BAB 7

93 10 0
                                    

Saat ini di meja makan keluarga Ndalem sudah ada Raka, Hannan, dan Abi nya. Oh ya, di Ndalem terdapat ada dua pembantu. Di antara nya ada Mbak Aul, dan Mbak Dilah. Usia mereka memang terlihat dewasa tetapi wajah mereka terlihat sangat muda.

Di sebuah kediaman keluarga Ndalem yang terlihat kedua adik kakak kini sudah akur kembali, tetapi sifat Hannan belum sepenuhnya berubah. Karena merubah sifat tidak semudah yang di kira, karena sifat Hannan yang keras kepala belum tentu berubah. Pagi ini karena memang hari Jumat, seluruh santri biasanya libur mengaji. Hari ini juga, Hannan berangkat sekolah. Di meja makan sudah ada Raka, Hannan, dan Abi Riki. Meski di keluarga kurang satu, yaitu Hanna yang sibuk dengan kuliah di universitas Al Azhar Kairo-Mesir.

Biasanya, di keluarga mereka yang memasak setiap hari yaitu Bu Aul, selaku pembantu di kediaman Ndalem. Bu Aul yang masih berusia 45 tahunan dan wajah nya seperti masih muda, Bu Aul ini yang selalu ramah.

“Kamu berangkat sama siapa nak?” tanya Riki pada Hannan.

Hannan merasa bersalah motor pemberian sang Abi nya malah ia bakar, padahal motor itu motor keluaran baru. Riki rela membeli motor itu karena memang itu uang simpenan nya setiap bulan. Hannan menundukkan kepalanya menatap nasi yang sudah ia aduk-aduk. Riki dan Raka menatap Hannan membuat bingung. Karena apa? Meski Hannan memiliki kesalahan tetapi biasanya pria itu tidak begitu menunduk kepala nya terlalu lama.

“Nan?” panggil Raka cukup keras.

Hannan menoleh ke arah keduanya. Hannan mendekati posisi duduk nya agar ia berdekatan dengan Raka, Hannan memeluk Raka. Wajah nya ia taruh di bidang dada Raka. Hannan menangis di pelukan Raka, baju kokoh Raka yang tadi nya tidak basah sekarang basah karena kena air mata Hannan. Tangan Raka mengelus rambut Hannan, ia merasa kasihan sama adiknya itu. “Kamu kenapa?” tanya Raka pelan.

“M-maafin Hannan, kak!” tangis Hannan pecah saat berada di pelukan sang kakak.

Titik terlemah Raka yaitu menangis di pelukan sang kakak dari pada Abi nya. Karena apa? Nangis di pelukan kakak nya yaitu mengingat kejadian saat umi nya meninggal dunia.

“Hannan janji akan ganti motor kakak, Maafin Hannan ya? Kakak boleh hukum Hannan, tapi kakak jangan diamin Hannan, ya?” ucap Hanan terbata-bata.

Raka dan Riki tersenyum mendengar nya. “Iya Hannan, si bungsu kita. Kakak udah maafin kamu kok,” kata Raka menghapus air mata Hannan.

“Hannan sayang kak Raka, Syukron katsiraan kak,” kata Hannan dengan wajah senang nya.

“Syarat biar meluluh hati kakak yaitu Cuma satu,” ucap Raka tiba-tiba membuat Riki dan Hannan menolehkan kepalanya pada Raka. “Maksud mu, kak?”

“Setor hafalan Al Muzzammil!” jawab Raka dengan wajah datar nya.

Kelemahan setelah menangis yaitu Hannan sangat takut dengan surah Al Muzzammil. Menurut Hannan surah Al Muzammil sangat sulit untuk di pahami meskipun ayat-ayat nya tidak terlalu belibet. Tetapi mengapa Hannan sangat lemah bila soal hafalan surah Al Muzammil.

“Abi, Hannan pergi sekolah dulu, ya?” pamit Hannan mencium pucuk tangan Abi nya, ia segera berangkat ke sekolah.

“HANNAN TAPI KAN KAMU BELUM SARAPAN, NAK?!” kata Riki dengan teriak nya.

“Hannan sarapan di sekolah, Bi!” kata Hannan yang dari kejauhan.

Riki menggeleng kepalanya, kira-kira seperti ini bila mempunyai anak yang susah untuk hafalan. Raka yang melihat adiknya hanya terkekeh. Mengapa adik nya ini sangat lucu bila seperti ini?

**

Setiba nya Hannan di sekolah dengan pakaian yang cukup sopan dari sebelum nya, pakaian yang tadi nya di keluarkan dan, sekarang di masukan ke dalam celana. Yang dulu nya rambut selalu berantakan sekarang rambut nya di rapikan. Hannan berangkat sekolah dengan kang Rahman, kang Rahman ini yang setia mendengarkan keluh kesah Hannan dengan abang nya itu.

FAMILY AR-ROFIQ ||SQUEL DOSEN BUCIN||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang