Apa mereka bakal setuju

1.3K 173 2
                                    

Kami berdua duduk di depan Jane yang memandang kami dengan tatapan marah dan curiga. Persis seperti pasangan selingkuh yang ke gerebek orang sekampung. Aku sudah pasrah seandainya Jane mau ngamuk atau memaki-makiku. Itu memang salahku yang tidak bisa menahan diri. Dia pasti sangat kaget melihat adik perempuannya sedang berada di bawah tubuh laki-laki. Di kamar pula.

"Apa ada yang mau kasih penjelasan, apa yang sedang kalian lakukan tadi?" Akhirnya Jane buka suara.

"Kak, aku sama Mahesa pacaran..."
Belum sempat aku bicara, Clarissa sudah mendahuluiku. Tangannya menggenggam tanganku erat. Seakan dengan genggaman itu dia mau memberitahuku kalau apapun yang terjadi dia akan tetap bersamaku.

"Kakak juga tahu kalo ada cowok sama cewek ngelakuin yang kayak kalian lakukan tadi emang pacaran. Yang kakak mau tahu, sudah berapa lama kalian pacaran?"

"Hampir dua minggu.."

"Oh, ya? Emang kamu udah move on dari Dean? Yang kakak tahu, selama ini kalo kamu pacaran sama siapa aja, lama move on nya. Tapi sekarang cuma sebentar aja kamu udah bisa move on?"

"Karena dulu-dulu aku gak dekat sama Mahesa."

"Begitu. Memang sedasyat apa pesona Mahesa sampai kamu secepat itu bisa move on? Apa karena Mahesa ganteng?Badannya bagus atau..."

Aku batuk kecil memotong ucapan Jane. Tapi sepertinya Jane tidak peduli.

"Dia hebat di ranjang? Kalian sudah ngelakuin itu ya?"

"Kak!" Wajah Clarissa memerah karena malu. "Kami gak ngelakuin apa yang kakak tuduhkan."

"Terus tadi apa? Gak ngelakuin karena keburu kepergok? Apa kamu mau ngomong Mahesa gak sengaja ada di atas tubuh kamu gitu?"

"Kak!"

"Kami benar-benar gak ngelakuin itu, mbak." Kali ini aku yang bicara. "Saya menghormati Clarissa. Kami sekedar ciuman dan pelukan. Gak lebih."

"Mahesa, kamu pria dewasa kan?Mbak tahu kamu jauh lebih pengalaman dari Clarissa, Clarissa baru aja ditinggal mantannya untuk bertunangan dengan gadis lain. Dia masih rapuh. Kamu jangan memanfaatkan keadaannya yang rapuh ini untuk keuntungan pribadi. Kamu bisa cari gadis lain di luar sana kalau hanya ingin bersenang-senang. Tolong jangan merusak Clarissa."

Aku tidak tahu harus tertawa atau marah mendengar kata-kata Jane yang penuh sindiran dan sedikit sinis itu. Kalau saja dia tahu justru adik bungsunya ini yang mengejarku dan memintaku untuk pacaran dengannya. Mungkin Jane bakal mati berdiri. Tapi aku tentu saja tidak akan mengatakan hal itu, aku tidak ingin mempermalukan Clarissa, gadis yang aku sayang.

"Kakak benar-benar salah paham sama Mahesa. Kami benar-benar gak pernah ngelakuin itu, kak. Kalo tadi apa yang kakak lihat bikin kakak berpikiran negatif, aku dan Mahesa minta maaf. Mahesa gak memanfaatkan aku. Dan iya, aku udah move on kak, aku udah gak cinta sama Dean. Aku cinta Mahesa. Tolong kakak jangan marah lagi."

"Kamu beneran ngomong kayak gitu? Beneran udah gak cinta lagi sama Dean? Udah gak inget-inget dan nangis-nangis lagi karena Dean?"

"Nggak, kak."

"Sebenarnya kakak juga gak ngelarang kamu pacaran sama Mahesa. Kakak malah senang kamu udah bisa ngelupain Dean. Tapi tolong, sebelum kalian resmi jadi suami istri jangan ngelakuin yang nggak-nggak kayak tadi. Itu bikin jantungan tahu."

"Iya, kak. Maaf." Clarissa melirikku yang aku sambut dengan senyum kecil. Seakan pikiran kami sama, gak akan melakukan itu bila di rumah ini apalagi kalo ada orang. Tapi kalo gak ada ya gak jamin juga.

"Siapa aja yang tahu kalian pacaran?" tanya Jane.

"Baru kakak yang tahu."

"Ibu sama papah, mamah?" Jane menatapku dan Clarissa bergantian.

"Nggak tahu." Clarissa menggeleng.

"Kenapa?"

"Mbak, sebelumnya saya mau minta tolong sama mbak Jane untuk merahasiakan hubungan kami ini dari ibu, juga orangtua kalian," kataku. "Saya gak kepengin mereka tahu."

"Kenapa begitu? Kamu gak serius sama Clarissa? Cuma mau maenin dia doang? Hingga papah mamah bahkan ibu kamu gak boleh tahu."

"Bukan, mbak. Bukan itu," bantahku cepat melihat Jane yang nampak tidak senang atas permintaanku barusan.

"Terus apa?"

Aku menghela napas panjang. Haruskah aku menjelaskan sejujurnya pada Jane, alasan aku ingin hubunganku dan Clarissa dirahasiakan?

"Karena saya sadar diri dan status, mbak," kataku pada akhirnya. Jane menatapku bingung.

"Maksud kamu?"

"Bapak dan ibu Samodro belum tentu setuju dengan hubungan kami."

"Kenapa mereka harus gak setuju?"

"Karena status saya, mbak. Apa mereka bakal setuju kalo tahu Clarissa pacaran sama saya yang anak pembantu di rumahnya?"

Mata Jane nampak membesar, membuka mulut untuk bicara tapi akhirnya tidak ada suara yang keluar. Sementara tangan Clarissa makin erat menggenggam tanganku.

"Karena itu, saya mohon sama mbak, agar merahasiakan hubungan ini dari mereka. Tadinya kami juga gak ingin orang lain tahu, tapi ternyata kepergok sama mbak."

"Itu karena kalian gak hati-hati. Tapi sampai kapan kalian akan merahasiakan hubungan kalian ini?"

"Kami belum tahu, mbak. Tapi sementara ini tolong rahasiakan dulu."

"Sa, bukannya mbak gak setuju, tapi bagaimanapun mereka harus tahu. Kalian gak bisa selamanya menyembunyikan hubungan kalian. Backstreet ini bukan hal yang bagus. Kalo hubungan ini terus disembunyikan itu tandanya kamu gak serius sama Clarissa."

"Lagi pula kenapa kamu bisa menarik kesimpulan sendiri kalo papah, mamah gak bakal setuju sama hubungan kalian? Kalo belum dikatakan gimana bisa tahu?"

"Apa mbak bisa jamin kalo hubungan kami gak akan mendapat tentangan dari Bapak dan ibu Samodro?"

YOU ARE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang