Museum Kehilangan Maaf (12)

44 4 0
                                    

Mungkin kamu punya pendapat, aroma bukan sesuatu yang layak diceritakan, dan semestinya cerita ini diakhiri oleh Danke, Gracias, dan Greta Reiko yang saling memaafkan. Sayangnya, aku menilai, klimaks bukanlah akhir, melainkan awal  sebuah cerita baru, akan halnya kematian dikatakan perhentian menuju kehidupan kekal, dan bukanlah penghabisan yang menyedihkan.

Sekalipun Greta Reiko lega hati museum kesayangannya terselamatkan, masih ada ganjalan yang tak terselesaikan. Kata "memaafkan" itu yang menghantui dirinya. Setiap kali ia menolong seorang klien melupakan ingatan pahit, justru perasaan tak menyenangkan menelusup. Seperti tusukan jarum, mula-mula tidak terasa sakit, namun jarum itu patah di dalam kulitmu, dan kamu terinfeksi karena patahan itu tak bisa diangkat dan menjelma duri dalam daging yang menyakitkan.

Museummu kehilangan kata maaf. Begitu dengungan wangsit gaib yang dibisikkan pada Greta Reiko.

Setiap kali dalam mimpinya, Greta Reiko diberitahu untuk memaafkan. Bingung dirasakannya, karena ia merasa sudah memaafkan musuh terbesarnya. Kebenciannya pada Danke sudah lenyap, dan arwah pria itu terlepaskan dari kutukannya. Pastinya ia tengah berbahagia di Dunia Lain yang damai, mungkin sedang memikirkan perempuan satu-satunya yang dikasihinya. Kebetulan perempuan itu bernama Greta Reiko yang mengaku baru berusia 28 tahun.

Seorang peramal sepuh pernah membaca nasibnya, katanya ia terlahir dua tahun lebih cepat dari ketentuan sang takdir. Maka itu, untuk menghindarkan nasib buruk, Greta Reiko mengubah akta lahir dan dokumen kependudukannya, dan secara legal ia tercatat berusia 28 tahun, sementara de facto, ia berumur 30 tahun, hanya satu dan setengah bulan lebih muda dari Danke, pria yang tak mengingat dirinya lantaran museum patah hati menghapuskan ingatan spesifiknya di usia 21.

Ingatan manusia tak bisa dilenyapkan seutuhnya kecuali ia gila, demensia, atau menjadi manusia tumbuhan yang tak responsif. Bahkan suatu penelitian membuktikan, sejumlah pasien vegetatif sebetulnya tak kehilangan memorinya. Hanya saja, karena serebrum atau bagian otak yang mengendalikan perilaku dan pikiran tidak lagi berfungsi normal, penderita kondisi ini tidak mampu berpikir, berbicara, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, menanggapi pembicaraan, mengikuti perintah, serta menunjukkan emosinya.

Namun, keadaan ini tidak sama dengan mati otak, karena hipotalamus dan batang otak yang mengendalikan fungsi vital pasien vegetatif berfungsi dengan baik, maka itu kinerja jantung dan paru-parunya normal, dan layaknya orang sehat, manusia tumbuhan bisa membuka mata, memiliki refleks, dapat berkedip, dan memiliki siklus tidur teratur, dan bahkan nampak bisa tersenyum dan mendengus.

Museum patah hati yang dimiliki Greta Reiko cuma melenyapkan ingatan tertentu saja. Hanya kenangan menyakitkan yang dihilangkan, bukan seperti amnesia dalam cerita fiksi, dimana tokohnya bahkan tak mengingat namanya sendiri dan seluruh kenangan masa lalunya seakan lenyap tak berbekas. Tentu, Greta Reiko perlu meluruskan kesalahpahaman di depan klien wanita satu ini.

Wanita tengah baya itu bersikeras agar ingatannya dilenyapkan seluruhnya. Ia membawa sebuah cakram padat yang merekam cerita kehidupannya, sejak ia dilahirkan hingga usianya menginjak setengah abad. Katanya ia tak suka hidupnya, dari A sampai Z, dan konon dengan membuang semua ingatan itu, ia akan pulih dan bangkit sebagai manusia baru seutuhnya. Bahkan ia bersedia menghibahkan semua asetnya pada Greta Reiko, yang terus menampik permintaannya.

"Saya mendapatkan undangan putih, kan? Artinya saya sangat berhak sebagai klien di museum ini. Saya tahu persis hak-hak saya sebagai konsumen, ya. Jangan kira Anda bisa membodohi saya seperti anak kecil. Memang apa salahnya menghapus seluruh ingatan yang saya punya? Apakah begitu akan menyusahkan Anda?"

Bayaran yang dijanjikan si wanita tidak tanggung-tanggung. Dua ratus miliar Rupon, mata uang negara Esperanto, kira-kira setara dua ratus juta Dolar Amerika Serikat, karena wanita itu keturunan salah satu usahawan terkaya di Esperanto. Bisnis keluarganya mengalami kemunduran, boleh dikata bangkrut, namun aset yang tersisa pun masih mencengangkan nilainya.

Kisah Museum KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang