BAB 12 Ada apa?

9 2 1
                                    

Malam ini bertabur bintang , malam ini terang bulan, malam ini lampu terang di perumahan. Malam ini langitku denganmu sama walau jarak ikut hadir diantara kita. Kini aku terlalu mengharapkanmu bahkan mungkin kini jiwaku ingin berada dalam pelukanmu. 

Aku mengaduk kopi sachet yang ku seduh,duduk di sofa dengan sebuah novel yang berada di pangkuan.
Belum sempat aku membaca, nada panggilan darimu membuatku sumringah.

"Hallo? " ucapnya.

"Iya ,ada apa? "

"Jangan lupa besok paket diambil, "

"Iya tau, itu aja yang mau di omongin?" tanyaku geram karena Kak Reyner bahkan tidak menanyakan kabarku dulu.

"Iya udah, emangnya kamu nungguin saya bilang apa? "

"Idiih.. Aku nggak berharap kak Rey tanya kabar aku. Cuma basa-basi aja kirain ada lagi. "

"Apa kabar? Udah makan belum?" Ucapnya manis.

Aku tersipu mendengar apa yang barusan di ucapkan, "Baik, aku tadi udah makan pizza."

Hening sebentar...

Aku bingung kenapa belum ada respon, "Hallo, " kataku.

"Yaudah, jangan lupa istirahat. Nanti lagi ya."

"Eh udah, kok bentar?"

Belum juga selesai nanya, panggilan sudah terputus. Dengan berani dan penuh nyali-nya Kak Reyner menutup telepon. Ah, sudahlah makin di pikirkan malah makin pusing. Lebih baik aku lanjut membaca.

Tok.. Tok.. Suara pintu depan,aku berfikir sejenak,siapa Kira-kira yang mengetuk pintu malam-malam begini. Mengganggu saja, Aku merasa takut teringat kalau dalam film biasanya orang iseng atau mungkin penjahat,karena dia tidak bicara hanya terus mengetuk pintu dari tadi.

Aku mengendap-endap ke dekat pintu, terdengar pelan seseorang memanggil namaku. "Anna, "
Suaranya familiar, aku teringat Bayu.  Aku yakin lalu ku buka pintu dan benar memang Bayu.

Aku terkejut panik melihat wajah Bayu yang memar, di pelipis matanya juga terdapat luka dan berdarah. Aku memapah Bayu untuk masuk dan duduk di sofa.

"Tutup pintunya. " titah Bayu padaku dengan suara pelan.

Aku mengerti dan segera menutup pintu, tak lama kemudian terdengar suara tiga orang yang berlari seperti mencari seseorang, kupikir orang itu mencari Bayu. Aku mencoba mengintip di jendela orang itu seperti orang yang waktu itu mengejar Bayu.

Aku mengunci pintu, lalu aku mengambil handuk kecil bersih dan es batu untuk mengobati memar di wajah Bayu.

Bayu terduduk lemas, ia menatapku dengan kesal. "Elsa,dia pacarnya Arka," katanya.

Aku duduk di sebelah Bayu, mengobati memarnya dengan es batu. Aku belum paham maksudnya. "Arka? "

"Orang yang ngebuatku begini, "

Aku paham, jadi Arka musuhnya Bayu. Jadi orang tadi adalah Arka dan temannya.

"Biar aku saja, "ucapnya sambil mengambil kantong es yang ada di tanganku.

"Anindya, dia terluka? "

"Dia nggak jadi ikut, untungnya begitu."

"Syukurlah, "

Aku kembali ke dapur untuk mengambil minum, aku membawa air putih hangat untuk Bayu.

"Maaf ya, malam gini aku ganggu. Kalau pulang Arka bakalan tau rumahku,itu lebih bahaya."

The Language of the sky and Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang