BAB 19

46 5 0
                                    

Hari ini Hannan setelah pulang dari masjid pesantren kembali ke Ndalem untuk mengganti pakaian nya dengan pakaian sekolah. Tiap hari nya di pondok pesantren Ar-Rofiq selesai shalat subuh di isi dengan wirid, serta kajian yang di berikan oleh para ustadz maupun ustadzah atau pula dari aparat pondok pesantren.

Setelah Hannan rapi mengenakan pakaian sekolah nya apalagi pakaian yang biasa acak-acakan menjadi rapi di ke dalam in dan di rapi kan dengan gesper sekolah. Rambut yang biasanya selalu berantakan menjadi bersih karena di sisir. Intinya perbedaan Hanan di sekolah dengan di rumah sangat berbeda jauh sama sekali. Karena di rumah ia menjadi seorang santri lalu di sekolah ia menjadi seorang bad boy sekaligus cool boy.

Sebelum berangkat sekolah ia di suruh untuk ke meja makan, sebenarnya ia tidak biasa sarapan pagi. Apalagi semenjak dulu ia marah dan tidak peduli dengan keluarga nya hingga waktu itu Hannan makan siang saja dan tidak sarapan di rumah.

Di meja makan sudah ada kyai Riki, Hanna, dan Hannan. Raka, pria itu sudah berangkat kampus terlebih dahulu menggunakan mobil pribadi milik kyai Riki yang sudah di alihkan kepada putra nya. Sebenarnya jikalau tidak ada Raka, maka Hannan tidak bisa meledeki abang nya itu.

“Hannan, nanti kamu berangkat ke sekolah nya bawa motor atau di antar?” tanya kyai Riki pada putra nya. Hannan pun memikirkan sementara, kalau diri nya membawa motor otomatis akan membawa motor milik pesantren yaitu motor supra. Kalau di antar pun, ia di hantar oleh kang Rahman selaku sopir pesantren.

“Di hantar aja deh,” jawab Hannan.

Pesantren Ar-Rofiq memiliki tiga kendaraan, di antara nya mobil dua dan motor Supra satu. Motor Supra ini biasnya di pakai untuk keluar seperti ke pasar, dan lain-lain. Kedua mobil itu di antara nya satu milik kyai Riki yang biasanya di pakai oleh keluarga kyai. Satu lagi adalah mobil untuk pesantren jika santri sedang sakit lalu di bawa ke rumah sakit, maka menggunakan mobil milik pesantren. Mobil milik pesantren bukan di pakai oleh semua pesantren tetapi bila ada keperluan yang padat.

**

Setiba sampai di sekolah SMA Xaverius, Hannan menyamperin teman-teman nya yang berada di warung belakang. Di sana sudah ada Mario, Pascal, dan Putra. Ketiga pria itu sedang merokok serta meminum kopi. Sudah kebiasaan mereka untuk seperti itu. Tetapi dari antara mereka Hanan lah yang jauh dari rokok dan tidak menyukai bau kopi.

Setiba sampai nya di warung belakang milik Pak Joko yang selalu di ramai di tempati oleh siswa-siswa SMA Xaverius. Warung pak Joko terkenal karena dagangan nya yang sangat enak serta gorengan pun paling enak.

Jarang sekali siswi-siswi datang ke warung belakang milik pak Joko, karena mereka tak berani untuk mencium aroma rokok yang tak sedap itu.

“Assalamualaikum!” salam Hanna pada teman-teman nya yang berada di warung belakang milik pak Joko. “Waalaikumsalam.” Sahut mereka secara bersamaan.

“Wih, tumben lo datang nya jam 7 lewat lima menit?” tanya Mario dengan heran. Biasanya Hannan ini yang selalu datang awal yaitu pukul 06:30 tetapi ini sangat berbeda, Hannan malah datang pukul 07:05.

Meskipun di pesantren ngaji dulu tetapi selama-lamanya di pesantren mengaji pasti Hanan datang pukul setengah tujuh. Hanya telat beberapa menit saja teman-teman nya selalu menanyakan.

“Selesai ngaji, gue langsung ketiduran, untung saja di bangun in oleh teteh gue.” Kata Hannan. Memang benar selesai mengaji Hannan bukan nya langsung mandi malah ketiduran di masjid, dan itu di bangunkan oleh Hanna yang tak sengaja berpapasan dengan adik nya yang sedang tertidur.

“Kalau nggak kek nya lo ga sekolah, ya?” tebak Mario.

“Kalo gue ga sekolah malah kena omelan sama Abi dan juga teteh,”

FAMILY AR-ROFIQ ||SQUEL DOSEN BUCIN||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang