Museum Hati-Hati Patah (2)

77 6 0
                                    

Hidup sepenuhnya, dan merayakannya dengan tawa sepuasnya, itulah hidup yang mencintaimu tanpa syarat.

Life is not a question. Mungkin beribu pertanyaan mengemuka, mungkin teka-teki mengusikmu senantiasa, tetapi pertanyaan tidak muncul sendirian. Setiap pertanyaan punya jawabannya. Mereka beriring dan tak terpisahkan, seperti sepasang keadaan melengkapi satu sama lainnya. Demikian cinta akan berbalas dengan cinta setara, bila kita beruntung menemukan jodohnya.

Misalkan saja hidup kita sebidang hitam putih kotak teka-teki silang. Di antara kotak-kotak memori yang terlupakan, selalu ada tawa, menempati kotak terpanjang dalam ingatan Danke Syehan Pariwara, kotak yang diisi oleh cintanya bersama sang istri, perempuan yang tidak tersenyum padanya entah karena si perempuan ingin melupakan dirinya, atau karena dirinya terlalu sulit dilupakan, hingga si perempuan jengkel terhadap perasaannya sendiri.

Danke memang besar kepala, juga gede rasa, karena perasaan istrinya mudah tertebak ibarat soal-soal TTS yang ia pecahkan begitu saja, di luar kepala. Setali tiga uang, tak ubahnya perasaaan perempuan di sisinya, ia tidak berhasil melupakan sang istri, meski mereka sedang dalam proses kehancuran hubungan. Dengan congkak ia menganggap dirinya terlalu berkharisma dan menawan, meski Gracias, istrinya menegaskan, cuma tertarik pada tawa si pria yang menyegarkan. Hanya tawamu yang aku suka, Danke. Itu saja. Titik.

Perempuan cemberut yang disebutnya sebagai istri, setidaknya hingga malam ini, punya selera humor kering dan perilakunya serba tak konvensional. Selain karena hidungnya besar dan pembawa hoki, Danke tergila padanya karena perempuan itu lucu tanpa maksud untuk betul-betul melucu. Suatu kali istrinya jengkel dengan sebuah soal TTS yang tak dapat ia selesaikan, alhasil sebelum Danke sempat campur tangan, si perempuan punya solusi cerdas orisinil.

Tujuh kotak TTS yang putih itu dihitamkan pada kotak yang terakhir. Pasalnya jawaban yang diketahui Gracias hanya terdiri dari enam huruf, tidak sesuai dengan kotak-kotak pada soal yang tersedia. Mau tak mau, Danke suaminya menahan tawa, mengakui kegeniusan istrinya yang berpikir out of the box, di luar "kotak kebiasaan" yang sudah dianggap lumrah, karena hubungan mereka sebagai pasutri memang tak lazim dasarnya.

Mereka terbiasa sendiri-sendiri menjalani hari-hari membosankan. Tawa yang dulu menyelamatkan tidak lagi terdengar. Berhubung tak ada alasan untuk tertawa maka Danke memilih diam saja. Maka itu, ia tak percaya kekuatan tawa yang mujarab. Apalagi katanya tawa mampu memulihkan luka-luka. Tertawa tanpa sebab malah membuatmu terlihat tidak waras, pikirnya sinis.

Oleh karenanya, ia makin membenci influencer bernama Jepang itu, Greta Reiko. Negeri kami, Esperanto adalah wadah kecil yang menyatukan bermacam keturunan. Indonesia, Spanyol, Portugis, Belanda, Jepang, Arab, India, Inggris, dan bangsa-bangsa campuran lainnya. Kami berbicara dalam Esperanto dan Inggris, sebagian lagi dalam bahasa Indonesia dan Esperanto sekaligus. Namun, istri Danke memilih banyak berbahasa Indonesia bila sedang tak senang pada suaminya.

"Aku rasa tempat ini banyak penipuannya. Apalagi kamu menghina pemiliknya, Danke. Pasti undangan itu maksudnya buat jebakan." Istri Danke tak berusaha merendahkan suaranya, padahal dua pertiga warga Esperanto mahir berbahasa Indonesia, tak memandang asal-usul keturunannya.

Mereka telah berada dalam kafe yang tak beraroma. Padahal namanya Kafe Aroma atau The Perfume Cafe, suatu penerjemahan ngawur yang dibenci Danke.

Umumnya kafe baunya biji kopi sangrai, atau harum teh bubuk, atau creamy camilan goreng dan aroma manis gelato serta puding kesukaan Danke. Kreska Luno yang menjual wewangian, tetapi baunya netral karena setiap wewangian sifatnya personal dan hanya dipahami orang-orang pembeli yang menghirupnya.

"Kalau kita ditipu ya jangan mau bayar, dong. Gampang kan caranya?" Danke menyapu seisi ruangan dalam kafe, tak hirau akan satu dua pelanggan yang menghirup isi botol kaca dengan hidungnya. Aroma kesayangan memabukkan orang-orang itu, tetapi Danke mencari-cari dengan matanya yang awas dan tajam. Ia takkan mabuk bebauan di sini, tekadnya dalam batin.

Kisah Museum KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang