3. Rasa yang tertinggal

2.8K 391 56
                                    

Hari pertama akhirnya terlewati. Jam lima sore Nahla sudah tiba di kamar kos setelah menghabiskan hari yang sangat panjang. Mandi sejenak menghilangkan keringat, mengenakan baju tidur kemudian Nahla duduk di atas karpet bulu membuka bungkusan cemilan yang ia beli sebelum pulang.

Melihat lagi tugas ospek yang bisa ia kerjakan, setiap mahasiswa diharuskan membuat CV pribadi, menulis essay, membuat daily report, menghafalkan mars dan hymne, visi dan misi, dan yang terakhir membuat yel-yel. Itu tugas ospek kampus yang diberi waktu selama tiga hari dan harus di kumpulkan hari terakhir sebelum jam tiga sore. Setiap hari akan ada seminar dan membawa barang yang telah disebutkan, Nahla menyiapkan semuanya agar besok tidak lupa.

Usai ospek kampus penderitaan akan segera datang, ospek fakultas menunggu selama tiga hari. Nahla belum mendapat bocoran. Yang pasti harus menyiapkan diri. Katanya ospek fakultas lebih ketat.

Fokus Nahla teralihkan melihat panggilan masuk atas nama R. Nahla mengganti nama Regan di ponselnya dengan satu huruf saja. Berfikir lama namun akhirnya Nahla menerima panggilan tersebut.

"Em?"

"Dimana? Gue di bawah,"

Seketika Nahla bangkit dan panik. Bagaimana jika orang melihat.

"Ngapain?!"

"Kita harus bicara,"

"Gue sibuk kerjain tugas ospek," Nahla mencari alasan. "Nggak bisa sekarang,"

"Lo menghindar?"

Nahla menggeleng. "Nggak."

"Ya udah keluar sebentar. Atau gue masuk."

"Jangan!" Nahla menarik rambutnya frustasi. "Lo tunggu di persimpangan aja, gue ke sana."

"Oke."

Nahla bergegas berganti baju berubah menjadi ninja seketika. Wajahnya hampir tidak terlihat, memakai topi, kacamata hitam lalu masker. Nahla mengendap keluar sebelum ada yang menyadarinya.

Hanya memakai baju tidur, Nahla mengintip dari balik kaca mata mencari dimana mobil Regan. Mobil jenis Jeep Wrangler Rubicon special edition berwarna hitam tersebut berhenti di pinggir jalan dekat persimpangan. Nahla berjalan cepat, Memastikan sekali lagi tidak ada yang melihat ataupun orang yang mengenalnya, Nahla segera masuk.

Regan melihat Nahla dengan ekspresi bingung dan aneh. Nahla mengangkat tangannya menyapa kikuk. "Hai." Katanya.

Regan menggeleng pelan melihat kelakuan Nahla.

"Apa yang mau di bicarain?"

"Lepas dulu kali, Na, kacamata sama maskernya. Gue udah vaksin covid tiga kali." Regan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, melipat tangannya di dada menatap Nahla.

Nahla melepas topi, kacamata lalu masker. Menyisir rambut panjangnya ke belakang. "Apa?"

"Udah makan?"

"Nggak boleh tanya-tanya,"

Regan mengerutkan kening. "Kenapa?"

"Lo itu udah punya pacar, harusnya nggak boleh diam-diam ketemu gue seperti ini,"

"Lah? Lo kan keluarga gue,"

Nahla meremas masker di pangkuan. "Kita bukan keluarga," Ujar Nahla bergetar.

"Emang, kita nggak punya ikatan darah. Tapi kita sudah seperti keluarga,"

"Itu menurut lo,"

"Lo kenapa, sih?" Tanya Regan bingung. Menegapkan tubuhnya. "Gue udah janji sama almarhum kedua orang tua lo buat jaga dan memastikan lo hidup dengan baik."

Regan & NahlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang