BAB 22

41 4 0
                                    

"Aku- ingin ke rumah Qilla, bang. Sekarang Qilla butuh aku, dia sedang berada di dalam kamar karena di siksa dengan nenek kakek nya. Yang aku tahu tentang Qilla, kakek nenek dan paman serta Tante dari keluarga almarhum mama Qilla, sangat membenci Qilla. Sebenarnya Qilla di suruh untuk tinggal bersama keluarga dari umi nya. Namun, ancaman keluarga dari almarhum mama nya membuat Qilla harus terpaksa ikut dengan mereka." Jelas Hanna.

Raka yang mendengar ucapan sang adik sangat terkejut. Wanita yang selalu ia kagumi, yang selalu ia sebutkan dalam doa nya. Ternyata memiliki masalah yang sangat berat. Raka ingin sekali membantu nya, namun ia takut Qilla semakin di siksa oleh kakek nenek nya karena kehadiran nya.

Sebenarnya Raka mengetahui kalau kakek nenek nya Qilla pas ketemu diri nya berpura-pura untuk baik di hadapan nya. Bukan kakek nenek nya saja, orang tua Qilla pura-pura baik di depan mereka. Dari sorot mata saja Raka mengetahui bahwa kakek nenek Qilla membenci cucu nya. Terkadang suka aneh dengan keluarga yang membenci keluarga pula.

"Kalau kamu sudah pulih, kita akan bantu Qilla. Kita beri Qilla penenang, dan abang akan izin ke Abi untuk Qilla tinggal di asrama." Kata Raka. Alasan nya bukan untuk modus, tetapi Raka ingin Qilla baik-baik saja tanpa memikirkan masalah yang di hadapi nya.

"Ya Allah, aku mohon kepada mu, lindungilah wanita yang selalu saya sebutkan di sepertiga malam ku, jauh kan lah wanita yang saya kagumi dari masalah-masalah yang di hadapi nya." Batin Raka.

Hanna mengangguk kepala nya. "Iya, bang. Terimakasih ya? Sudah mau jadi kembaran aku yang baik, aku bersyukur mempunyai kembaran seperti abang."

"Abang lebih bersyukur memiliki kembaran seperti kamu. Abang harus mengucap terima kasih pada umi, karena umi sudah mengandung dan melahirkan kita. Melahirkan anak kembar bukan hal yang mudah, dan umi sangat hebat bertahan demi kita. Semoga umi mendapatkan di sisi yang terbaik oleh Allah Swt."

"Iya, bang."

Sebenarnya Qilla tinggal dengan orang tua nya. Namun, semenjak meninggal nya ayah Qilla semua akan berubah. Qilla yang di benci oleh ibu kandung nya, dan di siksa oleh keluarga dari ibu kandung nya. Qilla tinggal bersama ayah tiri yang bernama Pak Salman dan ibu nya Qilla.

**

Hannan, pria itu menggantikan posisi abang nya sementara untuk mengisi kajian di majlis. Meski awal nya sedikit malas namun, ini sangat mepet sekali waktu nya apalagi abang nya telah menjaga Hanna di rumah sakit. Hanna menggantikan posisi abang nya bukan terpaksa akan tetapi karena malam ini tidak ada kegiatan apa pun. Hafalan Alquran saja di tunda sementara menunggu abang nya pulang.

Hannan melihat Kayla yang sedang duduk di bawah pohon mangga milik pondok pesantren Ar-Rofiq. Yang Hannan pikirkan kenapa wanita itu tidak memasuki ke majlis? Bukan kah sebentar lagi akan mulai? -pikir nya.

Sebenarnya Hannan ingin menghampiri namun ia mundur tidak jadi. Percuma saja bukan? Itu tidak penting bagi Hannan. Hannan tidak mau menjadi bahan fitnah bila berdua dengan yang bukan mahram nya. Maka dari itu, Hannan harus menuju ke majlis.

Setiba sampai di majlis, ia melihat beberapa santri putri seperti mencari seorang teman nya. Hannan pun berniat untuk bertanya, siapa yang mereka cari? Bukan kah dari antara mereka sudah lengkap. "Permisi, assalamualaikum." Ucap nya dengan lembut.

Beberapa santri putri itu menundukkan kepalanya masing-masing. "Waalaikumsalam, Gus."

"Sepertinya kalian sedang mencari seseorang, memang nya siapa yang kalian cari?" tanya Gus Hannan pada santri putri di depan nya.

"Kami sedang mencari Kayla, Gus. Dia kata nya izin untuk ke kamar mandi, namun sudah 30 menit Kayla belum kembali ke majlis," jawab salah satu santri putri itu.

Hannan terkejut mendengar nya. Ternyata Kayla sudah 30 menit belum menuju ke majlis? Sebenarnya wanita itu sedang memikirkan apa? Kenapa seperti sekarang ini Kayla lebih memilih melamun? Ah, dari pada memikirkan yang tak penting lebih baik Hannan memberitahu kan?

"Dia ada di bawah pohon mangga dekat Ndalem,"

"Serius, Gus?" Hannan mengangguk kepala nya sebagai jawaban.

"Terimakasih, Gus. Kalau begitu kami akan ke sana,"

Hannan mengangguk kepala nya sebagai balasan. Ia menuju tempat majlis, di sana santri-santri sudah sangat ramai bahkan tidak sabar untuk menunggu kajian dari Hannan. Gus nya ini jarang sekali bertausiyyah di majlis, sekali nya bertausiyyah santri putri pun langsung menatap dengan kagum dan takjub.

Siapa yang tidak menyukai Gus Hannan? Walaupun tingkah nya cool, namun perhatian kepada orang yang tepat. Walaupun terlihat badboy tetapi sebenarnya Hannan tidak senakal itu apalagi sampai ke tempat haram seperti club. Walaupun dulu pernah, namun sekarang ia tidak akan ke sana lagi dan juga teman-teman nya.

"Assalamualaikum," ucap Gus Hannan dengan sopan.

Mereka pun menoleh. "Waalaikumsalam, Gus!"

Sebelum di lanjut dengan mengisi tausiah akan memulai dengan membaca Alquran hanya juz 30 saja. Sebelum itu juga terlebih dahulu atau membaca nadzom Alfiah Ibnu Malik dan nadzom maqsud.

Santri-santri mengamati bacaan Alquran nya, setelah membaca Al-Quran juz 30 mereka melanjutkan nadzoman nya dari nadzom Alfiah Ibnu Malik dan nadzom maqsud. Biasanya santri-santri paling suka dengan kedua nadzom ini. Selain itu, nadzom ini mudah di pahami dan di mengerti.

"Baik, setelah nadzom selesai, di lanjut dengan tausiah yang akan di bawakan oleh Gus Hannan!" suara itu berasal dari Mang Fathan. Beliau salah satu ketua muhadoroh juga dan beliau yang mengatur tentang pondok pesantren Ar-Rofiq ini.

Suara tepuk tangan terdengar riuh sekali. Hannan sangat gugup, sudah lama ia tidak mengisi kajian tetapi ini sangat membuat hati nya merasa gugup. Oh ayolah, anggap saja di depan diri nya itu orang rendah namun bukan berarti sombong.

Hannan berdiri di depan santri-santri pondok pesantren Ar-Rofiq. Pandangan nya tertuju pada seorang santri putri yang telat. Wajah nya sangat Kumal, bahkan penampilan nya seperti sehabis menangis. Iya, dia adalah Kayla. Hannan tidak begitu menyukai ada seorang santri yang telat datang nya setelah diri nya datang. Kayla bukan seorang diri telat nya, melainkan bersama kedua teman nya.

"Assalamualaikum, maaf saya telat." Suara Kayla membuat santri-santri menoleh ke arah nya. Kayla dan kedua teman nya menundukkan kepalanya tanpa melihat ke depan maupun ke samping. Karena mereka takut dengan tatapan mata dari sang Gus nya yaitu Hannan.

"Waalaikumsalam, kenapa bisa telat?" tanya Hannan to the point. Ia tidak menyukai basa-basi.

"Maaf, Gus. Ada kendala tadi," alasan macan apa ini? Okei, Hannan akan memaklumi wanita itu. Diri nya sudah mengetahui kalau Kayla sedang menangis namun air mata nya di hapus secara paksa.

"Saya ingin tahu ujian apa yang di alami kamu, kenapa kamu bisa seperti in?"

"Silakan duduk, jangan di ulangi lagi!"

Jarang-jarang Gus Hannan tidak menghukum santri yang telat! Jarang banget, bahkan bisa di bilang tidak pernah. Mereka pun sangat terkejut mendengar ucapan dari sang Gus nya. Sangat lucu sekali? Oh ayolah, Hannan sangat kasihan dengan Kayla bukan pilih kasih.

Fathan, Rais, dan beberapa santri putra yang senior terkejut mendengar nya. Mereka saling berbisik-bisik di belakang Gus nya. Hei, di depan mereka padahal ada orangnya loh kenapa berbisik-bisik nya di depan orang nya? Memang nya Hannan tak tahu?

"Kenapa kalian bisik-bisik?" suara Hannan mampu membuat yang ada di majlis besar melirik ke arah nya. Sangat dingin sekali suara Hannan bahkan tatapan nya sangat beda tidak seperti biasanya.

"Maaf, Gus."

Karena semua nya sudah diam, Hannan mengambil mikrofon yang berada di lantai. Hannan menghela nafas nya sebelum memulai tausiah untuk mengisi kajian malam ini.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..., Alhamdulillahirabbil alamin wabihi nasta'in, wa'ala umurid dunyaa waddin. Wa'ala alihi wasahbihi ajma'in di ba'du. Pertama-tama yang saya hormati kepada ketua yayasan pimpinan pondok pesantren Ar-Rofiq almarhum abah Hermansyah bin Abdul Razak, mudah-mudahan beliau di ampuni segala dosanya, dan di tempatkan di sisi Allah Swt. Kepada Ummah Halimah binti Ilyas yang mudah-mudahan beliau di tempat kan di sisi Allah swt."

"Kepada Almarhumah umi Hafifah Nabila Al Ghifari binti Hermansyah, mudah-mudahan beliau di ampuni segala dosa nya, dan di terangkan dalam kubur nya, dan di tempatkan di sisi Allah swt. Aamiin!"

"Yang saya hormati pula, kepada Abi Muhammad Riki Nurrofiq yang senantiasa mengajar kita, mendidik kita, membimbing kita, dan selalu memberikan ilmu yang baik bagi kita. Mudah-mudahan beliau selalu ada dalam naungan Allah Swt."

"Puja serta puji syukur kepada Allah swt. Shalawat serta salam Habiibana wasyafi'anaa wamaulaanaa muhammadan saw."

"Baiklah, untuk malam ini saya akan mengisi tausiah saya yang berjudul Penting nya menjaga lisan. Teruntuk teman-teman yang insya Allah di Ridhai oleh Allah swt. Kita sebagai manusia harus bisa untuk menjaga lisan. Karena lisan itu penting! Jika menyakiti orang lain, maka bisa pasti amal kebaikan kita di tarik oleh Allah swt. Jika orang lain itu mengingat ucapan kita yang sudah membuat dia sakit hati.

Nikmat yang paling agung di berikan oleh Allah swt. Yaitu lidah dan bibir. Meskipun lidah dan sudah tertutup rapat oleh gigi dan bibir tapi lidah ini sangat tajam bisa membuat orang lain sakit hati. Lidah lebih tajam dari pada pedang. Jika kita terkena tajam nya pedang pasti kita akan bisa sembuh dengan obat. Namun, jika lidah sudah membuat orang lain sakit hati bahkan sampai dia meninggal dunia itu akan menariknya anak kebaikan kita. Sayang sekali loh kalau amal kebaikan kita di tarik oleh Allah swt. Karena ucapan kita sendiri.

Rasulullah saw. Memerintahkan kepada kita sebagai umat nya. " (Barang siapa yang beriman kepada Allah di hari Akhir, maka hendaklah berbicara dengan baik atau diam).

Jika kita sedang sendiri, maka gunakan lah lisan kita untuk berzikir, dan berdoa yang baik-baik kepada Allah, jika sedang bersama orang lain maka gunakanlah lisan kita untuk mengucapkan kebaikan yang tidak membuat orang lain sakit hati.

Manusia zaman sekarang, terkadang lupa dengan kata maaf setelah mengucap hal yang tidak di sukai oleh orang lain dan bisa membuat orang lain sakit hati. Mereka berbicara itu hanya bercanda, tapi kalau perkataan itu ada yang bisa di katakan bercanda, ada pula yang tidak bisa di katakan tidak bercanda. Maka dari itu kita hati-hati untuk menjaga lisan kita. Di dalam neraka banyak sekali perempuan yang di gantung lidah nya. Itu ada yang karena memfitnah, menggunjing orang lain. Nauzubillahi minzallik.

Mungkin hanya itu saja yang dapat saya sampaikan, semoga kita termasuk umat nabi yang bisa menjaga lisan kita. Tugas nya yaitu, cukup kalian mencari firman Allah swt. Tentang Al-Quran surah Al balad yang menjelaskan tentang nikmat Allah yang paling utama yaitu bibir dan lidah. Dan nanti kalian akan jelaskan, tugas nya nunggu depan. Saya akhiri, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Tausiah yang di bawa Hannan sudah berakhir, setelah mengisi kajian ia akan menuju ke Ndalem karena tugas untuk besok sekolah lumayan banyak. Beberapa mapel pun ada yang mau ulangan karena Hannan sebentar lagi akan menginjak kelas 12.

Sesampainya di Ndalem, Hannan di panggil oleh salah satu santri putra. Dia teman sebaya Hannan, sudah lama sekali Hannan tidak bertemu nya karena selama beberapa bulan dia pulang untuk menjaga ibu nya yang sedang sakit. Kenalkan nama nya adalah Wahyu Fareza yang berusia 17 tahun, Wahyu tidak sekolah tetapi tetap di pondok pesantren.

"Assalamualaikum, Gus!" teriak Wahyu dengan wajah senang nya.

Hannan menoleh ke sumber suara. "Waalaikumsalam, wuih udah pulang bro?"

Wahyu terkekeh geli melihat Gus nya yang satu ini. Wahyu terkejut karena Hannan berubah menjadi pria yang seperti dulu sebelum umi nya meninggal dunia. Lihat saja sekarang Hannan sangat ganteng jika memakai pakaian kokoh seperti ini, apalagi wajah nya terlihat tampan. Gus muda yang paling di gemari oleh santri putri. Jika Gus Raka yang paling di kagumi oleh senior-senior pondok pesantren Ar-Rofiq memiliki sifat tengil, namun tidak tengil di depan santri putri. Sifat cool nya saja di depan santri putri atau perempuan lain.

"Berubah, Gus?" tanya Wahyu.

"Hm,"

Wahyu paham, harus nya ia tidak berbicara seperti ini karena itu membuat Hannan diam tanpa berkutik lagi. "Maaf, Gus. Saya tidak niat untuk berbicara seperti itu,"

"Tak apa, Wahyu. Bagaimana kabar ibu, lo?" Hanna jika berbicara dengan teman sebaya ia memanggil nya Gue-lo tapi jika yang lebih dewasa dari nya memanggil saya-kamu.

"Alhamdulillah, baik. Eh kata nya teh Hanna pulang, ya? Lalu, bagaimana kabar teh Hanna?" tanya Wahyu.

"Dia di rumah sakit, biasalah syok kek waktu itu gue dengan bang Raka."

"Innalillahi..., Tapi sekarang teh Hanna tidak terlalu parah, kan?" Hanna menggeleng kepala nya. "Alhamdulillah, nggak. Eh, tadi kek nya gue nggak lihat lo di majlis. Kok sekarang bisa di sini?"

"Saya baru balik, Gus. Di hantar sama ayah. Tadi yang isi kajian seperti suara Gus, deh. Takjub banget! Maaf saya telat, tadi ada kendala macet di tol."

"Nggak apa-apa, Wahyu. Gue ke dalam dulu, ya? Mau belajar. Tugas gue numpuk benar, mau bantu nggak?" pamit Hannan sebelum memasuki halaman rumah nya.

"G-gus itu-saya pengen buang air kecil. M-maaf, ya?" Wahyu berpura-pura untuk mencari alasan agar tidak ketahuan oleh Hannan. Sebenarnya Hannan hanya bercanda saja, bagaimana bisa Wahyu membantu nya sedangkan Wahyu hanya belajar ilmu agama saja di pondok pesantren, namun diri nya? Belajar di sekolah dan belajar di pondok pesantren.

"SAYA TIDAK BISA BANTU, GUS! KEK NYA SAYA GA KUAT DEH! MAAF YA?!" teriak Wahyu yang sudah menjauh.

"Nggak tahu, saya takjub dan kagum saja sama beliau, entah Gus Hannan memberi pelet apa sampai saya bertahan beberapa tahun."

batin salah satu santri putri yang melihat Hannan.

**

Hayooo siapa yang penasaran??

Jangan lupa di vote🖤.

Sayang banyak-banyak<3

Tangerang, 7 Desember 2022.

FAMILY AR-ROFIQ ||SQUEL DOSEN BUCIN||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang