Aku pikir kami tidak akan bertemu lagi dengan pasangan Richard dan Alina, tapi siapa sangka di pintu keluar kami berpapasan dengan mereka. Clarissa ingin makam mie ayam bakso yang hangat, secara kebetulan Alina juga kepengin makan bakso. Jadilah kami berempat ke restoran bakmie yang ada di dalam mall tersebut.
Meski sebenarnya Clarissa tidak begitu minat buat makan bareng mereka, tapi karena Richard agak setengah memaksa, jadilah kami makan bareng mereka.
Sebenarnya aku juga enggan makan bareng mereka, hanya mengutamakan rasa gak enak, akhirnya setuju dengan usulan Richard.
Restoran masih lumayan ramai, mungkin karena malam minggu. Seorang pelayan memberi menu pada kami.
"Kamu mau makan apa?" tanya Clarissa yang duduk di sampingku.
"Samain aja sama kamu. Tapi minumnya es teh tawar."
"Oke."
"Aku juga mau makan mie ayam bakso," kata Alina tiba-tiba. "Minumnya es teh tawar juga."
"Bukannya kamu tadi mau makan bakso, beb?" tanya Richard.
"Gak jadi. Kayaknya mie ayam bakso lebih enak," kata Alina sambil diam-diam melirikku yang duduk di depan Richard. Sedang dia sudah pasti duduk di samping Richard berhadapan dengan Clarissa.
"Aku pesan nasi ayam cap cay aja deh, kayaknya enak," kata Richard.
Lalu menyerahkan menu pada pelayan dan tiga lembar seratus ribuan. Sistem di restoran ini memang bayar dulu baru makan.Melihat itu aku buru-buru ngeluarin dompet. "Eh, gue aja yang bayar."
"Udah, woles bro. Biar gue aja," tolak Richard. "Kemaren kan gue juga di traktir waktu makan."
"Kemaren yang nraktir lu Arlan. Bukan gue. Gak enak nih gue," kataku menyodorkan sejumlah uang yang diberikan Richard pada pelayan tadi, sementara pelayan tadi sudah pergi entah kemana.
"Santai lah, kayak sama siapa aja lu."
Karena Richard tetap menolak dan aku tidak ingin memperpanjang perdebatan, akhirnya aku mengalah.
Saat hidangan datang kami makan sambil ngobrol. Sebenarnya cuma aku dan Richard yang ngobrol, sedangkan Clarissa dan Alina cuma jadi pendengar yang pasif. Meski selama makan, aku tahu kalau diam-diam Alina sering ngelirik aku. Tapi aku mencoba untuk tidak mempedulikannya.
"Habis ini kalian mau kemana?" tanya Richard begitu kami selesai makan.
"Pulang," kataku sambil menghembuskan asap rokok. Aku melirik Clarissa yang agak cemberut. Aku tahu dia enggan untuk lama-lama bersama pasangan ini.
"Masih sore bro, gimana kalo kita mampir ke klub dulu?" tanya Richard.
"Sori, bro. Gue takut di gorok calon mertua. Ijinnya gak sampe pagi," tolakku sambil tertawa, sengaja ngomong calon mertua biar dia gak maksa.
"Oh, oke deh bro. Gue duluan ya. Yuk, beb." Richard pamitan pada kami. Dia segera pergi dengan menggandeng Alina, gadis itu sempat melirikku sebelum pergi.
"Mau kemana lagi?" tanyaku melirik Clarissa yang sedari tadi cemberut saat sudah ada di dalam mobil. Sadar kalau mood nya sedang jelek.
"Pulang. Emang mau ke mana lagi?"
"Duh, juteknya. Tuan puteri lagi ngambek ya?"
"Iya. Jangan anggep aku gak tahu ya kalo dari tadi kalian main mata di depan aku. Sebenarnya apa hubungan kamu sama ceweknya Richard?"
"Aku gak main mata. Kan dia yang ngeliatin aku, lirik-lirik aku terus."
"Sama aja. Dasar genit!" Muka Clarissa tambah masam.
"Kamu cemburu? Kalo ada cewek yang ngelirik pacarmu ini harusnya bangga, itu tandanya pacarmu ini ganteng, sayangku."
"Jangan bercanda!"
"Oke, oke, aku minta maaf. Jangan marah lagi ya. Kamu harus percaya sama aku, biar banyak cewek cantik yang ngelirik aku gak bakal tertarik. Karena sekarang aku sama kamu."
"Maksudnya?"
"Bukankah kita udah buat perjanjian kalo selama 3 bulan ini kita pacaran, itu artinya selama tiga bulan ini aku gak bakal main-main sama cewek lain."
Clarissa menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan. "Apa kamu benar-benar hanya mau pacaran tiga bulan aja sama aku?"
Aku bisa mendengar nada sedih di suaranya. "Aku..."
"Kamu benar-benar gak akan jatuh cinta sama aku?"
"Aku gak tahu. Tapi yang aku tahu akan ada kesulitan dan tantangan besar ke depannya kalo aku tetap sama kamu."
"Kenapa kamu gak yakin kalo aku bakal terus bersama kamu, meski nantinya hubungan kita bakal menemui segala rintangan? Dan kenapa kamu begitu yakin kalo keluarga aku bakal menentang hubungan kita ini?"
"Karena aku gak mau kamu menderita, apa kamu sanggup kalo mereka membuang kamu dari keluarga cuma gara-gara aku?"
"Aku sanggup melakukan apa saja bersama orang yang aku cintai. Aku bukan cuma sekedar gadis manja merepotkan seperti yang selama ini kamu pikirkan, Sa.
Dan aku bukan Alina yang bakal ninggalin kamu hanya karena hubungan kita gak direstui.""Kamu.. tahu?" belalakku kaget.
"Dia yang bilang sama aku waktu tadi kami ke toilet bareng. Dia ngaku kalo dia itu mantan kamu."
Suara Clarissa terdengar sinis. "Dan aku tahu dia masih cinta sama kamu.""Gak mungkin. Dia udah punya Richard."
"Jangan pikir aku bodoh, Sa. Perempuan mana yang kalo gak masih cinta sama mantannya, saat dia sedang bersama pacarnya yang baru tapi matanya masih ngelirikin sang mantan. Dia masih cinta sama kamu. Dan kamu juga tahu itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE (END)
RomanceMahesa sudah terbiasa dihina, terbiasa ditolak orang tua gadisnya saat tahu bila ia cuma anak seorang pembantu. Meski sekarang ia pria yang cukup mapan, seorang arsitek muda berbakat yang karyanya bahkan diakui dunia Internasional. Tapi itu tidak me...