CHAPTER 04

3.3K 352 38
                                    

SEBELUM BACA AYO ABSEN KOTA KAMU DULU DISINI👉🏻

SELAMAT MEMBACA, AYO PENUHI SETIAP PARAGRAF DENGAN KOMENTAR LUCU KAMU

[CHAPTER 04 - TENTANG PERATURAN PRAMAHTA]

Saat pintu UGD dibuka dan menampilkan Bumi yang sedang duduk dikursi roda, Azelya segera bangkit dan menghampirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat pintu UGD dibuka dan menampilkan Bumi yang sedang duduk dikursi roda, Azelya segera bangkit dan menghampirinya. “Bumi, kenapa bisa gini? Aku kaget banget waktu tau kamu kecelakaan.” Azelya berucap sembari berlutut di depan kursi roda Bumi.

Wajah Azelya yang sarat akan kecemasan membuat Bumi tersenyum tipis, ada buncahan senang seperti kembang api yang meletup-letup dihatinya. Tangan kiri Bumi yang tak terluka terangkat membelai rambut tergerai Azelya.

“Saya enggak kenapa-kenapa, cuma luka ringan,” kata Bumi dengan kepala dan kaki yang terbalut perban serta tangan yang terdapat luka lebam yang lumayan besar.

Luka ringan dari mananya?’ Batin Azelya menatap ngilu luka-luka Bumi itu.

“Oh ini ya yang namanya Azelya? Cantik sekali.” tiba-tiba seseorang menyahut membuat Azelya sontak mendongak mencari sumber suara.

Ternyata yang barusan berucap adalah seorang dokter yang mendorong kursi roda Bumi. Walaupun sebenarnya bingung bagaimana dokter itu bisa mengenal dirinya, tetapi Azelya tetap tersenyum ramah. “Iya Dok, saya Azelya,” balasnya sembari bangkit berdiri.

“Bumi ini sering cerita tentang kamu, sampai tante penasaran seperti apa gadis cantik yang selalu diceritakan anak pendiam ini. Ternyata cantik sekali, pantas Bumi selalu cerita.” Dokter ber-name tag Syavina itu berujar dengan senyum hangat yang terpatri dibibir berlipstick merahnya.

“Tante jangan ngada-ngada deh, kapan Bumi cerita begitu?” Bumi mengelak dengan cepat, lagipula siapa yang tak akan panik jika ada diposisi Bumi sekarang.

“Halah bilang aja kamu malu, liat tuh telinga kamu merah.” Syavina tertawa pelan setelah mengatakan itu. Menggoda keponakan satu-satunya adalah hal yang menyenangkan.

“Kalau gitu Azelya dan teman-temannya Bumi, tante titip Bumi ya. Setelah tebus obat, langsung pulang, Bumi harus istirahat. Tante nggak bisa antar Bumi karena masih banyak pasien lain,” tambah Syafina pada Azelya, Divo dan Nagara.

Sebelum benar-benar pergi, Syavina mengusap penuh kasih sayang pipi Azelya dan melemparkan senyum terbaik. Setelah dipikir-pikir Azelya baru ingat jika Bumi pernah bercerita jika adik dari ayahnya merupakan seorang kepala rumah sakit dirumah sakit yang kini sedang mereka datangi.

Sepertinya yang dimaksud Bumi adalah Syavina.

“Waduh-waduh apaan nih ternyata diem-diem Pak ketua gercep ya sampe udah ceritain Azelya ke keluarga.” Nagara menyindir Bumi setelah Syavina pergi meninggalkan mereka.

AKRASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang