Kami tiba di restoran yang di tuju. Memesan tempat dan tidak lama klien yang aku maksud datang. Aku membawanya ke meja lain, Clarissa tidak keberatan. Selama aku menemui klien itu, ia duduk menunggu di meja kami sambil membuka-buka menu yang diberikan pelayan.
Tak lama pertemuanku dengan klien selesai, kami bersalaman, dia pergi dan aku bergegas kembali ke meja kami.
"Udah meetingnya? Gimana hasilnya?" Clarissa menyodorkan menu kepadaku, tapi yang aku tolak. Aku biarkan ia yang memilih menu makan siang kami.
"Beres, dia puas sama hasil designku."
"Itu artis yang lagi naik daun itu kan? Kok bisa jadi klien kamu?"
"Kenal waktu traveling ke Jepang. Dia hampir kena scam karena gak bisa ngomong Jepang, dia pikir tadinya aku bukan orang Indonesia. Kaget waktu tahu aku juga orang Indo, dia bilang bahasa Jepangku bagus banget."
"Kamu bisa ngomong Jepang?"
"Pernah belajar waktu kuliah dulu. Ternyata berguna juga waktu traveling, bisa buat nolongin orang."
"Kamu nolongin artis itu? Dia pasti kaget juga pas tahu kamu ternyata seorang arsitek juga, bukan backpacker biasa."
"Gak semua backpacker itu miskin dan gak punya duit. Temenku Josh dari Amerika malah lulusan MIT. Kerja di NASA dan ada lagi Natasha, backpacker Rusia yang bos perusahaan di negaranya. Banyak kalau disebutin satu-satu. Dan mereka semua sama kayak aku, nenteng ransel besar di punggung, bawa kantong tidur dan nginep di hotel murah yang terkadang satu kamar aja bisa di tempati 6 sampai 8 orang. Bukannya gak mampu nyewa kamar hotel berbintang, tapi buat apa? Toh yang kami cari bukan kenyamanan tapi pengalaman yang kami dapat dari perjalanan itu sendiri. Lagi pula kamar hotel cuma buat numpang tidur, karena biasanya kami gak pernah menetap lama-lama di satu kota. Selalu pindah dan bergerak."
"Kamu hebat, Sa. Hidup kamu menarik. Kalau aku laki-laki aku juga kepingin berpetualang kayak kamu."
"Di luar sana banyak backpacker perempuan, Cla. Aku sering kok ketemu cewek yang jadi backpacker. Tapi memang kebanyakan orang luar, kalau dari Indonesia jarang aku temui. Kamu tahu Trinity? Penulis blog naked traveler. Yah.. itu salah satunya," kataku. "Aku sendiri gak tahu kenapa sedikit perempuan dari negara kita yang jadi traveler atau backpackeran keliling negara. Mungkin ijin keluarga atau ada faktor lain."
"Kamu sendiri kenapa suka traveling dan memutuskan buat jadi backpacker?" tanya Clarissa. Percakapan kami terus berlangsung sambil menyantap hidangan yang kami pesan. Aku bisa melihat ketertarikan di matanya akan cerita semua petualanganku saat bepergian ke banyak negara selama ini. Dan juga perasaan iri, mungkin ia juga ingin merasakan segala petualangan yang aku ceritakan itu. Tapi sebagai anak dari keluarga Samodro itu tidak mungkin ia lakukan. Apalagi sepertinya ia bukan tipe gadis yang terbiasa susah. Tidak bisa kubayangkan Clarissa yang lembut dan rapuh menenteng ransel besar, memakai baju yang tidak dicuci berhari-hari, menginap di hotel murah dengan fasilitas kamar mandi bersama. Seperti yang baru-baru ini aku alami dalam perjalananku ke Asia Tengah. Tanpa sadar aku tertawa kecil.
"Kenapa?" tanya Clarissa curiga melihatku tertawa kecil. "Ada cabe nyangkut di gigiku ya?"
"Nggak, kamu cantik. Bikin khilaf."
Wajah Clarissa langsung memerah. "Bisa gak sih sehari aja gak ngegombal?"
"Gak bisa. Soalnya kamu emang cantik."
"Clarissa? Ternyata bener kamu ya, kebetulan banget ketemu kamu di sini ya."
Tiba-tiba ada suara di samping kami. Dean dan tunangannya Sabrina. Jakarta sempit ya, di antara ratusan restoran yang ada di Jakarta, kami malah ketemu di sini.
"Sabrina? Dean?" Clarissa nampak kaget. "Iya, kebetulan banget ketemu kalian di sini. Mau makan siang juga?"
"Iya. Ini tempat kami biasa kencan. Boleh kami gabung?" tanya Sabrina lagi.
"Tentu, silakan." Clarissa nampak biasa saja, gak tahu di dalam hatinya.
"Makasih ya Cla." Sabrina langsung duduk di samping Clarissa, sementara Dean di sampingku. Jadi kami saling duduk berhadapan. "Eh, tahu gak, tadi di parkiran aku ketemu artis.." Sabrina menyebutkan nama artis terkenal ibukota. "Dia kan yang main film bioskop terkenal itukan? Peraih aktor terbaik. Sayang tadi aku gak sempet minta foto bareng, ternyata jauh lebih ganteng aslinya. Dia pasti ada urusan di sini makanya bisa papasan di parkiran."
"Tadi kesini nemuin Mahesa," kata Clarissa menunjukku dengan dagunya. "Gak lama sih."
"Beneran? Kamu kenal sama artis itu?" belalak Sabrina takjub menatapku. "Tahu begitu tadi aku cepet-cepet datangnya ke sini."
"Ketemu Mahesa waktu di Jepang." Clarissa jelas merasa bangga bisa pamer pada Sabrina, artis idolanya ternyata kenal denganku. Yang notabene dianggap 'pacar Clarissa'oleh mereka.
"Terus kok bisa janjian ketemuan sama kamu, Sa?" Sabrina kini malah jadi sok akrab denganku. "Ada urusan apa?"
"Bisnis, dia mau bangun rumah baru. Jadi memakai jasa kantorku buat mendesain rumah barunya. Dia minta aku yang mendesain."
"Kamu arsitek?"
"Bukan cuma arsitek. Tapi pemilik kantor arsitektur juga," kata Clarissa menyeringai puas. Apa dia lagi memamerkan aku kepada kedua orang ini?
"Wah, hebat."
"Baru merintis kok, belum sebesar itu juga," kataku merendah.
"Baru merintis tapi udah dapet klien artis terkenal kayak gitu?kamu bercanda ya? Di jamin pasti kantor arsitekturmu bakal kebanjiran order dari kalangan seleb, hitung-hitung promosi gratis kan?"
"Aamiin." Aku mengamini saja apa yang dikatakan Sabrina.
"Arsitek? Berarti beda usia kalian jauh dong?" kata Dean tiba-tiba. Ya, kalau mereka seumuran, mustahil rasanya kalau ada mahasiswa seumuran mereka sudah membuka kantor arsitek sendiri.
"7 tahun," kataku santai. "Aku sama Clarissa beda 7 tahun."
"Ternyata Clarissa sukanya sama yang dewasa ya, tapi gak terlalu kelihatan kok, cocok aja," komentar Sabrina.
"Lebih dewasa lebih banyak pengalaman kan? Lagi pula Clarissa suka di manja."
Aku tersenyum kearah Clarissa, yang di sambut senyuman manis gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE (END)
RomanceMahesa sudah terbiasa dihina, terbiasa ditolak orang tua gadisnya saat tahu bila ia cuma anak seorang pembantu. Meski sekarang ia pria yang cukup mapan, seorang arsitek muda berbakat yang karyanya bahkan diakui dunia Internasional. Tapi itu tidak me...