🍥 𝐜𝐫𝐮𝐬𝐡 "i will get your heart"

2.3K 156 44
                                    

🍥 𝐜𝐫𝐮𝐬𝐡
“i will get your heart”

"Jayden, sebelum kamu berangkat ke sekolah kamu jangan lupa jemput Jeya. Tante Fara soalnya tadi habis chat Bunda kalo Jeya nggak ada yang nganterin ke sekolah," Jayden menatap bundanya dengan tatapan malas, kenapa harus dia yang disuruh untuk menjemput gadis aneh bernama Jeya?

Memilih untuk tidak memberikan respon, Jayden melanjutkan kegiatannya yang tengah memakan roti tawar dengan toping coklat. Mulutnya yang sibuk menggigit tapi kedua tangannya laki-laki itu gunakan untuk mengikat tali sepatu miliknya.

Wanita paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah bunda dari Jayden itupun menatap anak semata wayangnya dengan tatapan tidak heran lagi. Tapi meskipun sudah terbiasa dengan kelakuan putranya, Olivia tetap menghela nafas panjangnya dengan kepala yang menggeleng pelan.

"Bunda itu udah capek nasehatin kamu, sayang. Kalau makan itu ya fokus makan aja, jangan di sambi sama kegiatan lain. Nggak baik," nasehatnya dengan sabar. Olivia mendekati Jayden yang kini baru saja selesai menali sepatunya. "Jemput Jeya ya sayang? Kasihan dia nggak ada yang nganterin ke sekolah."

"Aku bukan supirnya Jeya." Jelas, padat, dan singkat. Jawaban tersebut keluar dengan mudah dari bibir milik Jayden. Laki-laki itu pun hendak berdiri dan mengambil helm berserta jaketnya yang berada di atas sofa.

"Ya Bunda tau kalau kamu itu bukan supirnya Jeya. Tapi kan kamu itu teman sekolah dia, jadi jemputlah. Kasihan," Olivia memang sangat perduli pada sosok Jeya yang memiliki sifat cenderung ramah dan baik hati. Tak hanya itu, Olivia pun dekat dengan Fara—mama Jeya dan Jeno.

Jayden memutar bola matanya malas, ia tahu persis ini pasti cuma akal-akalan Jeya saja agar bisa berangkat sekolah bersama dirinya. Jayden tentu tahu perasaan Jeya kepadanya, karena Jeya sudah berulang kali mengungkapkan perasaannya. Namun jawaban Jayden tetap sama, yaitu sebuah penolakan yang tegas kepada Jeya.

Laki-laki itu tahu bahwa Jeya adalah gadis yang baik, dan tak hanya itu Jeya juga dekat dengan bundanya. Akan tetapi, Jayden memang benar-benar tidak mempunyai rasa lebih dari seorang teman kepada Jeya. Jayden lebih baik menegaskan dari awal kepada gadis itu agar tidak terlalu berharap dan berujung patah hati.

Karena Jayden tidak ingin menyakiti hati Jeya dengan memberikan harapan palsu layaknya laki-laki brengsek pada umumnya diluar sana. Jeya terlalu baik untuk itu, dan Jayden tidak bisa melukai perasaan Jeya. Lebih baik Jeya menyerah dan melupakannya daripada Jeya berharap kepada dirinya yang sama sekali tidak bisa diharapkan.

"Bunda percaya kalo Jeya bener-bener nggak ada yang nganterin buat ke sekolah? Jeno kan ada. Toh juga Jeno naik motor kan ke sekolahnya?"

"Jeno berangkat sama teman-temannya yang lain, Jay. Jangan gitu ah! Jemput Jeya sana. Kalau enggak Bunda bakalan marah sama kamu," ujar Olivia mengancam anak semata wayangnya itu.

Olivia tentu tahu betul bahwa Jeya itu selama ini menyukai Jayden. Dan Olivia akan sangat mendukung Jeya dalam hal ini, karena Olivia sangat mengenal Jeya berserta dengan keluarganya sekaligus. Olivia tahu bahwa Jeya adalah gadis yang tepat untuk mendampingi Jayden.

"Terus Bunda berangkat ke kantor sama siapa? Jay nganterin Bunda aja ya?" Jayden lebih memilih mengantarkan Olivia pergi ke kantor saja daripada harus mengantarkan Jeya ke sekolah.

Olivia ini adalah seorang single parent, Ayah Jayden sudah meninggal dunia disaat Jayden berusia 11 tahun. Dan sejak saat itu Olivia mengasuh Jayden sendirian sampai saat ini. Ayah Jayden meninggal akibat terkena penyakit serangan jantung. Dengan susah payah Olivia berusaha menjadi sosok ibu sekaligus ayah yang baik untuk anak satu-satunya.

Crush | JaesooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang