BAB 17

47 6 0
                                    

“Aku?” tanya Raka menunjukkan diri nya pada diri nya sendiri sekali pun melirik Abi nya. Kyai Riki pun membalas senyuman dan anggukan kepala nya. “Abi tidak bisa hantar mereka, karena ada beberapa hal yang mendadak. Apa kamu keberatan, nak?” tanya kyai Riki pada putra pertama nya.

Semua pun menoleh kepada Raka terutama berbeda dengan Raka yang terkejut karena permintaan nya Abi nya sangat berat bagi nya apalagi Raka saat ini di suruh untuk ke rumah Qilla.

Raka hanya pasrah menuruti permintaan Abi nya dan sekalian ia ingin tahu dimana letak rumah Qilla. Bisa aja jika Raka berjodoh dengan Qilla ia bisa melamar Qilla. Itu pun kalau jodoh. Kalau nggak Raka berharap bahwa akan ada yang lebih baik lagi untuk Qilla.

Raka memikirkan sejenak, ia harus bagaimana untuk menjawab sekalipun mengiyakan permintaan Abi nya apalagi saat ini Raka di suruh untuk mengantar Qilla pulang menuju ke rumah nya. Ini adalah pertama kali diri nya untuk mengantarkan wanita lain selain sepupu nya atau saudara nya atau pun menghantar teman-teman dari umi serta Abi nya. Pertama kali diri nya menghantar wanita yang ia sukai.

Raka pun mengangguk kepala nya dengan jawaban ‘iya’ lagian hitung-hitung kenal dengan orang tua Qilla. Ah, Raka tidak memikirkan itu semua tetapi ia harus memastikan bahwa mereka baik-baik saja.

“Iya susah kalian di hantar oleh Raka, Abi tidak menerima penolakan.” Titah kyai Riki pada kedua wanita di depan nya. Qilla melirik Raka sekilas yang sedari tadi bersedekap dada dan juga melihat Abi nya. Qilla pikir ia tidak di hantar oleh Raka, karena dari kemarin Qilla memilih untuk di hantar oleh Hanna saja karena jikalau dengan Raka, bagaimana ia bisa tahan dengan terdengar jantung nya yang berdetak kencang.

Qilla pun segera mengambil koper nya di kamar atas Hanna. Alasan ia pulang pun, ia sangat rindu dengan kedua orang tua nya dan setelah ia pulang baru menginjak tanah air Indonesia Qilla menghubungi orang tua nya terlebih dahulu bahwa ia menginap di rumah Hanna hanya sebentar. Bersyukur nya mereka mengizinkan nya. Qilla senang hati bukan karena ia selalu cari perhatian pada keluarga Hanna, tapi ia senang bisa tidur satu kamar lagi dengan Hanna.

Setelah semua nya sudah selesai, Qilla pun berpamitan pada kyai Riki yang duduk di sofa ruang tamu. Setelah itu ia langsung ke mobil dan menaruh barang-barang nya. Tetapi saat ia hendak menarik koper nya, koper tersebut di hadang oleh Raka membuat Qilla terkejut.

“Biar saya aja yang membawa koper nya ke bagasi mobil. Wanita tidak perlu memegang yang berat-berat,” ucap Raka dengan lembut tapi wajah nya tetap datar.

Hanna yang melihat interaksi tersebut hanya bisa tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Kenapa saudara kembar nya bisa sebucin seperti itu? Apakah ini adalah keturunan dari seorang Riki yang dulu menjadi seorang dosen terkenal di universitas kampus nya? Riki pernah bucin saat masih muda dan saat masih menjabat menjadi seorang dosen. Meski cuek, Riki atau yang biasa di panggil pak Riki selalu perhatian pada wanita yang di sukai dan di cintai nya.

“EKHEM!” Hanna berdehem sekeras mungkin untuk menarik perhatian mereka. Sontak mereka pun menoleh secara bersamaan membuat Hanna tersenyum melihat tingkah mereka yang sama-sama blushing.

“Fokus bener kalian,” goda Hanna.

“Siapa yang fokus, teh?” Suara Hannan membuat ketiga nya terkejut sekalipun menoleh secara bersamaan. Hannan sedari tadi mendengar interaksi antara abang dan teteh nya dan juga Qilla. Meski di lihat-lihat Qilla sangat cocok dengan Raka tetapi ada yang membuat nya ganjal. Apakah ini Hannan menyukai Qilla? Bukan! Tapi Hannan merasa aneh aja gitu.

FAMILY AR-ROFIQ ||SQUEL DOSEN BUCIN||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang