21. Masa Lalu

23 3 0
                                    

***

Jam istirahat kedua, di ruang kelas yang cukup sepi menyisakan Reyna, Ara dan dua anak lainnya yang sedang duduk di kursi paling depan. Farah dan Ica pergi ke kantin, ingin membeli minuman katanya.

Laptop silver milik Ara menampakkan jejeran kata yang tersusun dengan sebaik rupa. Jejeran kata itu ialah sebuah artikel yang berisi tentang profil dari siswa yang Minggu lalu ia wawancarai, yaitu Aderardo Mahardika.

Hari ini jadwal ekskul jurnalistik dilaksanakan. Akan tetapi, untuk pertemuan kali ini diliburkan lebih dulu, karena pembinaannya sedang sakit. Tapi tetap saja, tugas artikel harus dikumpulkan hari ini juga di sekretaris jurnalistik, anak kelas sebelah.

Mulut Reyna bergumam menirukan lirik lagu yang kini sedang diputar oleh Ara. Lagu yang berjudul About You yang dinyanyikan oleh The 1975 kini tengah menggema di ruang kelas mereka yang sepi.

"Ngerjain apa, Ra?" tanya Ica mengintip layar laptop Ara penasaran, perempuan itu baru saja kembali dari kantin. "Oh, artikel profil kak Ardo ganteng," lanjutnya sambil memasukan camilan ke mulut kecilnya.

"Gimana kemarin waktu wawancara?" giliran Farah yang bertanya pada Ara, ikut mengintip jejeran kata itu.

"Ya, gak gimana-gimana, kaya wawancara biasanya," bohongnya menyembunyikan syarat yang diberikan Ardo untuknya. Rasanya ia tidak sanggup menjawab segala pertanyaan dari mereka tentang persyaratan tersebut.

"Eh, tau nggak," celetuk Ica tiba-tiba membuat ketiga temannya menitikkan pandangan yang sama ke arah perempuan itu. "Kak Rachel tadi nanyain kalian loh."

Ara sedikit tercengang dengan nama yang baru saja terdengar. Berulang kali ia mencoba untuk bersikap biasa saja ketika mendengar nama itu, namun ternyata masih begitu sulit bagi Ara dalam menyikapi hal ini.

"Iya, humble banget dia," tangkas Farah memuji kakak kelasnya.

"Kemarin waktu kalian balik dulu, kita ngobrol banyak sampe mutualan Instagram juga," ucap Ica semangat menceritakan kejadian kemarin.

"Dulu waktu SMP juga gitu?" tanya Farah penasaran. Tak langsung mendapat jawaban.

Seperkian detik, Ara menjawab, "Iya, dia baik sejak dulu," jawabnya jujur.

"Terus, terus kalian kenalnya gimana?" Pertanyaan yang baru saja terlontar membuat Ara bingung untuk menjawabnya. Terdiam cukup lama. Reyna yang di samping Ara pun juga merasakan kebingungan yang sama.

"O-oh, waktu itu kita ikut ekskul basket bareng," jawab Reyna asal. Ara memilih diam menyetujui. Perihal mereka akan tahu kebenarannya itu urusan nanti. Pikirannya saat ini sedang tidak bisa berpikir jernih.

Raut wajah tegang, gerakan tubuh tak nyaman, suara terbata-bata dan jawaban yang cukup lama. Melihat gerak-gerik dari kedua temannya cukup membuat Farah peka jika dua manusia ini sedang menyembunyikan sesuatu dari dirinya.

"Ada yang kalian sembunyiin, kan?" tebak Farah.

Hening seketika. Cukup lama. Ara meremas jarinya. Lagu yang menggema di seluruh ruang kelas seolah tidak terdengar di telinganya.

"Malu Far, kalo diceritain," ucap Ara dengan suara serak.

Farah mengernyitkan dahi saat mendengar jawaban dari Ara. Malu? Hah? Kenapa? Ica juga mulai menaruh camilannya, beralih ke mode serius dengan pembahasan ini. Melihat ekspresi Ara, mereka mengerti perkara ini bukanlah perkara yang sederhana bagi perempuan itu.

"Kalau belum bisa cerita sekarang gak papa kok, lain hari aja kalo kamu udah siap cerita," ucap Farah memahami, sekalipun rasa ingin tahunya sudah berada di puncak.

Semoga (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang