Seorang anak kecil hendaklah bermain bebas selain belajar di sekolah. Adapun Ayla Antoinette menyalahi kelaziman statusnya, baik sebagai pelajar maupun lazimnya anak-anak sebayanya. Si gadis cilik, usianya baru genap sembilan tahun, giat menjalani homeschooling sesuai himbauan wajib belajar yang berlaku di negara Esperanto. Masalahnya, dalam tiga tahun ke depan, ia bakal menyelesaikan pendidikan SMA, karena sudah loncat kelas berulang kali dengan nilai brilian di atas rata-rata sepantarannya.
Normalnya, seorang anak di Esperanto wajib belajar dari usia enam sampai dengan delapan belas tahun. Namun, Ayla menegaskan, setelah menamatkan SMA melalui homeschooling, ia tak berminat lagi belajar secara formal, dan tidak bersedia menempuh kuliah jarak jauh sesuai bidang studi yang diminatinya. Masalahnya, ia akan sudah menamatkan SMA di usia 12 tahun.
Aku cuma tertarik pada parfum. Kegiatan belajar secara formal sudah cukup menyita waktuku. Aku cuma ingin mempelajari bau dan seluk beluknya, demikian menurut Ayla, bahwa cara mempelajari bau yang tepat adalah menggelutinya di dunia nyata.
Contohnya sekarang ini. Si perempuan cilik berambut kepang dua dan bermata hazel kebiruan tengah menuntaskan proyek terbesarnya. Suatu mahakarya wewangian yang dibanggakannya cuma satu-satunya di dunia. Namanya Train to the Clouds, suatu penjudulan yang mendorong Greta Reiko bertanya-tanya, mengapa namanya awan atau clouds, dan benarkah ada kereta api yang mengantarkan manusia ke awan di langit biru?
"Tante, aku bermimpi di suatu malam, ayah ibuku bilang, keretanya sudah akan berangkat. Lalu aku bertanya pada mendiang ayah ibu, kalian mau pergi ke mana. Kata mereka kereta api akan pergi langsung ke awan. Maka itu, aku terinspirasi dengan nama awan dan kereta api." Ayla bercerita dengan serius.
"Kamu merasa tidak sehat, Ayla?" Greta Reiko serius menanyainya, lantaran mendapati kuku jari si gadis kecil kerap kebiruan di pangkalnya, dan bila berlari sedikit saja napasnya tersengal-sengal.
Dari pemilik museum sebelumnya, Greta Reiko tahu, pangkal kuku jari tangan manusia punya area bulan sabit yang namanya lunula. Meskipun kecil dan kadang diabaikan, keberadaan lunula pada kuku ternyata tak bisa dianggap remeh. Banyak tanda penyakit berat dapat terlihat pada kondisi dan warna lunula yang normalnya selalu putih itu.
Masalahnya, lunula Ayla warnanya biru. Mulanya, dengan naif, Greta Reiko mengira Ayla yang bekerja di laboratorium tak sengaja membenturkan kukunya pada sesuatu. Atau mungkin si anak yang serba ingin tahu tak sengaja menjepit tangannya di lemari baju dan hasilnya kuku-kukunya memar kebiruan.
Namun, warna biru itu tak kunjung hilang dan kian hari makin kentara bukan memar. Untung, seorang pelanggan setia, atau tepatnya pengunjung tetap Kreska Luno, berprofesi dokter anak. Ayla sangat fobia dengan dokter dan rumah sakit, dikarenakan kedua orangtuanya meninggal karena sakit di sana, maka dengan segala pertimbangan, sang dokter mengunjungi Ayla di Kreska Luno, berkedok salah satu penggemar parfum ciptaannya.
Sembari berbincang-bincang, sang dokter meneliti kuku-kuku, lidah, dan detak jantung Ayla dengan dalih bermain dokter-dokteran. Hasilnya, setengah jam kemudian, diagnosis muram sang dokter menyebutkan suatu penyakit. Hampir dipastikan ini adalah Wilson's disease yang seharusnya baru menampakkan gejala signifikan di usia 12 tahun. Penyakit ini memang mulai menyerang antara usia 5 dan 35 tahun. Kebetulan gejala Ayla terlihat sedikit di usianya yang kesembilan tahun.
"Tidak salah lagi sepertinya. Kebetulan pasien anak yang kutangani banyak yang menderita penyakit ini. Penyebabnya mutasi gen ATP7B, sehingga tubuh mengakumulasi copper atau tembaga yang semestinya dibawa ke organ empedu untuk diekskresi bersama feses dan urin. Harus ditangani segera. Bila tidak risikonya adalah kegagalan hati atau sirosis." Sang dokter memaparkan.
"Tapi dia tidak jaundice atau kekuningan, Dok. Lalu tidak nampak cepat lelah juga." Greta Reiko lekas melancarkan penyangkalan terkait sakit sobat ciliknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Museum Kehilangan
General FictionMuseum Kehilangan dulunya Museum Patah Hati yang menyedihkan. Greta Reiko sang pemilik sadar, bukan patah hati yang paling sengsara, tapi kehilangan mendalam, itulah kesudahan dari hidupmu. Setiap benda patah hati diwakili sebuah Pintu Kehilangan be...