CHAPTER 23

1.2K 113 816
                                    

SELAMAT MEMBACA, SIAPKAN HATI UNTUK MEMBACA CHAPTER INI 🥹🫂

JANGAN LUPA VOTE DULU YA BIAR PENULIS AKRASIA INI SENANK 😼🫵🏻

[ CHAPTER 23 — LUKA, DUKA, HAMPA ]

Setelah mendengar fakta yang disembunyikan, raga Azelya membatu bagaikan raga yang kehilangan jiwanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendengar fakta yang disembunyikan, raga Azelya membatu bagaikan raga yang kehilangan jiwanya. Mata gadis itu menatap lurus, binar cerah yang biasa terpancar kini menghilang, hanya tersisa tatapan kosong yang sarat akan kepedihan atas pengkhianatan.

“Azelya sayang… dengar penjelasan Papa dulu.” setelah mengambil langkah yang lebar, Guntur langsung bersimpuh disamping sang putri kesayangannya.

“Semua itu khilaf, nak. Papa… Papa benar-benar kehilangan akal saat itu. Maaf, karena kesalahan Papa, anak itu sampai lahir.” suara Guntur yang biasa tegas nan lantang, kini menjadi lirih dan parau saat menjelaskan situasi yang ada.

Tangan Azelya gemetar, bulir-bulir bening jatuh dari matanya tanpa bisa dicegah. Sesak menyerang gadis itu, rasanya untuk menarik oksigen saja Azelya sudah tak sanggup lagi.

“Azelya… tolong lihat Papa, jangan begini, Papa minta maaf. Cukup Mama kamu yang tinggalin Papa, Papa mohon kamu jangan tinggalin Papa juga.” Guntur berucap dengan penuh permohonan, andai saja Azelya tahu… ada begitu besar ketakutan yang Guntur rasakan saat ini.

Netra Azelya yang menatap lurus, kini perlahan bergulir ke samping menatap sang Papa, bulir-bulir masih terus jatuh membasahi pipi Azelya tanpa mau berhenti. Dengan tangannya yang gemeter, gadis itu menujuk kearah Kaisar yang masih terdiam di tempat.

“Berapa umur dia?... Kapan dia lahir?” dengan nafas yang berat, Azelya mengumpulkan tenaga untuk mengucapkan dua pertanyaan barusan walaupun dengan tersengal.

“Dia…” Guntur menjeda ucapannya dan menelan saliva dengan kasar, suaranya tercekat, seperti ada sesuatu tak kasat mata yang mencekik lehernya. “Umur dia satu tahun lebih tua dari kamu.”

Tangan Azelya meluruh dan gadis itu mulai terisak. Tangisan yang sedari tadi ia tahan kini pecah tanpa bisa dikendalikan. Suara tangisan gadis itu begitu menyayat bagi siapapun yang mendengarnya.

Kini Azelya tahu alasan perceraian kedua orang tuanya yang selama ini selalu ditutup-tutupi. Jika umur Kaisar satu tahun diatas Azelya, maka pengkhianatan Guntur dilakukan saat ikatan pernikahan sudah terjalin, sebab Azelya sangat ingat bahwa Annira—Mamanya pernah bercerita jika perlu bersabar selama satu setengah tahun setelah pernikahan untuk mendapatkan kabar bahagia berupa kehamilan.

Dengan mata yang berderai, Azelya menatap Guntur penuh pengharapan, “Dia… dia bener-bener anak biologis Papa?” tanya Azelya mencoba menepis fakta yang barusan ia dapatkan, penuh pengharapan bahwa terjadi kesalahpahaman disini.

Guntur mengepalkan tangannya kuat sampai buku-buku tangannya memutih, hatinya sesak, matanya memanas dan dengan lemah lelaki itu menganggukkan kepala sebagai jawaban pertanyaan yang dilontarkan sang putri.

AKRASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang