Beberapa hari kemudian, Maryam dan juga suaminya sedang duduk bersantai di teras rumahnya sambil di temani kopi dan juga susu hangat. Seakan-akan sekarang Ahyan dan kedua temannya sedang terlupakan.
"Sayang, dedek dalam perut engga pernah nakal, kan?" Tanya Arkana memegang perut istrinya.
"Iyah!" Balas Maryam. Usia kandungan Maryam sekarang sudah masuk tiga bulan tiga Minggu.
"Jaga dia sampai lahir, dan jaga dia kembali ketika lahir!" Pesan singkat yang Arkana kasih ke istrinya.
Sekarang Rafael juga sedang duduk di teras rumahnya dan berbicara hangat dengan sang istri tercintanya, Rafael sangat menyayangi istrinya.
"Sayang, nanti nama anak kita siapa, ya?" Tanya Rafael sambil menyeduh kopi buatan sang istri.
"Biarkan anak kita lahir dulu, jangan terburu-buru!" Ucap Mutiara mengelus lembut perutnya.
"Jika nanti aku di beri amanah untuk tugas ke luar kota, apakah kau akan tetap Menunggu ku kembali?" Ucapan Rafael membuat Mutiara bingung.
"Ha?!"
"Misalnya, aku di beri amanah untuk tugas ke luar kota, trus keadaan kamu hamil beras trus itu kamu lahiran tanpa aku. Apakah kau menungguku kembali dan kita berdua akan memberikan nama untuk bayi kita?" Tanya Rafael.
"Aku akan tetap menunggu kedatangan mu, tapi jangan lama-lama" ucap Mutiara.
"Iyah!" Balas Rafael langsung mencium kening istrinya.
Tak mereka sadari, dari tadi Ervan dan juga Agung mengintip nya dari tadi. "Beginilah kalau kita engga punya pasangan" ucap Agung yang baru memunculkan dirinya bersama Ervan di depan Mutiara dan suaminya.
Spontan Rafael kaget atas kedatangan mereka berdua, "kalian datang di waktu yang tidak pas!" Ucap Rafael baru saja melepas ciuman itu di kening istrinya.
"Sorry, bang. Kita juga engga tau kalau Lo lagi berduaan sama istri Lo" ucap Ervan.
"Tujuan kalian datang ke sini, apa? Mau makan? Mau minta duit? Kan, kalian berdua sudah punya uang!" Ucap Rafael dengan cepat.
"Pelan aja ngomongnya! Kita ke sini engga mau itu semua. Kita berdua ke sini karena mau cari suasana baru, jarang tau kita berdua ke sini" ucap Agung mengambil cemilan Rafael di meja dekat kopi nya.
"Pantat mu jarang!" Ucap Rafael.
"Bang, Lo belum tau sesuatu tentang anak gaib Lo" ucap Ervan membantu Agung memakan cemilan Rafael.
Mereka berdua seperti orang suruhan. Tapi, mereka berdua juga tidak di suruh oleh siapapun. Mereka hanya menyampaikan berita terupdate untuk semuanya, seakan-akan mereka berdua adalah google, tau tentang semuanya.
"Anak gaib kata, Lo!" Ucap Rafael marah, sebab anaknya di katakan anak gaib.
"La emang anak gaib!" Lanjut Ervan.
"Woy, misi kita ke sini menyampaikan informasi. Bukan berantem" ucap Agung.
"Begini, Ahyan punya teman. Temannya baik-baik sih, sifatnya 11/12 sama Ahyan. Tapi yang satu seperti tidak ikut dengan Ahyan dan temannya yang satu" ucap Ervan belibet.
"Lo ngomong apa sih?" Ucap Rafael tidak mengerti apa yang di katakan Ervan.
"Yang intinya, Ahyan punya teman baru" ucap Agung.
"Siapa? Frans?" Tanya Rafael.
"Yang Ervan maksud 11/12 sifatnya engga jauh beda itu Frans, kita juga tau kalau tentang Frans. Tapi, Ahyan punya teman baru lagi. Namanya, Dirga. Dia murid pindahan" ucap Agung menjelaskan.
"Dirga baik engga?" Tanya Rafael.
"Kayaknya baik sih, bang. Mereka bertiga sepertinya sepemikiran deh" ucap Ervan.
"Bagus dong kalau gitu!" Ucap Rafael legah.
Suasana di rumah Amel masih seperti dulu, malahan makin ramai sekarang. Berapa kali Amel bilang ke anak bungsunya, "sebenarnya ini rumah, rumah kamu. Tapi, kamu haru beli rumah baru saja. Takut istri kamu tidak suka serumah dengan mertuanya" tetapi Gisel dan juga Alvaro lebih nyaman tinggal di situ dari pada beli ataupun sewa rumah.
Gisel dan juga Alvaro di rumah sekarang bersama dengan keluarganya. Belakangan ini ia jarang berkumpul dengan anak dan juga kedua orang tuanya. Makanya, ia ambil cuti bersama dengan istrinya untuk berkumpul bersama keluarga di rumah.
"Akhirnya, bunda sama papah di rumah juga!" Ucap Fatimah duduk bersampingan dengan adik-adiknya.
"Nak, maafkan bunda karena jarang tinggal di rumah" ucap Gisel mengelus kepala Fatimah yang di tutupi oleh jilbab.
"Iya, engga papa kok" balas Fatimah.
Berpindah ke sekolah Ahyan, Ahyan dan kedua temannya sekarang tengah belajar dengan giat. Entah setan apa yang memasuki Ahyan dan Frans yang sesibuk itu belajar. Sampai-sampai ibu Titin bersyukur atas sifat mereka berdua berubah. Sebenarnya, Ahyan dan juga Frans pintar, tapi kadang rada malas untuk menulis.
"Dir, itu beneran mereka? Tumben konsen banget? Biasanya kalau menulis pasti sifat jail nya datang, kok sekarang beda" ucap ibu Titin.
"Engga tau, Bu. Mungkin mapel nya dia suka" ucap Dirga.
"Ini engga biasa!" Ucap ibu Titin masih bingung.
"Kita perlu syukuran, engga?" Tanya ibu Titin ke Dirga.
"Syukuran apa, Bu?" Tanya Dirga.
"Atas berubahnya sifat mereka berdua" sambung ibu Titin.
"Engga usah, Bu. Nanti kembali semua lagi tu" ucap Dirga melanjutkan tulisan yang sempat tertunda.
Selesai nya tulisan Ahyan dan Frans, mereka berdua kembali berulah. Katanya kalau berulah pas tulisan belum selesai akan kena marah. Tapi, jika berulah pas tulisan selesai tidak apa-apa.
"Woy, minta bekal dong!" Ucap Ahyan meminta bekal teman sekelas.
"Buruan, gua udah laper nih" ucap Ahyan.
Temannya itu sudah menyiapkan dua bekal ke sekolah, satu untuk dirinya dan satunya untuk Ahyan and geng.
"Ini!" Ucap teman Ahyan yang bernama Ihsan.
"Yuk, kita ke tempat kita kembali" ucap Ahyan menarik tangan Frans menuju tempatnya kembali.
Ahyan, Frans dan juga Dirga duduknya di depan sekali. Setiap mereka bertiga berulah akan di ketahui oleh para guru-guru.
Ahyan dan Frans pun makan nasi bekal itu dengan sangat lahap, sampai-sampai ia lupa mengajak Dirga untuk makan. Meskipun Dirga di ajak, Dirga tidak akan makan bersama dengan mereka berdua. Makan pas jam pelajaran.
"Yan, Lo bawa air?" Tanya Frans.
"Malak aja sono!" Balas Ahyan.
Frans pun memalak satu persatu temannya untuk membeli kan nya air. Tak ada satu pun dari mereka membalas ucapan Frans, Dirga yang sudah lelah dengan teriakan Frans, Langsung memberikan Frans sebotol air mineral.
"Thanks!" Balas Frans sok-sokan bahasa Inggris.
"Akhirnya kenyang juga!" Ucap Frans dan Ahyan memegang perutnya yang sudah buncit.
"Lo berdua engga serapan pagi?" Tanya Dirga yang bingung dengan mereka yang suka makan.
"Sarapan sih, tapi kita juga perlu makanan yang banyak untuk berpikir" ucap Ahyan.
"Itu bukan berfikir, itu menghilangkan pikiran kalian kalau makan terlalu banyak" ucap Dirga menasehati tetapi mereka berdua mengabaikannya.
"Muntah-muntah engga usah balik ke gua" ucap Dirga menggeleng-gelengkan kepalanya.
~~|••|~~
Dasar anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana Is Back (Ending)
Teen Fiction[ wajib follow dulu sebelum membaca ] Masih dengan Arkana Elang Putra. Dia berlatarbelakang cinta, kasih sayang, keluarga, dan sahabat. Dia seperti matahari. Matahari menyinari semua orang ketika siang hari. Maryam Nur Abidah si gadis, sudah bukan g...