku pacar Clarissa, jadi mereka menyerahkan Clarissa yang mabuk denganku. Dalam keadaan mabuk seperti ini, aku tidak bisa membawa Clarissa pulang ke rumahnya tapi ke rumahku.

Aku membaringkan Clarissa di kasur di kamarku. Akhirnya dengan susah payah aku berhasil juga membawa dia pergi dari restoran itu, saat dia nanti sadar aku baru akan mengantarnya pulang.

Tapi belum sempat aku pergi, tiba-tiba kedua tangannya memeluk leherku erat. Aku nyaris terjerembat ke atas tubuhnya kalau tidak memiliki reflek yang bagus.

"Kamu mau ke mana?"

"Keluar."

"Jangan pergi, temani aku, Sa.."

Dia sadar siapa aku?

"Kamu tahu aku?"

Clarissa terkikik geli. Matanya yang merah dan berair menatapku sayu. "Tahu. Kamu Mahesa."

"Kamu mabuk, kan?"

"Nggak."

Ya mana ada orang mabuk ngaku mabuk, aku merutuki kebodohanku. "Kalau gak biasa minum jangan minum. Kalau mabuk begini terus kamu ketemu orang yang gak kamu kenal dan berniat jahat sama kamu, gimana?"

"Nggak tahu."

Aku menghela napas. "Bisa lepasin tangan kamu dari leher aku?"

"Gak mau. Ntar kamu pergi."

"Emang kenapa kalo aku pergi?"

"Gak boleh. Aku mau kamu temenin aku. "Matanya menatapku. Aku menelan ludah, dalam keadaan kayak gini Clarissa masih terlihat cantik. Bibirnya basah menantang. Ingin dicium. "Mahesa kamu ganteng."

"Kamu juga cantik."

"Aku suka kamu, Mahesa. Aku kepengin kamu nyium aku."

"Kamu mabuk, jangan minta yang aneh-aneh."

"Sudah aku bilang aku gak mabuk, cuma sedikit pusing."

"Mending kamu istirahat, aku ambilin minum biar mabuk kamu hilang. Kalau udah mendingan aku antar pulang."

"Aku gak mau pulang, mau di sini aja sama kamu."

"Aku gak mau dituduh nyulik anak orang."

"Kalau gitu cium."

Aku menyipitkan mata menatapnya. Saat ini ada seorang gadis cantik yang sexy di kamarku, di atas ranjangku. Memandangku dengan tatapan sendu merayu minta dicium. Bila gadis ini bukan seorang Samodro, dengan senang hati aku akan menciumnya bahkan melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman. Tapi gadis cantik ini Clarissa Samodro, perempuan yang tidak boleh aku sentuh, yang tidak boleh aku sukai apalagi sampai merusaknya. Clarissa bukan perempuan yang bisa aku ajak bersenang-senang. Karena dia berbeda.

"Kalau kamu sadar, kamu bakal malu dengan kata-katamu barusan. Karena kamu lagi mabuk, aku gak akan anggap serius ucapan itu."

"Aku gak mabuk. Dan aku serius dengan ucapanku." Clarissa melotot marah padaku. Bahkan saat melotot marahpun, dia masih terlihat cantik.

"Ucapan yang mana? Kalau kamu suka aku atau kamu kepengin aku nyium kamu?"

"Keduanya."

Aku tersenyum geli. "Kamu benar-benar mabuk ternyata." Aku meraih tangan yang masih membelit leherku erat. Ingin melepaskan tangan Clarissa yang masih memelukku. Tapi siapa sangka bila Clarissa malah mengeratkan pelukannya dan menarik leherku ke bawah, aku yang sama sekali tidak menduga dia bakal melakukan hal seperti itu sama sekali tidak siap dan jatuh kepelukannya. Lalu sebuah bibir yang basah menyentuh bibirku.

YOU ARE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang