Kereta Jurusan Awan Langit (24)

11 4 0
                                    

Hujan akhirnya mengguyur kota kami separuh hari penuh. Ini hujan deras pertama dalam sebulan terakhir, dan tak satu pun warga menggerutu soal hujan ataupun membicarakannya dengan riang. Kota kami sudah terbiasa dengan hujan yang sesekali saja menyapa, gerimis-gerimisnya yang singkat, entah dua minggu sekali ataupun tiga minggu sekali, dan tak pernah menyebabkan kota kami kekeringan.

Ayla Antoinette merelakan kehilangan yang berat, oleh tiga sebab. Sebabnya ia telah menuliskan obituari yang menyentuh dan hatinya merasa lega. Sebab kedua ia mendapati parfum yang paling dicintainya sudah sempurna, dan kemungkinan besar sang tante, Greta Reiko yang menyempurnakannya. Entah bahan apa yang disematkan dalam parfum, ia cuma bisa menduga-duga, karena di salah satu setrip kertas pewangi tertulis "sayap kaca Greta Oto", yang diketahuinya merupakan tulisan tangan mendiang bibinya.

Sebab yang ketiga, Maman Agrippa resmi mengadopsinya sebagai anak, dan akan bertindak sebagai walinya sampai Ayla genap berusia 21 tahun. Akhirnya ia memiliki seorang ibu kedua yang mencintainya.

Betulkah parfum ini mengandung sayap Greta Oto yang tembus pandang? Ayla tak ambil pusing, karena ia tak mau tahu misteri parfum kesayangannya itu. Biarlah misteri ini yang membuat parfumnya makin menarik dan enigmatis. Bukankah dengan sebotol biang parfum ini, ia tinggal meracik botol demi botol parfum tanpa perlu mengetahui komposisi akhir yang misterius?

Kurasa, Greta Reiko tidak menipu keponakannya Ayla. Si perempuan pasti mengira, daunku yang tak boleh dilihat manusia-manusia hidup adalah sehelai sayap kupu-kupu sobatku, Greta Oto, yang menyukai pucuk-pucuk dahanku, dan selalu menyanyi lirih dengan kepak sayapnya tiap menjelang subuh. Hanya manusia sekarat yang melihat daun-daunku, tetapi mereka tidak tahu itu apa, atau apa artinya untuk mereka, karena kesemuanya merupakan rahasia Sang Empunya Semesta.

Parfum Ayla digilai seisi kota ini. Bukan rahasia lagi bila ia dinobatkan perfumer terbaik di Esperanto, negeri kami, melebihi pamor Uruk Pasuguay, diketahui merupakan ayah kandung (secara hukum) Greta Reiko, yang meninggal dunia di penjara Timbuktu selagi menunaikan hukuman seumur hidupnya.

Kebetulan, seperti ayahnya, Greta Reiko juga berpulang dalam tidurnya. Malam bulan sabit itu, setelah gerimis singkat yang menyejukkan, si perempuan menuntaskan catatan hidupnya setelah mewujudkan mimpi sang keponakan Ayla. Parfum misterius Ayla sudah sempurna, ia tahu baunya begitu menggerakkan jiwa, sayangnya ia sudah anosmia sepekan terakhir ini, kecuali dalam mimpi, dan baru membaui Train to The Clouds, nama parfum itu saat seseorang menjemputnya pergi.

Sang penjemput tidak diketahui sosok dan wajahnya. Tangannya digamit dan ia menuruti karena tahu saatnya sudah tiba. Akhirnya ia bisa membaui lagi. Seribu aroma yang tak diketahuinya dulu membuncah laksana bintang berekor gemulai, memulihkan memorinya perihal bebauan dan warna rasa. Menjelang kematiannya, Greta Reiko juga menderita ageusia, oleh karena kemampuan mencecapnya lumpuh secara total. Sekarang ia merasa lebih lengkap dan lebih kaya dari dirinya yang sudah-sudah.

Ternyata kematian tidaklah menakutkan seperti bayangan orang umumnya, Ayla Antoinette menulis sebuah obituari. Pada hari-hari yang sulit, aku menganggap kecemasanku sebagai air yang mengalir. Kematian ditakutkan semua orang, karena kita semua takut terjatuh dalam kegelapan yang tak berujung. Namun, ibarat aliran air dari sungai menuju samudera lepas, kita akan menjumpai batu-batu kali, pasir sungai, ikan-ikan, dan aliran air lainnya, dan semuanya merupakan proses yang perlu disyukuri.

Perjalanan hidup adalah proses yang harus kita lalui. Aku yakin, kematian hanyalah perjalanan menuju kehidupan yang berbeda. Ibarat aliran air bertemu aliran air lainnya, akhirnya bermuara pada keabadian, oleh karena air takkan berhenti mengalir, selama dunia manusia masih bernyawa dan alam semesta terjaga kelestariannya.

Delapan tahun yang lalu, aku memimpikan mendiang orangtuaku minta diri dan menaiki kereta yang katanya menuju awan di langit biru. Keretanya akan segera berangkat dan mereka pergi tergesa-gesa, hanya menitipkan pesan yang tak kuingat sampai sekarang. Sepertinya mereka berucap "daun", entah apa daun yang dimaksudkan. Aku percaya, betul-betul ada kereta api menuju gugusan awan, dan aku percaya di dalam awan-awan ada surga yang tak mungkin diketahui manusia-manusia kebanyakan. Ayla menyudahi tulisannya dengan anggukan lega.

Kisah Museum KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang