SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENMUUU
[CHAPTER 07 — SALAH PAHAM]
Suasana pagi dengan langit yang sedikit sendu kembali menghiasi kota Bandung hari ini. Dan sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Azelya saat inipun tengah bergegas menuju sekolah dengan diantar oleh Banyu, ayahnya.
Biasanya Azelya akan menaiki motor untuk menuju ke tempatnya menuntut ilmu itu, tetapi karena kebetulan pagi ini Banyu akan mengadakan rapat di kantor yang jaraknya tak jauh dari sekolah Azelya, jadi Banyu memutuskan untuk berangkat bersama, karena menurut Banyu mengantar anak ke sekolah adalah salah satu quality time yang tak boleh dianggap sepele.
“Nih untuk tambahan uang saku.” Banyu menyodorkan uang berwarna biru beberapa lembar kepada Azelya saat setelah mobil yang mereka naiki berhenti di depan gerbang sekolah.
“Jangan bilang-bilang mama kalau ayah kasih uang saku lagi ya, nanti mama kamu ngomel-ngomel dikira ayah terlalu manjain kamu, padahal mah nggak apa-apa kalau manjain anak sendiri.”
Azelya menatap ragu uang yang disodorkan Banyu, “Tapi uang saku Azel masih ada kok yah, masih banyak.”
“Udah nggak apa-apa, ini ambil aja, sekalian untuk traktir teman-teman kamu jajan, anak-anak Pramahta itu,” pungkas Banyu sembari menyerahkan paksa uang yang ada ditangannya ke tangan Azelya.
Tak bisa menahan senyumannya, Azelya pun tersenyum dengan lebar, matanya berbinar senang. “Makasih ya ayah, ayah emang yang terbaik,” seru Azelya lalu mengecup pipi Banyu dengan singkat.
Mendapatkan perlakuan manis yang mendadak dari putrinya membuat Banyu terkekeh pelan, rasa hangat menjalar penuh dihatinya. “Yaudah sana buruan turun, sebentar lagi rapat ayah mau dimulai ini,” tutur Banyu dengan mengusak pucuk kepala Azelya gemas.
Azelya mengangguk semangat, “Kalau gitu ayah yang semangat ya kerjanya biar bisa ngasih uang saku tambahan untuk Azel setiap hari yang lebih buanyakkk.” mendengar perkataan sang putri barusan membuat Banyu semakin tergelak.
“Bye-bye ayah, hati-hati dijalan ya, Azel sayang ayah,” pamit Azelya, lalu gadis itu membuka pintu mobil dan keluar. Ia melambaikan tangannya kepada Banyu sebelum melangkah masuk menuju gerbang sekolah.
“Ayah juga sayang sama kamu, Nak. Sayang sekali,” Banyu bergumam pelan sembari menatap punggung Azelya yang mulai menjauh.
Rasanya sangat luar biasa bahagia bisa mendapatkan kasih sayang yang begitu besar dari Azelya, putri sambungnya. Walaupun Azelya bukan darah dagingnya, tetapi Banyu sudah menganggap gadis kecil itu sebagai putri kandungnya sendiri.
Sudah hampir 10 tahun dirinya membesarkan Azelya bersama dengan Annira, tepatnya sejak Azelya masih menginjak usia 7 tahun. Kebersamaan yang mereka lalui membuat mereka memiliki ikatan batin layaknya seorang ayah dan anak kandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKRASIA
Teen FictionAntara komunitas atau prioritas, Azelya dan Geanza tak bisa jika harus memilih salah satunya. Pramahta dan Lionel's adalah dua komunitas geng motor yang sudah terikat permusuhan sejak awal generasi pertamanya. Tetapi sayangnya Azelya dan Geanza mala...