CHAPTER 16

1.4K 127 55
                                    

sebelum baca vote dulu gak sihhh?? (⁠✯⁠ᴗ⁠✯⁠)

[CHAPTER 16 - SABOTASE GEANZA]

Langit sudah mulai meredup, pertanda hari sudah mulai memasuki petang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit sudah mulai meredup, pertanda hari sudah mulai memasuki petang. Pukul setengah lima sore ini para anggota inti Pramahta baru akan beranjak menuju parkiran sekolah untuk pulang.

Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk saling menunggu ketika ada salah satu yang sedang melaksanakan ekstrakulikuler, mereka akan menemani sampai kegiatan selesai ketika sedang tak ada kesibukan.

Dan hari ini setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran, giliran Bumi lah yang memiliki kegiatan kumpul organisasi Osis yang biasa diadakan setiap minggunya. Maka dari itu Azelya, Galil, Nagara dan Divo menunggu Bumi sampai kegiatan berakhir, terlebih keadaan Bumi yang belum pulih seutuhnya membuat mereka khawatir jika tak ada yang menjaga.

“Bahas pergantian pengurus ya, Bum?” tanya Divo sembari terus melanjutkan langkah menuju parkiran.

“Iya,” jawab Bumi singkat, memang tak banyak kata yang dikeluarkan lelaki bertubuh tinggi itu.

Disisi lain Galil nampak lesu, lelaki itu berjalan dengan memeluk lengan Azelya berlagak tak memiliki tenaga lagi sebab sudah dicuri oleh rasa jenuh ketika menunggu Bumi yang hampir dua jam tak selesai-selesai.

Galil itu tipe anak yang aktif, tak bisa jika harus duduk menunggu selama itu, ia akan merasa cepat bosan dan merajuk. Yah walaupun awalnya begitu senang menunggu sebab diiming-imingi susu UHT full cream tiga kotak oleh Nagara, tapi ketika susu itu sudah habis ia akan kembali jenuh lagi dan bersikap manja pada Azeya.

“Emang nggak salah tuh bocah gue panggil bocil UHT,” gumam Nagara dengan melirik sinis Galil.

Galil yang merasa disindirpun langsung mencebikkan bibir, “Elya, aku kok tiba-tiba merinding ya? Elya denger ada orang ngomong nggak sih? Ngeri banget kayaknya sekolah kita ini angker deh, banyak makhluk tak kasat matanya,” sindir balik Galil tak mau kalah.

Azelya terkekeh pelan menanggapi, sedangkan Nagara mendengus sebal. “Lo nempel mulu sama Azel kayak bocil kematian, nggak heran kalo lama-lama lo mirip apotik tutup,” gerutu Nagara.

Galil yang tadinya kesal mendadak tersenyum cerah, “Kayak apotik tutup? Nggak ada obat ya maksudnya? Iya sih wajar, kecakepan paripurna gue ini memang banyak bikin orang klepek-klepek,” sahut Galil percaya diri dengan menyugar rambutnya kebelakang.

“Bukan nggak ada obat, tapi nggak laku-laku.” jawaban Nagara sontak membuat Divo langsung tertawa lepas, sementara Galil kembali mengerucut sebal dan Bumi hanya menggeleng kepala tak habis fikir.

Beberapa saat kemudian tawa Divo terhenti kala dari arah berlawanan mereka berjalan ia melihat ada Nada—kekasihnya yang tengah berjalan mendekat menghampiri mereka.

AKRASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang