BAB 15 Lelah

5 1 1
                                    

Siang ini aku duduk di bangku perpustakaan untuk mengulang kembali materi yang sudah diajarkan,mengerjakan berbagai soal.

Dua buah buku paket dan satu laptop menjadi teman siangku, sebenarnya aku dan Anindya berencana belajar bersama namun ia mendadak ada perlu. Aku juga mencoba menelepon Bayu, dan si cecunguk itu malah asik main futsal. Dengan santainya ia bilang,"Sorry ya Ann futsal lebih penting. Belajar mah nanti aja SKS (sistem kebut semalam).

Akhirnya aku sendiri saja belajar di perpustakaan, sebenarnya hari ini cukup ramai karena ada novel terbaru, yang saat ini sedang banyak diburu oleh para remaja.

Aku mempelajari dan menyatat tiap hal yang sekiranya penting. Cara belajarku mudah, aku sesekali mendengar musik. Lalu tiap materi yang disampaikan atau yang sudah ku baca aku tulis kata kuncinya di buku catatanku.

Aku merasa lelah, padahal seharusnya aku keluarkan semangat ekstra karena besok senin Ujian Nasional.
Mataku sudah benar-benar mengantuk, akhirnya aku mencuri waktu untuk tidur. Aku terlelap dalam buaian mimpi.

Kak Reyner datang lalu duduk di sampingku sambil memberikan buah strawberry.

"Kak ini di perpus loh?"

"Saya tau, "

Aku langsung menunjuk sebuah poster yang bertuliskan 'Dilarang makan di perpustakaan'. Kak Reyner baru sadar. Kemudian aku merapihkan buku dan laptopku lalu kumasukan ke dalam tas.

Setibanya di luar perpustakaan, kami duduk di bangku panjang hanya untuk menyantap si buah asam tapi manis. Strawberry.

"Buah nya asam, Segerr!"kataku.

"Celupin ke gula halus, biar manis!" Ucap Kak Reyner.

"Gak usah aku lagi pengen yang asam, biar mataku melek."

Kami berdua memakan strawberry sampai habis. Matanya menatap wajahku dengan ekspresi panik. Aku bingung jadinya.

"Ada apa?"

"Hidung kamu mimisan,"Ucapnya sambil mengambil sapu tangan yang ada di sakunya.

"Sini biar ku bantu,"lanjutnya.

Tentang sapu tangan, rasanya yang waktu itu juga belum aku kembalikan. "Sapu tangan yang waktu itu masih di aku kan kak? "

"Buat kamu saja!"

"Makasih."

"Kamu aman? Perlu ke rumah sakit?"

"Kak ini cuma mimisan doang, gak usah parno gitu si. "

"Saya khawatir,"

"Khawatir? Suka deh kalau kak Rey khawatir gini. Kalau gitu gimana kalau kita  cari makan,daripada ke rumah sakit bau obat lebih baik ke restoran, makan dan perut kenyang deh!"

Kak Reyner setuju, kami berdua pergi. Namun sayang, ternyata hujan. Aku menarik napas tanda mengeluh. Masalahnya karena aku lupa nggak bawa payung, sebenarnya siang ini cuaca panas tapi hujan.

Kak Reyner membuka kemeja putihnya lalu menjadikannya payung, aku merasa berdebar. Rasanya aku berjalan di bawah hujan tapi aku berasa di peluk olehnya. Sesekali aku mencuri pandang menatapnya. Bulu matanya lentik,hidungnya mancung, bibirnya manis. Ah, aku kenapa jadi mikir yang aneh-aneh, sadar Ann kamu belum 21+.

Beruntungnya kak Reyner tidak memarkir mobil terlalu jauh, alhasil kami lalu melanjutkan perjalanan menuju restoran jepang. Hari ini rasanya ngidam makan ramen.

***

Hari pertama Ujian Nasional,aku deg-degan parah. Aku berusaha semaksimal mungkin untuk tenang dan tidak gugup.

The Language of the sky and Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang