Penjelasan Clarissa

1.3K 170 3
                                    

"Clarissa?"

Clarissa nampak kaget melihatku,
tapi kemudian senyumnya mengembang.

"Mahesa. Kamu makan di sini juga?"

"Udah selesai." Aku menunjuk Richard yang berdiri di sampingku, memandang bingung padaku, Clarissa dan Dean. "Aku duluan ya."

Lalu mengangguk sopan pada Dean sebelum memberi isyarat pada Richard untuk keluar dari restauran.

"Are you oke?" tanya Richard saat kami sudah sampai di area parkir restauran.

"Kenapa?"

"Ceweklu... dia jalan sama cowok lain loh."

"Terus kenapa?"

"Elu gak marah? Nggak curiga?Nggak kepingin tahu status mereka apa?"

"Nggak. Ngapain gue harus marah? Gue kan nggak mergokin dia lagi tidur sama cowok lain."

"What? Elu sesantai itu? Gila, man. Baru kali ini ya gue ngeliat cowok yang santai banget liat ceweknya jalan sama cowok lain. Mereka berdua doang loh." Richard geleng-geleng kepala, mungkin bingung dengan sikap santaiku.

"Terus gue harus gimana? Marah?Narik dia pulang? Atau ngajak cowok tuh ribut?"

"Emang elu gak takut kalo mereka..."

"Pikiran lu kejauhan, bro. Cowok itu mantan pacarnya Clarissa. Mungkin ada yang mau mereka omongin. Biarin ajalah."

"Mantan? Apa mereka mau..."

"Gue balik duluan, bro." Aku masuk ke dalam mobil. Tadi kami ke sini memang pakai mobil sendiri-sendiri. "Soal desain gue kerjain secepetnya dan mengenai desain interiornya lu dateng aja ke kantor, buat liat contoh hasil desain anak buah gue."

Aku menyalakan mobil, melambaikan tangan dan segera keluar dari area parkir meninggalkan restauran itu.

Dua jam kemudian, Clarissa datang ke kantorku. Aku sama sekali gak kaget. Sudah menduga dia pasti bakal datang.

"Sudah makan siangnya?" tanyaku menyuruh salah satu anak buahku membuatkan minuman untuk Clarissa. Kulirik rok mini hitam yang dia kenakan. "Makan sama mantan sexy banget bajunya."

"Sa. Ini sama sekali gak seperti yang kamu pikirkan."

"Emang apa yang aku pikirkan?"
Daus, cleaning service yang kusuruh membuat minuman datang dengan segelas es jeruk dan setoples cemilan. Clarissa cuma melirik tak tertarik.

"Aku dan Dean cuma makan siang biasa." Clarissa menjelaskan begitu Daus sudah pergi dari kantorku. Dia duduk di sofa yang memang disediakan di kantorku, aku duduk di sebelahnya. "Nggak berbuat aneh-aneh."

"Emang berbuat aneh-aneh apa?"
Aku menatapnya tajam. "Apa Sabrina tahu kalian ketemuan?"

"Gak tahu. Dean yang telpon aku, katanya ada yang mau dia omongin sama aku. Jadi dia gak ngajak Sabrina."

"Ngomongin apa? Soal hubungan kalian? Kalau dia udah nyesel ngelepas kamu dan pengin balikan lagi?"

Mata Clarissa membulat kaget, sepertinya ucapanku memang benar. "Dia emang ngajak aku balikan, tapi aku gak mau! Aku tegas nolak dia. Dia udah tunangan buat apa ngajak aku balikan lagi?"

"Mungkin karena Sabrina gak sebaik yang dia pikir."

"Itu urusan dia! Aku gak peduli!"

"Kenapa kamu nolak diajak balikan lagi sama dia? Bukannya kamu masih cinta sama dia?"

"Nggak! Aku udah gak cinta sama dia! Aku jijik waktu dia ngomong nyesel dan ngajak balikan lagi sama aku. Dia pikir aku apa? Dia yang selingkuh, dia yang mutusin aku, dan sekarang dia yang duluan ngajak balikan? Jijik banget!"

"Kamu datang ke sini mau ngejelasin itu? Kalo emang bener dia ngajak kamu balikan dan kamu nolak?"

"Aku gak mau kamu salah paham, Sa. Aku gak mau kamu berpikir kalau aku masih ada hubungan sama dia, masih ada rasa sama dia. Padahal udah nggak. Yang ada aku jijik dan ilfeel sama dia."

Aku menyentuh pipinya yang halus, menatapnya lama. "Aku seneng kamu jujur sama aku. Tapi kalo kamu mau balikan sama Dean, aku juga gak akan bisa mencegah kamu kan. Seenggaknya kamu punya hubungan sungguhan sama dia. Bukan cuma percobaan tiga bulan yang kita jalani sekarang."

"Aku gak mungkin balikan sama dia. Sama kayak kamu, apa yang sudah aku lepas, gak mungkin aku bilang kembalilah padaku atau selamat datang lagi."

Aku tertawa kecil, mencubit pipinya yang halus pelan. "Ngikutin kata-kata aku? Tambah ngegemesin tahu."

Clarissa senyum lebar. "Lagi pula aku belum bikin kamu jatuh cinta sama aku kan? Aku belum mau nyerah."

"Kalo gitu jangan nyerah." Aku mencium bibirnya lembut, yang sedari tadi aku tahan. Clarissa membuka mulutnya dan lidahku masuk. Senang dia sudah bisa mengimbangi ciumanku. Tanganku yang satu menahan kepalanya agar ciuman kami makin intim. Tangan satunya lagi mengerayangi pahanya yang mulus, masuk kedalam roknya dan membelainya dengan sensual. Napas Clarissa nampak tercekat.

"Sa."

"Aku gak akan berbuat lebih jauh kok..." janjiku. Menjilat bibirnya. "Jangan takut..."

"Aku yang takut..." bisiknya. "Aku yang takut gak bisa nahan diri..."

Aku melepaskan ciuman kami. "Kalo gitu kita sudahi saja sesi ciuman ini. Lagian gak enak kalo kebablasan, ini masih di kantor..." godaku.

Tiba-tiba terdengar suara bunyi perut Clarissa, dia cemberut. "Aku lapar, tadi di restauran cuma makan dikit. Gara-gara bete duluan dengerin omongannya Dean."

Aku tertawa. "Kamu mau makan apa? Kasian sampe kelaparan gitu."

"Mie ayam, boleh?"

YOU ARE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang