BAB 10

67 8 0
                                    

Hannan berada di kamar milik nya, sebelum ke rumah sakit ia memakan makanan yang di belikan Abang nya. Meski mereka jarang akur, tetapi rasa peduli mereka tidak pernah berhenti. Abi nya selalu mengajarkan mereka untuk peduli satu sama lain.

Hannan membuka kantong plastik keresek berisi makanan yang di belikan abang nya. Di dalam kantong plastik keresek ada martabak telur, pop ice coklat, cilor, bakso, dan buah-buahan. Padahal Hannan hanya memesan uduk untuk ia makan tetapi abang nya malah membeli semua makanan di pedagang kaki lima. Apakah Hannan akan menghabisi semua nya? Tidak. Hannan akan mengasih makanan itu ke asrama putra nya jika belum habis.

Karena sebentar lagi akan menjelang waktu magrib, maka Hannan menyimpan makanan itu di atas meja belajar yang berada di kamar nya. Hannan di bagi kamar yaitu dua, kamar milik sendiri dan kamar pribadi. Kamar itu adalah kamar kenang-kenangan mereka bersama Umi nya.  Dan, kamar itu adalah kamar milik pribadi Hannan. Di Ndalem terdiri ada lima kamar, ada kamar Hannan dan kamar pribadi nya di bagian atas dan juga kamar teteh nya yaitu Hanna. Dan, kamar Raka di bagian bawah. Karena Raka tidak suka jika apa-apa selalu naik turun tangga membuat kecapekan.

Setelah itu, Hannan menuju masjid untuk shalat berjamaah dengan seluruh santri-santri pondok pesantren Ar-Rofiq. Hari ini jadwal imam yaitu Hannan. Maka dari itu, Hannan harus datang tepat waktu tidak boleh terlambat.
Setiap shalat lima waktu biasa nya berjamaah, dan itu santri putra maupun Gus, maupun aparat pondok pesantren santri putra di wajibkan mendapatkan jadwal imam di setiap hari nya. Satu hari ada lima orang yang menjadi imam. Saat Hannan masih menjadi anak yang suka keluyuran, shalat berjamaah yang tadi nya jadwal Hannan di gantikan oleh salah satu santri putra. Tetapi, sekarang Hannan bisa merubah sikap nya perlahan. Yang tadi nya selalu pulang malam, dan sekarang Hannan tidak pernah pulang malam. Setiap malam nya di isi oleh murojaah bersama Abi dan Abang nya. Tadi nya juga Hannan di suru untuk mengajarkan santri tetapi Hannan tidak pantas untuk menjadi seorang guru. Bahkan, ia juga tidak pantas untuk di panggil seorang Gus. Yang pantas menjadi seorang Gus itu adalah Abang nya—Raka. Gus Raka sangat pantas karena sifat nya sangat beda jauh dari Hannan. Sifat Raka mencerminkan sifat Abi nya.

Dan, Hannan? Entah diri nya mirip dengan siapa. Meski Hannan sering insecure tetapi Abang nya selalu menasihati diri nya untuk tidak berinsecure dengan Raka. Hannan bisa saja berubah sifat nya maka dari itu Raka selalu menemani adik nya untuk bisa merubah sikap dan juga sifatnya.
Setiba sampai di masjid, Hannan sudah di sambut oleh ke tiga santri putra yang seumuran dengan nya. Ada, Zikri, Fatih, dan Arthur. Mereka menyambut Hannan dengan senyuman. Begitu pun Hannan membalas dengan sopan.

Ke tiga pria itu menunduk saat Hannan berada di depan nya untuk menghormati putra kyai. Dan juga, ke tiga pria itu mencium pucuk tangan Hannan dengan menunduk juga. Tetapi Hannan pun membalas ciuman tangan mereka masing-masing satu persatu. “Assalamualaikum, Gus.”

“Waalaikumsalam.”

Kumaha kabar na, Gus?” tanya Fatih dengan bahasa Sunda nya. Hannan pun mengangguk kepalanya. “Alhamdulillah, urang sehat. Ayeuna kumaha kabar kalian kabehan?” sekarang Hannan yang bertanya balik pada mereka.

“Alhamdulillah, sehat, Gus.” Mereka pun menjawab secara bersamaan.

Lalu, mereka pun memasuki ke dalam masjid bersama. Di dalam masjid sudah ada santri putra dan juga sudah ada Saifullah yang telah merapikan sajadah. Dan juga sudah ada Faris yang sibuk menyapukan halaman di dalam masjid.

Mereka pun menunduk kepalanya masing-masing ketika melihat kedatangan Hannan. Mengapa mereka menunduk semua nya? Karena untuk menghormati putra kyai. Sebenarnya bisa aja mereka untuk tidak menunduk jika Hannan datang, tetapi ini adalah kebiasaan mereka semua jika melihat putra kyai datang. Hannan tidak suka terlalu di spesial oleh orang lain, karena menurut Hannan ia tidak pantas mendapatkan itu semua. Tetapi, justru mereka malah menspesialkan Hannan.
Suara azan berkumandang yang di bawakan oleh santri putra bernama Fatih tadi. Suara Fatih memang sangat bagus, nama lengkap nya yaitu Fatih Ell-Zain anak dari bapak Pratama. Fatih satu sekolah dengan Kayla dan juga satu ruang. Bahkan, Fatih pernah menyukai Kayla, entah sampai sekarang ia masih suka atau tidak. Karena rasa suka Fatih terhadap Kayla bisa timbul secara tiba-tiba.

Fatih menyukai Kayla saat awal Fatih menginjak pondok pesantren Ar-Rofiq. Saat itu, Kayla pernah di suruh piket di halaman asrama putra, dan tak sengaja Fatih bertatapan dengan Kayla. Dan, rasa suka itu tiba-tiba muncul. Fatih tidak ingin mengecewakan hati orang lain dan juga tidak ingin mengecewakan hati diri nya. Cukup, masa lalu aja yang mengecewakan diri nya.

Gus Hannan menjadi imam shalat magrib dan yang paling membuat santri putri takjub yaitu ketika mendengar suara lantunan yang di bawakan oleh Gus Hannan. Suara lantunan ayat Al Quran yang di bawakan sangat merdu dan adem.

Setelah rakaat akhir, Gus Hannan mengucap salam di selesai shalat nya yang di ikuti dengan makmum yang lain.

Pukul 20:30, Raka dan Hannan sudah berpakaian rapi, mereka akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Kayla yang berada di rumah sakit. Mereka ke rumah sakit bukan berdua saja, melainkan mereka mengajak aparat pondok pesantren Ar-Rofiq yang perempuan untuk membawa pakaian Kayla dan juga bergantian menjaga Kayla.

Raka dan Hannan berada di ruang tamu, sebelum berangkat mereka meminta izin terlebih dahulu pada Abi nya. Untung saja Abi nya belum pergi ke asrama putra. Abi nya mengajarkan di asrama putra biasa nya malam. Dan, jika setor hafalan biasanya pada Raka ataupun Hannan.

“Tumben sekali rapi, mau ke mana?” tanya kyai Riki pada kedua putra nya yang sudah berpakaian rapi.

“Ke rumah sakit,” jawab Hannan.

Kyai Riki menepuk jidat nya. Ia lupa, bahkan sangat lupa jikalau ada santri nya yang berada di rumah sakit. “Abi lupa, Nak. Oh ya, memang nya Kayla sakit apa?”

“Magh dan lambung, dan juga punya rasa trauma di masa lalu nya.” Jawab Hannan dengan jelas.

Gus Raka menyenggol lengan adik nya dengan senyum meledeki. Hannan yang tersadar pun hanya bisa beristigfar melihat tingkah abang nya itu. Biasanya mereka tidak pernah akur, tetapi mengapa mereka sekarang akur?

“Suka boleh, jangan sampai terobsesi!” pesan Gus Raka pada adik nya.

“Siapa yang suka, Abang! Nih, dengar in, yaa.. Hannan itu hanya sekedar menolong santri putri yang sedang kesusahan. Seperti abang menolong santri-santri lain,” dengan gemas Hannan mencubit kedua pipi abang nya. Entah ada rasa setan mana yang merasuki tubuh Hannan yang tumbenan akrab dengan abang nya.

“Tapi, rasa penolong yang kamu lakukan itu, beda. Buktinya, kemarin abang dapat kabar dari Abi, kalau kamu itu..... Seperti menyukai Kayla,” sahut Gus Raka tidak mau kalah.

“Nggak ya Allah!” pekik Hannan. Hannan paling tidak suka jika abang nya selalu merecoki, padahal jelas-jelas Hannan tidak suka dengan santri putri Abi nya. Jika semua orang bilang kalau suka dengan lawan jenis itu wajar, tetapi berbeda dengan Gus Hannan. Gus Hannan bukan tipe ia suka sama sejenis, melainkan ia tidak suka jika menyukai di usia yang masih lumayan muda
.
Karena yang Hannan takuti yaitu saat Hannan sudah menyukai orang, mencintai orang, dan orang itu malah meninggalkan Hannan. Seperti Hannan sudah menyukai umi nya yang sudah mengandung selama sembilan bulan, mendidik selama 16 tahun, dan menjaga nya. Setelah itu, umi nya meninggal dunia membuat dunia Hannan rapuh.
Bagaimana jika Hannan sudah mulai menyukai orang lain lalu orang itu meninggalkan diri nya? Meski semua sudah di takdirkan tetapi Hannan masih ada rasa takut.

“Apa benar, rasa menolong saya pada santri putri itu sangat beda?” lirih Hannan.

**
Setiba sampai di rumah sakit, Hannan mengajak Raka, Silla, dan Lisa. Kedua wanita itu bergantian untuk menjaga Kayla. Hannan dan Raka nanti tidak menginap melainkan mereka akan pulang. Dan juga Nafisya serta Raisa pun. Sebelum mereka ke rumah sakit, Hannan membeli makanan. Ia menyuruh Silla dan Lisa untuk memesan makanan di pedagang kaki lima. Meski, Raka sempat aneh melihat sifat adik nya yang tiba-tiba berubah menjadi peduli tetapi Raka yang mengerti pun hanya bisa diam.

Hannan membawa buah-buahan, makanan cimol yang ga pedas, cilok yang ga pedas, martabak manis, nasi+ayam goreng kesukaan Kayla, dan minuman air putih yang tidak dingin. Itu semua pakai uang Hannan.

Saat mereka hendak memasuki ruangan inap Kayla, lebih terkejut lagi mereka melihat wanita paruh baya yang kemungkinan berusia 35 tahun. Itu adalah bibi Kayla bernama Anna. Sebelum mereka memasuki ruangan inap yang di tempati Kayla, mereka mengucapkan salam terlebih dahulu. “Assalamualaikum,”

Yang berada di ruangan pun menoleh secara bersamaan pada sumber suara. “Waalaikumsalam.” Jawab mereka bersama.

Mereka pun mencium pucuk tangan bibi nya Kayla bernama Anna. Dan, Tante Anna terkejut melihat kedua putra kyai yang berada di depan nya. “Masya Allah, ini anak nya kyai Riki, kan?” tanya tante Anna.

“Iya, Bu.” Sahut Raka dan Hannan bersamaan.

“Kamu, yang seumuran dengan Kayla, bukan?” tanya tante Anna menunjuk ke arah Hannan. Hannan pun mengangguk kepalanya.

“Terimakasih, yah, kalian. Sudah menolong ponakan kami, Kayla. Memang dia sudah dua tahun memiliki penyakit magh dan lambung, kadang Kayla aja susah di suruh makan nya hingga penyakit nya datang kembali.” Tante Anna melirik ke arah Gus Hannan. Hannan yang di tatap oleh Anna hanya bisa mengangguk kepala nya. “Iya, sama-sama.”

Setelah mereka beberapa jam mengobrol bersama dengan yang berada di ruangan inap. Dan, sekarang sudah waktu nya pukul 22:30 malam. Hannan dan Raka sudah di harus kan pulang, karena Abi nya berasa di rumah sendirian. Maka dari itu, Hannan mengajak abang nya untuk pulang. Waktu mengobrol nya sudah habis.
“Sudah waktu nya malam, kami izin pamit ke asrama, Tante.” Hannan berpamitan kepada tante Anna. Dan juga Hannan mengajak Raisa dan Nafisya. Meskipun mereka di dalam mobil hanya berempat, dan mereka semua menjaga pandangan meski setan selalu menggoda nya.

“Oh, ya. Hati-hati yah, Nak. Terimakasih sudah menjenguk ponakan kami. Kami sangat bersyukur karena kalian sudah membantu kami,” Tante Anna hendak mencium tangan Hannan dan Raka tetapi mereka berdua menghindari untuk tidak bersentuhan.

“Iya, Bu. Sama-sama, kalau begitu kami pamit, assalamualaikum.”

Hannan menoleh ke arah Kayla yang tangan nya ada sebuah infusan. “Syafakillah, Kayla.” Perkataan terakhir yang di ucapkan Hannan sebelum pamit membuat hati Kayla mendesir. Gimana rasa nya di pedulikan dengan Gus sendiri? Rasa nya sangat Masya Allah.

“Semoga Allah mengangkat penyakit yang di alami kamu, saya tidak tega melihat kamu terbaring lemah seperti ini. Jika saya akui jujur, Sebenarnya saya kasihan melihat kamu, saya ingin tahu apa yang di alami kamu hingga kamu mempunyai trauma.” Lirih gua Hannan sebelum keluar dari ruangan inap Kayla.

**

HAI SEMUAA!! SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 🥀 Semoga di tahun depan bisa bertemu kembali lagi dengan panjang usia dan sehat wal'afiat 😇🙏

Bagaimana chapter ini???

TANGERANG
8 JULI 2022

FAMILY AR-ROFIQ ||SQUEL DOSEN BUCIN||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang