BAB 23

33 3 0
                                    

Informasi tentang Hanna di lamar oleh seorang Gus sudah sampai ke area pondok pesantren, bahkan santri putra yang menyukai Hanna sudah berpasrah diri. Percuma saja kan, biasanya seorang Ning akan mendapatkan pasangannya seorang Gus pula. Dan, santri putri yang mengagumkan Gus Zakka pun sama, mereka lebih memilih untuk mundur. Jodoh bukan di tangan manusia, jodoh di tangan Allah. Rencana Allah akan indah.

Di sini tempat santri putra yang sedang menghafal, murojaah, membaca, santai, dan lain-lain yaitu di tempat yang sudah di buat oleh teman-teman Raka. Sebenarnya awalnya mereka membuat tempat seperti ini hanya untuk kumpul-kumpul, namun karena teman-teman Raka yang berada di pondok pesantren Ar-Rofiq sudah lulus mereka berniat untuk mengasih ke santri putra.

Setelah pulang dari tempat acara, Zibran berniat untuk ke area pondok pesantren Ar-Rofiq dulu karena ia juga sudah janji dengan Hannan. Katanya pria itu hendak menjenguk Hanna di rumah sakit.

Di sini, Zibran sedang galau karena ia harus berbuat apa lagi, ia sebenarnya menyukai Hanna sudah lama namun ia tidak berani mengungkapkan nya. Zibran juga di beri tahu oleh kedua orang tua nya jikalau menyukai seseorang alangkah baik nya rayu sang maha pencipta di sepertiga malam. Zibran selalu menyebut nama Hanna di sepertiga malam nya, untuk sesi selanjutnya ia tidak peduli kalau Allah menjodohkannya atau tidak.

“Berat banget rasanya, tapi mau gimana lagi,” gumam Zibran.

“Ya Allah, semua nya aku serahkan kepada-Mu. Jikalau dia memang jodoh ku, maka dekatilah aku dengan dia. Tapi jika dia bukan jodohku aku ikhlas dan semoga aku mendapatkan nya yang lebih baik lagi.” Sayup-sayup terdengar karena jawaban doa Zibran.

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahu Zibran dengan keras. “Duar! Galau banget, bang?” suara itu berasal dari Hannan. Zibran sangat terkejut karena ulah Hannan yang tak tahu diri itu.

“Nggak, abang ga galau tuh!” elak Zibran. Padahal Hannan tahu kalau Zibran sedang galau tetapi Hannan tidak mengetahui kalau Zibran galau karena apa. Yang intinya Hannan melihat Zibran sedang galau.

“Yakin, kack?” goda Hannan mengedipkan mata nya.

“Iya.”

Mereka pun berangkat menuju ke rumah sakit dokter Nafidzah yang berada di letak daerah Jogjakarta, rumah sakit itu sangat terkenal karena setiap datang ke situ seperti berada di masjid. Isi rumah sakit itu tidak ada yang memakai pakaian ketat sama sekali, mereka memakai jilbab untuk laki-laki memakai pakaian sopan dan tentu tidak menyentuh seorang yang bukan mahram.

Setiba sampai di rumah sakit dokter Nafidzah, sebelum nya mereka menghubungi Raka terlebih dahulu takut nya pria itu keluar namun saat mereka ke sana tidak ada orang. Sebelum memasuki kamar ruangan Hanna, mereka sudah siap membawa makanan tiga kantung plastik yang baru beli di tempat supermarket terdekat.

Setiba sampai di depan kamar Hanna, Zibran dan Hannan mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki kamar Hanna dan mengucap salam terlebih dahulu.

Mereka pun menoleh. “Waalaikumsalam,” jawab Hanna dan Raka yang berada di kamar rumah sakit yang di tempati Hanna.

Hanna terkejut melihat Zibran, ternyata pria itu masih tahu Hanna dan masih mengingat Hanna karena biasanya Zibran selalu cuek dengan sekitar nya, namun pikiran nya salah, justru Zibran malah peduli dengan Hanna.

Syafakillah, Hanna.” Ucap Zibran dengan lembut seraya menyodorkan tiga kantung plastik yang berisi makanan. Hanna terkejut ketika Zibran membawa banyak makanan untuk diri nya sendiri. Bagaimana bisa ia menghabiskan nya dalam sendirian? Tetapi Hanna harus berbagi kepada adik dan kakak nya.

“Terimakasih banyak doa nya, maaf bila merepotkan.” Zibran tentu menggeleng kepala nya. “Sama sekali tidak,”

“Tolong, jangan terlalu dekat-dekat seperti itu. Ingat! Kalian bukan mahram!” suara Raka membuat mereka terkejut, dan mereka pun tersadar dari apa yang mereka lakukan yaitu sudah berbicara dengan yang bukan mahram nya.

FAMILY AR-ROFIQ ||SQUEL DOSEN BUCIN||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang