BAB 11

54 7 0
                                    

Hari ini adalah hari Senin, dan hari ini pun adalah hari upacara setiap sekolah untuk menghormati pahlawan nasional yang sudah berjuang demi negara. Dulu, Hannan selalu memakai pakaian yang tidak rapi saat upacara bendera. Bahkan, ia selalu bolos agar tidak mengikuti upacara bendera. Tetapi kali ini tidak, entah ada angin apa yang tiba-tiba menyuru Hannan untuk berubah menjadi seorang pria yang rajin. Meski dulu Hannan selalu bolos tetapi heran nya Hannan bisa mendapatkan juara 1 dalam semester sekolah. Hannan juga kapten basket dan ketua tim hadroh yang ada di ekskul sekolah nya.

Alasan ia bergabung dengan basket karena cita-cita nya saat masih kecil, dan ia gabung dengan hadroh karena memang itu ke bawa suasana saja. Meski SMA ini di bilang negeri yaitu SMA XAVERIUS tetapi ekstrakurikuler di sini sangat banyak. Ada basket, futsal, sepak bola, hadroh, PMR, pramuka, paskibra, dan drumband. Sangat lengkap. Dari banyak nya ekstrakurikuler di sekolah SMA XAVERIUS yang paling banyak mengikuti yaitu hadroh, pramuka, dan futsal.  

Hannan berada di kamar pribadi nya, ia sedang merapikan rambut yang sangat basah itu, tak lupa pula ia sisirkan rambut itu agar terlihat rapi. Pakaian yang tadi nya di keluarkan, sekarang menjadi di ke dalam kan celana, lalu ia pakai gesper sekolah. Gaya yang tak pernah berubah saat di sekolah yaitu humoris, receh, dingin. Dingin nya bukan untuk semua orang, melainkan kepada wanita yang bukan mahram.

Sebelum berangkat ke sekolah, Hannan sudah di panggil oleh Abi nya untuk sarapan bersama. Di meja makan sudah ada Raka, dan Abi nya. Meski di ndalem hanya ada ketiga pria, tetapi mereka setiap masak di masak oleh pembantu. Riki pernah menyewa pembantu yang berusia nya lebih tua dari pada diri nya.

“Assalamualaikum, shobahal khoir.” Hannan menyapa pada kedua nya. Abi dan Raka pun menoleh secara bersamaan. “Waalaikumsalam, Shobahannur.”

Ini adalah kebiasaan bagi mereka setiap pagi menyapa dengan bahasa arab, meski di luar area pondok pesantren pasti mereka selalu menggunakan bahasa arab. Padahal di area pesantren mereka jarang sekali untuk pakai bahasa arab. Tapi mengapa setiap di luar area pesantren mereka sangat rajin? Itu lah hal kebiasaan bagi Hannan dan Raka.

Hannan duduk di posisi di depan Abi nya. Harus nya meja ini terdiri ada kelima yaitu kedua wanita yang mereka cintai. Tetapi, karena salah satu bidadari dari mereka telah meninggal atau pergi jauh maka mereka hanya bisa berempat. Itu pun kalau Hanna pulang dari kampus nya. Selama Hanna tinggal di mesir, Hanna mendapatkan teman yang satu negara dengan nya. Hanna tinggal di asrama. Hanna belum pernah mengajak teman nya untuk pulang ke rumah nya, meski wanita itu selalu memaksakan teman-teman nya.

Mengingat nama Hanna, ketiga pria itu terdiam. Bahkan mereka jarang sekali untuk kontakkan WhatsApp. Telepon saja seminggu sekali itu pun kalau Hanna ada jaringan. Jika tidak ada jaringan, maka mereka tidak akan bisa chatan lagi.

“Teteh kamu belum ada kabar?” tanya kyai Riki pada kedua putra nya. Raka dan Hannan menggeleng kepala nya. Bahkan sudah hampir satu bulan mereka tidak saling berkomunikasi. Itulah yang membuat satu keluarga khawatir. Hanna ini adalah wanita satu-satunya di keluarga mereka, Hanna lah bidadari untuk mereka, Hanna wanita yang paling bersyukur memiliki ketiga pria yang ada di samping nya.

Jika semua orang lain mikir kalau Hanna tidak beruntung, maka pikiran yang lain salah. Jika di asrama ada kunjungan orang tua hanya Hanna yang orang tua nya tidak datang karena kyai Riki usia nya sudah tua. Jika kyai Riki menyuru kedua putra nya untuk menjenguk maka kegiatan kepentingan mereka tertunda. Maka dari itu, Hanna tidak memaksa keluarga nya untuk menjenguk. Meski ia juga ingin seperti orang lain.

“Abi khawatir, semoga bidadari kita satu-satunya selalu di lindungi oleh Allah, dan semoga ilmu-ilmu yang ia bawa mendapat manfaat bagi nya dan manfaat bagi orang lain,”

“Aamiin!” sahut Hannan dan Raka bersama.

Mereka pun melanjutkan sarapan pagi. Kemarin-kemarin Hannan dan Raka sibuk untuk membiayai operasi Kayla salah satu santri putri yang terkenal karena parasnya, kesopanan nya, dan ilmu nya. Operasi Kayla di bayar oleh pihak pondok pesantren. Karena memang sudah aturan nya.

FAMILY AR-ROFIQ ||SQUEL DOSEN BUCIN||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang