CHAPTER 15

1.3K 119 41
                                    

JANGAN LUPA KOMEN DI SETIAP PARAGRAF (⁠☆⁠▽⁠☆⁠)

[CHAPTER 15 - BUKAN ANAK YANG DIINGINKAN]

Azelya mengendurkan pelukan Guntur, kemudian ia mendongak menatap manik mata sang papa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azelya mengendurkan pelukan Guntur, kemudian ia mendongak menatap manik mata sang papa. Kening mulus papanya itu mengernyit pertanda cemas, pupil matanya bergetar, dan rahangnya nampak mengetat kuat.

Tangan Azelya terangkat dan mengusap lembut kening papanya berharap agar tak mengernyit lagi, “Papa kenapa ada disini? Papa kenal sama dia?” tanya Azelya lirih dengan melirik Kaisar yang masih berdiri dibelakang Guntur.

Sorot mata itu… Azelya merasa aneh. Apa yang membuat Kaisar menatap dirinya dengan begitu dalam? Padahal terakhir kali mereka bertemu ketika ia tak sengaja menabrak Kaisar, tatapan Kaisar saat itu masih amat sangat dingin dan tak acuh, seakan tak mempedulikan keberadaan dirinya.

Guntur turut menoleh menatap apa yang ditatap Azelya, tanpa sadar cengkraman tangan Guntur pada bahu Azelya menguat kala menyadari tatapan Kaisar berfokus pada putri semata wayangnya itu.

Dengan sekali gerakan Guntur membalikkan posisi Azelya, dengan begitu kini Azelya lah yang membelakangi Kaisar. Tentu tindakannya barusan sangat membuat Azelya terkejut.

“Papa kenapa sih?” tanya Azelya dengan heran, keningnya mengernyit dalam.

Dari kejauhan anggota inti Pramahta mengamati interaksi antara Azelya dan papanya, mereka tak berniat mendekat sebab mereka semua tahu jika ayah kandung Azelya itu sangat tak menyukai mereka dan tak jarang jika ayah kandung Azelya itu selalu menuntut Azelya agak keluar dari Pramahta, geng motor yang dianggap tak berguna.

“Papa nggak kenapa-napa, Papa kesini karena ada acara rapat antar donatur sekalian Papa mau ketemu kamu, Papa kangen,” ujar Guntur menanggapi, sebelah tangannya terangkat mengusap pipi sang putri.

Azelya tersenyum tipis dan mengangguk mengerti, “Azel juga kangen sama Papa.”

“Jam masuknya masih lumayan lamakan? Papa mau bicara sebentar sebelum ke ruang rapat,” tutur Guntur.

“Iya, masih ada sepuluh menit lagi, tapi…” Azelya menjeda ucapannya dan kepalanya hendak menoleh menatap Kaisar, seakan ingin bertanya ada urusan apa Papanya dengan lelaki itu.

Namun belum sempat kepala Azelya menoleh seutuhnya, tangan Guntur sudah terlebih dahulu menarik dagu gadis itu agar menghadapnya dan tak menoleh menatap Kaisar.

“Ayo kesana, jangan ditengah lapangan. Banyak yang mau Papa obrolin,” ajak Guntur terburu-buru dengan merangkul penuh kasih bahu sang putri. Guntur seakan tahu apa yang ingin dipertanyakan Azelya, maka dari itu ia memilih segera berpindah posisi dan mengalihkan topik.

“Kamu ini anak kesayangan Papa, anak satu-satunya Papa.” Guntur tiba-tiba berucap, seolah-olah tengah menyinggung seseorang.

Kening Azelya mengerut kala mendengar pernyataan Papanya yang sedari tadi terasa aneh, papanya itu seakan tengah menekankan fakta yang seharusnya tak perlu diperjelas lagi. “Iya Pa Azel tau, kan Azel memang anak satu-satunya Papa,” balas Azelya menimpali.

AKRASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang