BAB 4

98 10 0
                                    

“Apa gue salah bakar motor mahal itu?” tanya Hannan pada sahabatnya.

**

Mereka nampak terdiam, motor itu bisa kebeli iPhone tetapi dengan enteng nya Hannan mengatakan seperti itu. “Ga salah kok, mending kasih ke gue,” timpal Putra.

“Terus abang lo udah tahu?” tanya Pascal.

Hannan menggeleng kepala nya. Membuat mereka menepuk jidatnya masing-masing, jikalau barang berharga di rusaki mereka sudah sangat kecewa dan kesal, apalagi jika itu adalah pemberian dari orang tua kita. Entah bagaimana rasa sakit mereka ketika mendengar barang yang di berikan nya lalu rusak.

Hannan menyenderkan kepalanya di kursi, tiba-tiba ada seorang perempuan yang memakai pakaian ketat mendekati Hannan, dengan lancang wanita itu hendak duduk di pangkuan Hannan tetapi Pascal dan Putra segera menepiskan perempuan itu secara kasar, membuat perempuan itu terjatuh mengenai lantai. Perempuan itu meringis karena bokong nya terkena lantai. Tetapi kedua teman Hannan justru malah menertawai perempuan itu. Sangat tidak ramah!

“Eh jalang! Lo ga usah dekat teman-teman gue! Teman gue ga mabuk!” kata Pascal secara kasar. Perempuan itu berusaha bangun tetapi tubuh nya yang sangat sakit membuat kembali duduk. “Kalian sok suci!” tepis perempuan itu.

“Dari pada lo sok haram, udah haram, tambah haram! Cih, murahan!” lagi-lagi Pascal beradu mulut pada perempuan itu. Putra yang melihat kelakuan teman nya hanya bisa menggelengkan kepalanya, lagian perempuan ketat itu malah di ladeni. Putra memegang lengan Pascal agar kegaduhan itu berhenti. “Sabar aja, si Hannan ga kenapa-napa kok, dia aja langsung nendang anu nya pakai sepatu dia,” bisik Putra.

Hannan hanya melihat keributan itu sambil membuka rokok nya di saku celana nya, ya, Hannan merokok saat Hannan memasuki kelas 10, meski Abi nya menyuru untuk tidak merokok tetapi Hannan orang nya keras kepala, susah di atur, dan sangat egois. Hannan tetap lah Hannan. Hannan mengisap kan rokok nya, meski Hannan suka rokok tetapi Hannan hanya mampu tiga batang, kalau lebih tiga batang maka diri nya sudah bohong sama diri sendiri.
Perempuan yang tadi berantam sama Pascal kini meninggalkan mereka, Galang? Pria itu beberapa menit lalu ke kamar mandi tetapi sekarang belum balik, mungkin, pria itu sibuk sendiri. Galang, sifatnya sebelas dua belas, mereka sama-sama absurd. Sifat teman-teman Hannan tidak ada yang benar.

Hannan melirik sebelah nya, ternyata jika lama-lama ke club sangat bosan. Niat nya Hannan ingin balik, tetapi diri nya takut menjadi bahan omongan buruk oleh santri santri lainnya. Hannan memang pria yang buruk, dan selalu di cap jelek oleh orang lain.

Saat Hannan ingin memejamkan mata nya sebentar, tiba-tiba ada suara kegaduhan di dekat pintu masuk. Semua musik dan alunan yang sedang berdansa pun terhenti, Hannan dan kedua temannya menghampiri tempat yang sedang ramai karena kegaduhan. Di sana, sudah ada Galang yang hendak ingin menghalang seorang untuk masuk. Orang yang di halang oleh Galang yaitu Raka, pria itu tiba-tiba datang ke club dengan pakaian berwarna hitam lengan pendek, serta celana jeans berwarna hitam panjang. Kondisi rambut Raka saat ini acak-acakan, tidak serapi seperti biasa. Hannan yang mengetahui kehadiran sang kakak, ia segera mematikan sudut rokok itu, karena Hannan tahu, kakak nya ini sangat benci dengan asap rokok, bukan asap rokok saja, hal yang mengandung asap pun ia benci, seperti sampah di bakar itu ada asap nya? Dan bisa menyengat kerusakan pernafasan.

Setelah Hannan menginjak sebatang rokok, Hannan menghampiri sang kakak nya. Ia terlihat seperti wajah sok cool, seakan tidak terjadi apa-apa. “Kenapa lo kesini?” tanya Hannan.

“Motor milik kakak mana dek? Apa, kamu tega membuang motor itu?”

“Cih! Gaya lo sok berbie,” timpal Hannan meledeki kakak nya.

FAMILY AR-ROFIQ ||SQUEL DOSEN BUCIN||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang